Hari telah menjelang siang fisik Velda sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia merasa sangat bosan terusan berada di rumah. Rasanya dia ingin mencari udara segar di luar rumah. Jika dia melihat dari rumahnya cuaca langit hari ini sedikit mendukung, cerah dan memunculkan terik matahari siang harinya.
Dia kembali masuk mengambil jaket merah Maron yang sangat dia sukai, tidak lupa memakai topi warna hitam bertulisan huruf V. Sebelum itu dia mengikat terlebih dahulu rambut panjang hitam lurusnya.
Merasa semua lengkap, sekarang dia mencari masker penutup mulut. Agar tidak ada debu atau pun asap untuk menghindari polusi padat jalanan kota tersebut.
"Nona, mau kemana?" Bibi Zaina bertanya habis dari belakang rumah jemur pakaian.
"Aku keluar sebentar, Bi," jawabnya
"Mau beli apa, Non? Biar Bibi saja yang pergi beli, kamu di rumah saja," ucap Bibi Zaina
"Tidak perlu, Bi. Aku cuma mau ke Alfamart saja. Sekalian cari udara sebentar," tolaknya keluar dari rumah.
Sementara Bibi Zaina berdiri di depan pintu rumah memperhatikan putri majikannya mulai menjauh dari rumah berkomplek itu.
"Hati-hati, ya, Non!" teriak Bibi Zaina kemudian. Velda mengangkat jempol tinggi kepada pembantu itu.
Perjalanan menuju mini market Alfamart hanya dua ratus meter dari perumahan kompleknya. Di persimpangan lurus itu benar sangat macet sekali. Lampu merah lalu lintas rusak tidak pernah ada pun untuk perbaiki nya. Maka setiap pagi di hari biasa selalu penuh suara klakson mobil, sepeda motor sampai mobil besar.
Karena itulah, kenapa dia memilih menggunakan kendaraan bersepeda daripada mesin bermotor. Lebih praktis tidak akan membuat keseharian aktivitas kerjanya terganggu oleh kemacetan pada jalanan itu.
Dia sampai di mini market Alfamart, mendorong pintu kaca itu, masuklah dirinya menuju tempat minuman berdingin itu. Meskipun tenggorokannya belum sembuh dari batuk berdahak tetap tidak buat dirinya melarang untuk meminum dingin.
Minuman paling di sukainya fruit tea, dan cap kaki tiga. Hanya menyegarkan tenggorokan. Selain itu dia mengambil permen Hexos. Permen itu sudah lama di produksi walaupun jarang ada keluaran dari iklan yang sekarang sudah tayang permen Strepsils, Woods, Ricola Sugar Free, Tolak Angin Herbal Peppermint Lozenges, Go Fress, Antangin Permen Herbal, Fisherman's Friend, Frozz.
Tetap saja dia lebih menyukai permen Hexos dan Frozz daripada permen bermerek lainnya. Ada lagi selalu dia bawa kemana pun pergi setiap cuaca terik matahari yang panas membuat kulitnya terbakar atau keringatan tanpa henti. Selalu dia bawa untuk menyegarkan tenggorokan sebagai minuman yaitu permen pagoda kaleng. Zaman sekarang tahun seling berganti permen itu sudah jarang ada di kota ini. Itu pun rata-rata saja yang menjual dan produksi.
Setelah selesai membayar belanjaan di kasir, dia pun keluar dari mini market itu. Lalu dia duduk di salah satu tempat yang tersedia oleh mini market ini. Buka bungkusan roti basah, seperti roti isinya cokelat, kelapa, seres cokelat yang di atas rotinya, terakhir donat gula halus berisi dalaman blueberry.
Tidak semua dia habiskan hanya satu atau dua roti dimakannya. Sisanya dia simpan sebagai cemilan ketika perutnya kosong.
****
Arka merasa bosan berada di kantornya, dia beranjak untuk keluar mencari udara segar. Jam makan siang bukanlah untuknya terbengong-bengong di dalam gedung. Seharusnya sebagai seorang pemilik perusahaan pakan ternak mencari makanan diluar. Beda dengannya seharian penuh dengan majalah atas meja kerja baru-baru ini menetap sebagai langganan terbitan majalah dan surat kabar tersebut.
Hanya saja, untuk hari Senin, dia merasa sangat bosan. Ketika wanita bertopi huruf V tidak mengantar paket darinya. Untuk membaca saja tidak selera.
Mungkin dengan cara dia keluar mencari udara di siang penuh polusi padat itu, dia bisa menemukan hal yang baru. Bersantai menggunakan kendaraan kesayangannya yaitu mobil sedan proton berwarna silver. Bukan hanya fortuner saja yang dia pakai setiap hari. Dia selalu menyimpan mobil cadangan di pabrik pakan ternak untuk sesuatu yang genting ketika bertemu dengan klien atau rekan bisnisnya.
Tepat di simpang dua, lampu merah yang paling di benci oleh Arka sendiri. Sering kali dia melewati jalan ini setiap hari macet tidak pernah namanya lempang. Untung saja dia tipe pria yang sabar menanti dan mempersilahkan mobil atau sepeda bermotor lewat terlebih dahulu. Meskipun antrian di belakang terus berteriak untuk maju.
Sambil mencuri perhatian di sekitar kiri kanan, sosok yang sangat familiar baginya itu tidak sengaja tertuju oleh Arka sendiri. Seorang wanita selalu terngiang oleh pikirannya terus menghantui itu ketemu kembali.
Wanita yang duduk minimarket Alfamart sambil menikmati sebuah roti tak bermerek sambil menatap ponsel tersebut dengan seriusnya. Dia mulai memarkirkan mobilnya di depan warung. Tidak ingin kehilangan jejak wanita itu.
Velda baru saja selesai memakan dua roti bungkusan tak bermerek di bersihkan mulutnya penuh gula halus itu. Setelah itu, dua kaleng minuman habis di teguhnya. Sekarang waktunya dia pulang. Sisa roti ada di plastik dia bawa untuk Bibi Zaina.
Arka mengikuti wanita itu dari belakang jaraknya lumayan agar tidak curiga kalau dia sedang membuntuti kemana perginya sosok cinta pertamanya.
"Mau kemana, Vel?" sapa seseorang yang lewat di simpang perumahan komplek, Velda berhenti lalu bercengkrama dengan wanita yang setara usia dengan Velda.
"Aku habis ke minimarket Alfamart, Jalan-jalan saja," balasnya, "kamu mau kemana?" tanyanya kembali oleh Velda.
"Aku mau ke pasar, beli tomat sama beberapa sayuran," jawabnya.
"Memang siang masih ada yang jualan?" tanyanya lagi, "Ada dong, walau nggak segar amat, yang penting murah. Ya sudah duluan, ya!" Velda melambaikan tangannya kepada wanita itu beranjak pergi menjauh.
Dia kembali melanjutkan langkah kaki kerumah. Sedangkan Arka yang dari tadi pura-pura menelepon tanpa dia sadar kembali melanjutkan langkahnya mengikuti jejak wanita itu.
Velda membuka pintu pagarnya kemudian masuk ke dalam rumah. Di sambut oleh Bibi Zaina. Dia melepaskan topinya dan juga jaket. Sedangkan orang yang mengikutinya itu jarak hanya berapa meter memperhatikan rumah di mana wanita itu tinggal. Senyumannya pun bahagia, pria itu telah menemukan keberadaan wanita yang selalu membuatnya tergila-gila.
Pria itu kembali ke asalnya, bersenandung ria bukanlah profesinya. Hanya saja dia bahagia mendapat asal tinggal wanita pengantar koran.
Tak lama kemudian sampai di pabrik pakan ternak, dia masuk dengan wajah berseri-seri.
"Paket tadi pagi, masih kamu simpan?" Arka bertanya kepada wanita itu.
"Masih, Pak," jawabnya berikan kepadanya.
Arka mengambilnya lalu kembali senyum kepada wanita itu. Wanita yang berkerja sebagai ekspedisi. Makin bingung saja dengan sikap atasannya. Tadi pagi mukanya marah banget sekarang ceria pakai acara senyun-senyum.
"Kamu tau ada apa dengan Pak Arka akhir-akhir ini?" tanya wanita itu kepada rekannya di sana.
"Nggak, memang kenapa?" jawab supir truk..
"Aneh saja sih, tadi pagi dia terlihat sangat marah banget terus sekarang senyum-senyum, aku takut Pak Arka terjangkit kasmaran," ucapnya
"Sembarangan saja, jangan asal menggosip. Bisa didengar nanti sama Pak Bos, balik kerja sana nanti di potong gaji baru tau rasa!" serunya kemudian meranjak keluar dari gedung itu.
Arka membuka paket itu, senyuman yang diterbitkan tidak lepas. Benar hari-harinya terobati karena mengetahui keberadaan wanita itu baik-baik saja.