webnovel

Secret Of The Earth

Dunia yang dulu indah dan cantik kini berubah mencekam saat wabah itu merebak dan menginfeksi banyak manusia di bumi Sebagian orang bertahan, termasuk kami yang masih hidup *** Dibalik dunia yang indah ternyata ada rahasia besar Kini aku harus melakukan seperti apa yang dilakukan keturunan Oxzaans dulu Disinilah petualanganku dimulai, melewati segala rintangan yang menghadang Mereka yang menjadi kanibal, harus aku selamatkan, aku harus mencari penawarnya Berbekal sebuah buku peninggalan ayah, sedikit demi sedikit aku belajar hal yang baru Sihir, kemampuan khusus keturunan Oxzaans namun pada garis keturunan tertentu dan orang itu adalah aku Bertahan hidup! Dan selamatkan yang tersisa yang masih mempunyai hati nurani! Bertahan hidup, perlawanan, penyerangan, konflik, air mata, emosi berbaur menjadi satu Disinilah perang dunia ketiga dimulai! Tak hanya manusia kanibal, masih banyak lagi

rianrayh23 · Others
Not enough ratings
8 Chs

Nightmares and Wounds

"Rendy!" Panggil seseorang dengan lembut kepadaku

Perlahan, aku membuka mataku dan untuk pertama kali aku lihat sesuatu seperti ini, dunia yang hanya berwarna putih

Setelah pandanganku sudah benar-benar pulih, aku berusaha mencari sumber suara tadi

"Rendy!" Suara itu muncul lagi, entah dari mana

Sekilas aku lihat tempat ini, putih, semuanya serba putih

"Rendy!" Kali ini suara itu muncul bersamaan dengan sentuhan hangat di pundakku

Dengan sedikit terkejut aku menoleh ke belakang, dan aku sangat terkejut, ternyata yang memanggilku adalah ibu

"Ibu!" Kulihat mukanya dan kini ia terlihat seperti sangat bahagia dan disampingnya terdapat sesosok pria yang berdiri, dia adalah ayahku

"Ya, ada apa Rendy?" Sahut ibuku dengan lembut

"Dimana aku? Kenapa semuanya berwarna putih?" Tanyaku

"Ibu tak tahu pasti Ren, tapi ibu bahagia di sini, ada Ayah di sini" Jawab ibuku sambil menoleh kepada ayah

Sejenak aku berpikir, bukankah mereka sudah meninggal dunia?! Aku bingung

"Ibu, bukankah kalian berdua sudah mati?" Tanyaku

"Iya nak" Betapa terkejutnya diriku mendapati jawaban ibu, apa itu berarti diriku juga sudah mati?!

"Kami semua yang ada di sini sudah mati, namun tidak denganmu" Sambung ibu

"Apa?! Bagaimana bisa?" Tanyaku dengan menatap mereka, menunjukkan wajahku yang sedang tegang

Mereka berdua tersenyum, menatapku dengan pandangan yang sama

"Nak, ini masih belum waktunya kau meninggal nak, kau masih harus menjaga adikmu di alam sana" Jawab ibuku, mengelus rambutku dengan tangannya yang hangat

"Tidak, kalian harus ikut denganku" Balasku

Mereka tersenyum, tiba-tiba semua yang ada di sini berdiri, memanggil kedua orang tuaku

"Sekarang waktunya kami untuk pergi nak, jagalah adikmu dengan baik" Kini senyumannya menjadi tangisan kecil

Ayah memegang pundak ibu, ibu lalu berdiri, dan mereka mulai mengikuti yang lainnya menuju suatu tempat

"Ibu! Ayah! Jangan pergi!" Ucapku, aku berusaha bangkit dan mengejar mereka

Aku berusaha bangun, namun itu hanya sia-sia, kakiku terikat dengan rantai yang terhubung langsung dengan bola besi

"Tidak! Jangan tinggalkan aku!" Aku berteriak, namun mereka tetap tidak berhenti, mereka terus saja mengikuti yang lainnya

Mereka semakin jauh dan semakin jauh, sementara aku berusaha membebaskan diriku dari ikatan rantai ini

Kurogoh sakuku, mencari apakah ada barang yang berguna yang bisa membebaskan diriku

Dan kutemukan pisau, pisau bergerigi

Dengan cepat aku langsung berusaha memutuskan rantai di kakiku

Mereka semakin jauh, aku terus berusaha sekuat tenagaku, mencoba lepas dan menyusul mereka untuk membawa mereka kembali

Akhirnya, rantai itu putus, aku berlari sekencang-kencangnya, berusaha untuk secepat mungkin mencegah mereka pergi

Kini aku sudah sampai dan sekarang kupegang tangan ibu, aku rasakan tangan ibu kali ini sudah berubah total, rasanya sangat dingin

"Ibu!" Panggilku

Ibu pun menoleh, namun aku terkejut karena tiba-tiba wajah ibu berubah, matanya putih dan giginya penuh dengan darah, tidak! Dia bukan ibu!

Aku terbangun

"Ternyata itu hanya mimpi!" Ucapku dengan berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin

Jantungku berdebar kencang, rasanya tubuhku sudah tidak punya tenaga, hanya ada rasa sakit di sekujur tubuhku dan rasa lemas tak lupa untuk datang juga

Aku berusaha bangkit dari dudukku, rasanya sangat sakit, darah segar dari keningku serta bagian tubuhku yang lain masih mengucur

"Evan!" Aku berusaha untuk berbicara, namun dada ini rasanya sangat sesak dan sakit saat aku berbicara

Aku menoleh ke belakang, berusaha mencari adikku yang tak lain adalah Evan

Saat kulihat, rasanya jantungku ini akan copot, adikku, ia pingsan dan tergeletak dilantai mobil

Ia terlihat sangat pucat, aku sungguh tidak tega melihatnya dalam keadaan seperti ini meskipun luka dan sakit yang ada di tubuhku lebih banyak

"Aku harus mencari bantuan, atau kotak P3K" Suruhku pada diriku sendiri

Dengan kekuatan yang sudah hilang total, aku berusaha untuk mengumpulkannya lagi, untuk jalan saja aku sudah kesusahan kini ditambah lagi aku harus mencari bantuan atau kotak P3K

Kuambil gitarku lalu aku taruh di kursiku

"Arrgghh!" Bahu kananku terasa sakit dan perih

Kupegang bahu yang sakit menggunakan tangan kiriku, aku menuju pintu untuk keluar

Tanganku masih sangat sakit, tidak mungkin aku membukanya dengan tanganku

Aku duduk, memposisikan kakiku untuk berada di atas. Sebelum itu, aku mundurkan sedikit kakiku ke belakang agar gaya yang keluar lebih besar

Braakk!

Pintunya belum terbuka. Jadi, kulakukan lagi gerakan seperti tadi meskipun kakiku terasa sakit

"Aku harus bertahan!" Ucapku sembari mendorong kakiku lebih kuat

Braakk!

"Arrgghh!" Kakiku terasa sakit, kakiku sedikit keseleo

Aku tak putus asa, rasa sakit ini bukan apa-apa dibandingkan melihat Evan yang terbaring tak berdaya

Braakk!

Akhirnya pintu mobil terbuka, aku berjalan keluar, secara perlahan dan sedikit pincang

Aku menuju ke bagasi mobil, aku ingat paman sebelumnya juga membawa kotak P3K dari minimarket

Dengan tangan yang masih sakit, aku berusaha membuka bagasi

Cklek!

Bagasi mobil terbuka, kudapati kotak P3K di dalamnya

"Syukurlah! Masih ada kesempatan untuk hidup" Ucapku dalam hati dengan senyuman kecil yang terasa nyeri di bibir

Kuambil kotak P3K tersebut lalu membawanya ke dalam mobil

"Tenanglah Evan, kau akan segera sembuh" Kini rasa senangku kembali membara

Kubuka kotak P3K tersebut lalu kuambil beberapa barang yaitu, obat merah, kapas dan perban

Pertama, kubersihkan darah di kepala adikku dengan kapas, lalu aku beri obat merah

"Ngghhh!" Gumam Evan, mungkin ia merasa perih saat aku memberi obat merah pada luka di kepalanya

Setelah itu aku aku beri kapas lagi di kepalanya lalu kuikat dengan perban. Sebelumnya, aku potong perban itu dengan gigiku karena tidak ada gunting

Kini Evan sudah kuobati, sekarang giliranku untuk mengobati diriku sendiri

Kuambil kapas lalu aku bersihkan semua darah ada tubuh serta kepalaku. Setelah itu untuk bagian lengan dan kaki aku beri dengan obat merah, tetapi tidak dengan kepalaku

"Arrgghh!" Rasanya sangat perih dan semakin sakit, namun itu memang wajar

Brrggtt!

"Astaga! Setelah tubuhku, kini perutku yang membutuhkan pertolongan" Ucapku dan aku segera pergi ke bagasi lagi untuk mengambil makanan

Kuambil beberapa makanan seperti roti, kripik kentang, dan air mineral. Kemudian aku kembali masuk ke dalam mobil dan tak lupa kututup pintunya dengan perlahan karena masih sakit

Sekarang aku memberi makan cacing-cacing di perutku, tak kusadari malam sudah berlalu

Kini aku mengantuk. Kucari posisi yang menurutku nyaman untuk tidur meskipun kerangka mobil ini berubah tak beraturan

*****

Guk guk guk!

Aku terbangun dari tidurku, mendengar suara yang mirip dengan gonggongan anjing

Kulihat baik-baik ternyata keadaan masih malam dan gelap gulita, bahkan tak ada pencahayaan satu pun, hanya ada sinar malam yang membuat hari makin mencekam

"Semoga saja ada senter" Harapku sambil mencari barang yang kuinginkan dari dalam tas paman yang ada di bagasi juga

Memang di bagasi sangat sesak, ada tas makanan dengan ukuran biasa, tas amunisi dan senjata dengan ukuran seperti punyaku, tas kotak P3K dan obat-obatan dengan ukuran sedang

Akhirnya barang yang kucari-cari kutemukan, tanpa pikir panjang aku pun langsung menyalakan senter

Sekarang barulah aku bisa melihat dengan jelas. Setelah senter kunyalakan, aku mencari asal suara tadi

Guk guk guk!

Suara itu terdengar lagi, asalnya dari luar mobil

Kulihat dari jendela, ternyata ada seekor anjing yang sudah terbaring di tanah. Aku pun bergegas pergi untuk menolongnya

Tak lupa, aku juga membawa kotak P3K tadi jika anjing itu terluka

Setelah kulihat-lihat, ternyata kaki anjing itu berdarah. Kubuka kotak P3K dan mengambil obat merah dan perban

Setelah aku selesai mengobati anjing itu, aku bergegas kembali ke mobil

Ghhrraa!

Namun apa yang membuat mereka terpancing ke sini. Mereka menyambutku dengan hangat

Mereka, tiada habis-habisnya mengganggu kami. Aku kini harus melawannya

"Ayo Rendy, kau pasti bisa" Ucapku menyemangati diriku sendiri dan berusaha untuk berani, meski kaki ini masih bergetar saat berhadapan dengan mereka

Kuambil panci yang kubawa dari rumah tadi dan tak lupa aku mengambil kuda-kuda yang sama

Namun kuda-kuda itu tak lagi berguna, mereka ada di depan dan belakangku

Aku berusaha memancing mereka agar lebih dekat, dan saat mereka mendekat aku menghindar

Dan dengan sigap, aku pukul kepala mereka dengan keras

"Arrgghh! Tidak lagi" Ucapku mendapati rasa sakit di bahuku lagi, aku berusaha bertahan dengan memegang bahuku yang sakit

Teng! Teng! Teng!  

Akhirnya mereka tumbang, untungnya mereka hanya berdua

Setelah itu, aku kembali ke mobil, berusaha menenangkan diri dari nafas yang terengah-engah lalu melanjutkan tidur

Sejenak aku berpikir, sekarang saja aku mengalami kecelakaan, kemarin paman tewas, bagaimana dengan besok? Mungkin aku yang akan mati

Namun, bagaimana pun caranya, aku harus selamat dan tetap hidup. Menjaga benda paling berharga bagiku yang masih tersisa

Bertahan hidup, itulah apa yang harus aku lakukan sekarang ini! Lakukan atau mati. Itulah kalimat yang tepat untuk keadaan sekarang