"Youre stupid, come on. Wake up!" Sullivan merutuki dirinya sendiri, mendadak ia merasa seperti seorang pengecut yang lari dari dosanya. Selama lima tahun ini, ia terus berlari menghindari Shireen dengan berbagai cara. Rasa takut kehilangan Alea lebih besar mengalahkan dingin hatinya.
Dari jendela kantor ia menatap jalanan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan. Di seberang kantor terlihat motel berbentuk seperti rumah toko, bertingkat sebanyak enam lantai. Biasanya jika ia sedang bekerja, Shireen setia menunggunya di sana. Terkadang, mereka tersambung lewat telepon dan saling memandang dari kejauhan.
Bibir Sullivan tersenyum simpul mengingat kenangan manis itu, sesaat kemudian lenyap dari wajahnya. Walau mempertahankan wajah dinginnya, ia sangat yakin bahwa Shireen sangat mengenalnya. Pria jangkung, berbadan kurus dengan kumis tipis diatas bibirnya, hingga saat ini masih belum bisa melupakan Shireen.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com