webnovel

Secret Love for Secret Admirer

Tak pernah terpikirkan, apa yang menjadi kesukaanmu aku juga menyukainya. Tanpa sadar, aku selalu menuruti nasihat dan perintahmu. Lama-lama, aku tahu artinya bahwa itu semua hanyalah sebuah keinginan agar diakui untuk menjadi lebih dari seorang sahabatmu. Aku, sebagai pengagum rahasia, yang menyukaimu secara diam-diam. (Nadia Naraya) Rasa simpati dan sebuah ketertarikan biasa. Itulah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa penasaran dan selalu ingin tahu tentangmu. Katakan saja, kalau ini adalah sebuah cinta rahasia untuk seorang pengagum rahasia. Lupakan perasaanmu darinya dan berbaliklah menyukaiku. (Fauzan Narendra) Nadia memendam perasaan pada sahabatnya - Agra - hampir selama enam semester terakhir sejak mereka bersahabat. Sayangnya, saat Nadia ingin mengungkapkan perasaannya, bertepatan dengan itu, Agra bercerita bahwa ia sudah memiliki kekasih. Nadia tidak bisa menghindar begitu mudah, karena ia terjebak di dalam satu proyek dengan Agra cukup lama. Inilah yang bisa dilakukan Nadia, mengagumi dalam diam. Saat Nadia sudah mencapai puncak kegalauannya, seorang laki-laki bernama Fauzan datang ke dalam hidupnya. Nadia pikir, ia baru pertama kali bertemu laki-laki ini. Namun, ternyata Fauzan sudah mengenalnya sejak dua tahun lalu. Fauzan muncul begitu saja saat Agra menghilang menangani proyek dosen selama beberapa bulan. Fauzan bilang bahwa ia menyukai Nadia. Lantas, apa yang akan Nadia lakukan selanjutnya? Cover by : Diarra_design Follow me on Instagram : @NurulAyuHapsary

N_Ayu_Hapsary · Urban
Not enough ratings
372 Chs

184. Memory in the Campus

Nadia mematikan laptopnya. Setelah memencet tombol power, ia menunggu sampai layarnya loading untuk padam. Selagi menunggu, ia melihat ke arah sekitar.

Nadia melihat sekitaan gazebo. Di sana, ia melihat ada lapangan basket, yang sedang ada pertandingan basket. Mereka hanya latihan.

Nadia lalu menggeser pandangannya lagi. Di sana, ia juga melihat sekitar. Nadia melihat di dalam fakultasnya, tidak banyak yang berubah.

Nadia menghela nafas panjangnya.

Rasanya, cukup lama juga Nadia ada di sini. Meski belum ada satu bulan, tapi Nadia sudah merasa sangat lama tidak main ke fakultasnya. Ternyata, Nadia merindukan juga tempat ini. Pikirnya.

Nadia melihat ke arah lapangan basket. Di dalam sana, terukur jelas sebuah memori yang membuatnya merenung. Di sana, kenangan soal perjuangan, persahabatan, dan cinta.

Sampai saat ini, Nadia tentu saja tidak bisa menghapus kenangan sepenuhnya soal Agra. Agra lagi? Ya. Tentu saja. Nadia tidak bisa melupakan Agra dengan mudahnya.