webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · Fantasy
Not enough ratings
430 Chs

Langit Sore

Matahari sudah hampir pulang, Reista dan Ramel sangat betah menatap langit senja sore ini. angin yang berhembus tak membuat mereka risih, pasir pantai yang ada disela-sela jari mereka membuat suasana semakin nyaman. deburan ombak laut pun terdengar seperti lagu penghantar seperti dalam film romantis.

Namun suasana saja yang terlihat romantis, tidak dengan cinta di dua hati manusia ini. hanya ada kebisuan dan pikiran yang berbeda dalam pikiran mereka. bibir hanya terkatup rapat, mengering karena tertimpa angin laut terus menerus.

jika cinta terbiasa bersama, mengapa cinta mereka tak terasa.

Ada jarak di samping mereka, jarak yang luas dan jauhnya sudah berkilo-kilo meter, hati mereka tak satu. hanya ucapan yang menginginkan sebuah penyatuan. tidak dengan hati dan tidak dengan cinta.

Reista melirik ke arah Ramel, mata Ramel tak lepas dari arah laut. Reista takut-takut Ramel berharap menjadi duyung agar bisa berenang dilaut lepas.

"Hei" Reista menyikut lengan Ramel dengan pelan, Ramel berdehem dan meliriknya.

"apa". tanya Ramel heran.

"kau terdiam cukup lama, aku takut kamu terhipnotis dan berjalan ke arah laut lalu menghilang".

"pikiranmu terlalu konyol Reista". jawab Ramel malas.

"bahkan tadi aku sempat berpikir kau akan menjadi duyung".

"kau pintar mengkhayal sepertinya, tapi khayalan bodoh". kata-kata sarkas keluar dari mulut Ramel, ia tak habis pikir bagaimana Reista bisa mengucapkan hal seperti itu.

"aku hanya membuka pembicaraan, aku bosan dengan keheningan. apa kau mengajakku kemari hanya untuk menemanimu terdiam".

"aku suka ketenangan, aku tak mengajakmu kesini untuk menemaniku. aku mengajakmu hanya untuk melihat langit sore".

"hanya? kau suka sekali berkata hanya. setidaknya saat melihat langit sore kita berbincang manis".

"kan sudah kukatakan aku suka ketenangan, obrolan akan membuat ketenanganku hancur".

"jadi sekarang ketenanganmu hancur karena aku?". tanya Reista kesal.

"kau". Ramel mengacak rambutnya kasar, apa yang ada dipikiran Reista saat ini, apa dia tidak mengerti arti sebuah ketenangan.

"katakan saja jika aku mengganggumu, aku akan pergi". Reista berucap akan pergi, tapi kakinya masih bertahan disitu. ia berharap Ramel menghadangnya dan memintanya untuk tidak pergi, itulah pikiran licik Reista saat ini. lagipula semua perempuan pasti akan berharap seperti itu.

"seterah kau saja". Ramel berucap malas. Reista sudah mengerucutkan bibirnya semakin kesal. ia tak habis pikir dengan pikiran datar Ramel saat ini.

"aku akan benar-benar pergi, aku pergi pokoknya". Reista lagi-lagi meyakinkan dirinya bahwa ramel akan memintanya untuk tetap disini.

"ya pergi saja, aku tidak menghalangimu".

"astaga Ramel!! kau menyebalkan sekali. ini adalah momen bulan madu kita. mengapa kau tidak bisa bersikap romantis sedikit saja? kau bilang kau akan mencoba menghargaiku, mengapa sekarang kau tidak menepati janjimu". Reista menghentak-hentakkan kakinya sebal, Ramel tidak menjaga ucapanya, ia mengingkari janjinya.

"aku sedang menepati janjiku, aku ingin menghargaimu. kau bilang kau ingin pergi, jadi aku tidak akan menghalangi kamu pergi. itu adalah bentuk rasa menghargaiku atas keputusanmu".

Pintar sekali Ramel memutar balikan keadaan, sekarang disini Reista yang terlihat konyol karena mengatakan hal yang tidak-tidak.

"yasudahlah terserah kau saja, aku ingin kembali ke kamar dan tidur".

"kau ingin tidur? ini masih terlalu sore, aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita berdua".

"aku sebal denganmu, kau mengajak makan malam padaku saja tidak ada manis manisnya". Reista benar-benar kesal saat ini, yang ia tau jika berbulan madu akan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh mereka dan semuannya akan terlihat Romantis.

"hei kau marah padaku". Ramel menatap mata Reista, namun yang ditatap mengalihkan pandangannya kearah lain.

"tidak, aku hanya kesal. kau seharusnya mengajakku dengan ajakan yang manis dan romantis".

"aku akan coba, sekarang ayo kita kembali kekamar. mandi dan berganti baju, aku ingin kau terlihat cantik. aku sudah menyiapkan makan malam yang indah untukmu, dan aku janji kau akan senang melihatnya". Reista hanya mengangguk dan mengikuti Ramel kembali kekamar mereka, Reista berharap makan malam ini akan menjadi sesuatu yang Romantis, bahkan ia sudah membayangkan lilin-lilin yang menjadi penghangat makan malam mereka, aku yakin Ramel mampu menyiapkan sesuatu yang luar biasa, uangnya banyak. tidak mungkin dia menyiapkan sesuatu yang biasa saja.

"mandilah duluan, aku akan melihat Renandra dan mandi dikamarnya. nanti ada maid yang akan mengatarkanmu ke tempat dimana makan malam kita berada". Reista tersadar bahwa dia sudah ada di depan pintu kamarnya. Ramel berbalik dan berjalan mengikuti jalan setapak yang menuju kamar Renandra berada, suasana sangat sepi, hanya ada semilir angin yang berhembus, penerangan pun tetap tak membuat tempat ini terlihat terang. aku masuk kedalam kamar dan mencoba untuk tetap tenang. sebenarnya aku orang yang sedikit parno saat menghadapi tempat sepi, apalagi ini di indonesia, aku sering menonton film horornya yang bahkan setan-setan yang ada di film itu sangat menakutkan.

Semoga saja tak ada sesuatu yang menggangguku malam ini, mengapa juga Ramel meninggalkan aku sendiri disini. aku jadi tak nyaman ingin mandi, aku buru-buru mengambil handuk dan pakaian dalam. aku menyetel musik melalui handphoneku, setidaknya musik mampu menetralkan suasana yang mencekam saat ini.

Aku berendam didalam jazuci yang sudah terdapat kelopak bunga mawar dan wewangiannya, aku tidak tau sejak kapan para pemilik Resort ini menyiapkan hal seperti ini, seharusnya ada yang menemaniku untuk menggosok badan dan mengobrol, jika seperti ini kan percuma saja mandi bunga mawar, aku merasa bosan dan tidak merasan nyaman.

Aku menggosok badanku sepelan mungkin, lagu dari suara katty perry membuatku bersenandung mengikuti irama. kurasa jika Ramel ikut berendam bersamaku akan menjadi hal yang menyenangkan. tapi sayangnya dia beralasan untuk menemui Renandra, dia memang laki-laki yang cerdas, dia tau bagaimana berbicara dan membuat lawan bicaranya tak mampu menjawab. pantas saja sepak terjangnya didunia bisnis sangat bisa diacungi jempol, dia memang hebat dalam berucap dan otaknya benar-benar cemerlang.

Bahkan anaknya Renandra sangat pintar, umurnya yang baru menginjak 6 tahun sudah mampu membuatnya belajar 2 bahasa, bahasa inggris dan juga jerman. dan Renandra juga piawai dalam memainkan alat musik piano, ya walaupun belum sehebat para pianis terkenal, namun dia sudah sangat ahli mengingat umurnya yang masih 6 tahun.

Sepertinya jika aku dan Ramel memiliki anak, anak kami pasti akan sangat pintar dan cantik, ah membayangkannya saja membuatku senang sendiri, wajah tampan Ramel membuat banyak orang terpikat, tapi mungkin tidak di tempat kerja. karena gayanya yang culun membuat banyak wanita yang menghindarinya, jika saja dia berpenampilan seperti laki-laki pada umumnya, pastilah sainganku dikantor akan sangat banyak, mereka tidak akan ragu memberikan tubuh mereka kepangkuan Ramel dengan cuma-cuma. Ramel yang tampan dan hartanya yang tidak akan habis walaupun berpuluh-puluh keturunan.

Sepertinya aku sangat beruntung memiliki suami sepertinya, kekurangannya hanya satu, hatinya..

Hatinya tidak diberikan padaku, hatinya masih berada jauh, jauh didalam keheningan, keheningan yang selalu mengingat andine..