webnovel

Secret Love for Secret Admirer

Tak pernah terpikirkan, apa yang menjadi kesukaanmu aku juga menyukainya. Tanpa sadar, aku selalu menuruti nasihat dan perintahmu. Lama-lama, aku tahu artinya bahwa itu semua hanyalah sebuah keinginan agar diakui untuk menjadi lebih dari seorang sahabatmu. Aku, sebagai pengagum rahasia, yang menyukaimu secara diam-diam. (Nadia Naraya) Rasa simpati dan sebuah ketertarikan biasa. Itulah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa penasaran dan selalu ingin tahu tentangmu. Katakan saja, kalau ini adalah sebuah cinta rahasia untuk seorang pengagum rahasia. Lupakan perasaanmu darinya dan berbaliklah menyukaiku. (Fauzan Narendra) Nadia memendam perasaan pada sahabatnya - Agra - hampir selama enam semester terakhir sejak mereka bersahabat. Sayangnya, saat Nadia ingin mengungkapkan perasaannya, bertepatan dengan itu, Agra bercerita bahwa ia sudah memiliki kekasih. Nadia tidak bisa menghindar begitu mudah, karena ia terjebak di dalam satu proyek dengan Agra cukup lama. Inilah yang bisa dilakukan Nadia, mengagumi dalam diam. Saat Nadia sudah mencapai puncak kegalauannya, seorang laki-laki bernama Fauzan datang ke dalam hidupnya. Nadia pikir, ia baru pertama kali bertemu laki-laki ini. Namun, ternyata Fauzan sudah mengenalnya sejak dua tahun lalu. Fauzan muncul begitu saja saat Agra menghilang menangani proyek dosen selama beberapa bulan. Fauzan bilang bahwa ia menyukai Nadia. Lantas, apa yang akan Nadia lakukan selanjutnya? Cover by : Diarra_design Follow me on Instagram : @NurulAyuHapsary

N_Ayu_Hapsary · Urban
Not enough ratings
372 Chs

142. Fauzan is in Front

Nadia melempar tasnya di atas kasurnya. Setelah ia baru saja masuk ke dalam kamar kos, dan juga menutup kembali kamarnya dari dalam, Nadia berjalan ke atas ranjangnya.

Setelah di dekat ranjangnya, Aika langsung mengambrukkan biasanya ke atas kasurnya. Dengan posisi tengkurap. Rasanya, Nadia hari ini sangat lelah sekali.

Nadia menghela nafasnya. Ia baru saja sampai di kosnya. Lalu, Nadia membalikkan badannya untuk telentang. Kemudian, ia meraba kasurnya mencari tas yang tadi ia lempar tidak jauh dari tempatnya berbaring.

Saat sudah mencapai tasnya, Nadia segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Kemudian, ia melihat layar ponselnya dengan masih berbaring. Hasilnya masih sama dengan saat ia belum berangkat dengan Mika tadi.

Kosong. Sama sekali tidak ada panggilan, apalagi pesan dari Fauzan. Nadia hanya kembalu menghela nafasnya pelan. Ia merasa semakin geram. Menahan kekesalannya, dan juga kembali membanting ponselnya di sampingnya.