7 Mata coklat?

Setelah kami menjelaskan tentang cita-cita dan hobby, Kak Nandra mengajak kami untuk berjelajah ke arah belakang sekolah, disana terdapat hutan lebat yang rimbun. di sore hari seperti ini memang tidak terlihat seram namun memberikan kesan nyaman dan sejuk, Nafisah memandang dengan mata yang tidak berpaling sama sekali. sudah lama sekali rasanya Nafisah tidak merasakan Udara dan tempat indah seperti ini, walaupun hanya sekedar hutan. Namun Nafisah merasa dirinya terbawa masuk dengan bebas, tidak ada ruangan sempit dan lingkungan kumuh lagi yang Nafisah lihat. Nafisah hanya bisa melihat Keadaan Hutan yang begitu luas dan mampu membawa Nafisah jatuh lebih dalam dan juga membuat angan-angan Nafisah ikut bercampur baur di sana..

"Nanti malam kita akan camping di dalam hutan, kita bertemu lagi disini jam 8 malam. untuk alat camping itu sudah dipersiapkan pihak sekolah, kita hanya perlu membawa jaket dan obat pribadi". pernyataan yang dilontarkan oleh Nandra membuyarkan lamunan Nafisah, Nafisah hanya menghela nafas. bagaimana rasanya tinggal didalam hutan itu? camping adalah hal baru bagi Nafisah, dirinya bahkan tidak pernah pergi ke luar. setelah pulang sekolah maka Nafisah akan langsung pulang dan membantu Bibi membereskan rumah lalu mengerjakan PR.

"Kak Nandra? apa kita akan berkelana malam hari di dalam hutan juga?". Tanya anak laki laki yang Nafisah ingat namanya adalah Steve, dia laki laki yang berperawakan biasa saja namun sepertinya dia orang baik, menurut Nafisah orang orang di dalam kelompoknya adalah orang baik semua. mereka sibuk dengan urusan dan pikiran masing-masing sejak tadi, tidak terlalu banyak berbincang.

"Iya, kita akan berjalan di dalam hutan dan mencari titik dimana Tenda kita berada. setiap kelompok harus menemukan Tenda mereka, itu game yang akan dilakukan. Dan jika kita tidak menemukan tenda kita juga sampai pagi, maka sampai pagi pula kita tidak akan tidur dan lanjut menjalankan game lainnya". perkataan Nandra membuat semua yang mendengar hanya mengangguk mengerti, tidak ada yang mengeluh seperti anak manja yang dipikirkan oleh Nafisah. apa mungkin film yang di tonton Nafisah hanya sebuah rekayasa tentang kehidupan anak orang kaya? nyatanya sampai detik ini mereka tidak sejahat dan seburuk yang Nafisah sering tonton di dalam film.

"Nafisah? kau mendengarkan aku kan?". sentakan suara dari Kak Nandra membuat Nafisah tiba tiba mengangguk dengan cepat. "Kau tidak mendengarku?". tanya Nandra sekali lagi.

"aku mendengar kak, aku hanya senang melihat hutan". jawab Nafisah polos, membuat Nandra menelisik ke arah mata Nafisah. tatapan mata itu mampu membuat Nafisah menahan nafas sesaat, lalu karena Nandra tidak menemukan arti kebohongan di mata bulat milik Nafisah, Nandra mengalihkan matanya ke dalam hutan.

"Hutan tempat paling tenang memang, tapi terkadang akan menjadi tempat terseram jika malam tiba". ucap Nandra pelan. "Baiklah, sekarang kalian boleh kembali ke kamar masing-masing. jangan memakai Rok pendek, pakai celana panjang, baju panjang, sweater dan bawa obat pribadi. jika ada yang membawa senter itu lebih baik". Suara Nandra memang terdengar ketus, namun maksudnya sangat baik dan pengertian. Nafisah sedikit tersenyum mendengar suara itu begitu indah mengalun di pendengaran Nafisah.

"Ayo Nafisah". tarikan tangan Nasmira membuat Nafisah mau tidak mau langsung berjalan mengikuti, Saat Nafisah melihat ke arah Nandra, Nafisah dapat melihat bahwa tatapan mata Nandra mengarah pada dirinya. dan itu membuat Nafisah bertanya tanya, apakah Nandra ini mengenal Nafisah? karena tatapan mata itu begitu intens dan sepertinya Nafisah juga merasa bahwa bola mata coklat terang itu sudah Nafisah kenal lama. tapi Nafisah lupa, dimana Nafisah pernah melihat mata indah itu..

langkah Kaki Nafisah begitu cepat karena tarikan tangan Nasmira yang begitu bersemangat. Nafisah yang merasakan itu hanya bisa tersenyum dan berpaling dari wajah Nandra, mereka berdua berjalan untuk kembali ke kamar mereka. kamar yang sangat Nafisah cintai, karena baru kali ini Nafisah merasakan memiliki kamar yang indah dan nyaman.

"Nafisah kau tau? Kak Nandra tadi? dia salah satu laki laki famous di sekolah ini, dia orang yang kubilang banyak dikejar-kejar Perempuan dan kakak kelas kita itu". ucapan Nasmira yang begitu menggebu-gebu membuat Nafisah sedikit berpikir, Nafisah akui bahwa Nandra itu sangat tampan. bahkan sangat tampan, wajah Eropa melekat erat di struktur wajahnya.

"Kau menyukainya Nasmira?". tanya Nafisah tiba tiba, sebenarnya Nafisah tidak tau harus menanggapi apa dari pernyataan Nasmira tadi. alhasil Nafisah hanya bisa bertanya hal konyol itu.

"Tentu aku menyukainya, tapi kurasa sainganku berat sekali. selama dua hari perkenalan, aku akan berusaha untuk membuat Kak Nandra melihat ke arahku, aku akan menjadi wanita pintar dan terhormat. menjaga tutur kata, semoga saja Kak Nandra tersanjung dengan semua yang kulakukan". Nafisah mengangguk setuju, pantas saja sejak tadi Nasmira begitu tenang dan tidak cerewet. itu karena Nasmira ingin menjaga tutur kata di depan laki laki yang dia sukai. dasar wanita.. pikir Nafisah konyol,

"Aku mendukungmu Nasmira". kata Nafisah memberi semangat.

"Apa kau juga menyukai Kak Nandra? kau pasti menyukainya, semua orang yang melihatnya itu pasti menyukai dia". Tanya Nasmira yang sudah memandang ke arah wajah Nafisah. mereka sekarang sudah berada di lantai dua dimana ruangan kamar mereka berada.

"Aku tidak menyukai Kak Nandra, aku tidak terlalu suka dengan pria yang digandrungi banyak perempuan, terlalu merepotkan menurutku". jawab Nafisah jujur.

"Kau takut patah hati ya?". ledek Nasmira pada Nafisah, Nafisah hanya tersenyum kecil mendengar ledekan itu. Nasmira masih tersenyum dan membuka pintu kamar mereka dengan sidik jarinya.

"Aku hanya menjaga hatiku saja, untuk tidak merasakan hal-hal yang akan membuatku terpuruk". mereka masuk kedalam, Nafisah mendudukan dirinya di sofa ruang tamu. sedangkan Nasmira sudah mengambil air dingin di dalam kulkas, kulkas berisi banyak makanan dan minuman. itu memang selalu disediakan pihak sekolah..

"Apa kau pernah patah hati? jadi kau begitu menjaga hatimu?". pertanyaan Nasmira membuat Nafisah menerawang ke masa lalu, masa yang membuat banyak luka dan kesedihan. Nasmira datang memberikan jus jeruk yang sudah di tuang di dalam gelas. Nafisah menerimanya dan meminum secara perlahan.

"Dulu sekali, aku pernah merasakan apa itu patah hati.. mungkin terdengar konyol karena umurku yang masih sangat belia, seperti patah hati terkonyol yang akan kuingat semasa hidupku". Nafisah menghabiskan jus jeruknya dan menaruhnya di atas meja, Nasmira mendengar saja perkataan Nafisah barusan. Nasmira pikir semua orang pasti akan mengalami patah hati, entah di masa lalu, masa sekarang atau masa depan. jadi Nasmira tidak mencemooh sama sekali perkataan Nafisah.

"Aku rasa tidak ada patah hati konyol, yang ada mungkin patah hati itu membunuh hatimu terlalu dalam dan membuat dirimu kecewa teramat sangat. jadi kau merasa itu hal yang konyol". ujar Nasmira memberikan pengertian, hal itu membuat Nafisah tersenyum dan mengangguk setuju. Nafisah tidak menceritakan hal itu, dirinya belum terlalu dekat dengan Nasmira sampai harus mengulik masa lalunya yang sudah Nafisah kubur dalam dalam.

Nasmira yang melihat diamnya Nafisah, hanya bisa duduk disamping Nafisah dan menuangkan lagi botol berisi jus jeruk yang ada di tanganya kedalam gelas Nafisah.

"Minumlah, itu bisa membuatmu jauh lebih tenang". kata Nasmira lagi, Nafisah meminum lagi jus jeruknya. Nafisah merasa Nasmira ini orang yang benar benar bisa diandalkan, tidak menghakimi atau memaksa Nafisah untuk berbicara, padahal perawakan Nasmira ini orang yang egois terlihat di awal perkenalan. tapi nyatanya banyak hal yang baru Nafisah ketahui saat beberapa jam pertemanan mereka.

avataravatar
Next chapter