waktu sudah menunjukan siang hari Anaya sudah kembali segar karna tadi sudah membersihkan tubuhnya di bantu dua orang suster.
Andra sudah kembali bekerja setelah berpamitan pada Anaya,hanya tersisa Asya dan kedua sahabatnya yg saat ini sedang duduk santai di sofa berbeda dengan Asya yg sibuk mengecek data-data di laptopnya yg di kirimkan via email.
"pacaran berapa taun loe sama bidadari?" pertanyaan Dewa membuat Asya mengalihkan pokusnya dari laptop kepada sahabatnya
"loe kepo banget sih wa,udah gue peringatan ya loe supaya ga manggil Naya-gue bidadari," Dewa nyengir karna mendapat tatapan tajam dari Asya
"gue cuman mau tanya aja,soalnya gue liat Anaya itu cinta banget sama loe padahal loe kan es kutub."
"cuman dua tahun gue pacaran sama Naya tp rasa cinta gue ataupun Anaya memendam rasa dari kita sekolah menengah pertama,"
"pantes loe susah move on pas loe bilang Anaya nyakitin loe..tp kok gue ga kenal sama Naya dari kecil ya padahal gue sama gilbert kecil di indonesia juga?" tanya Dewa heran
"itu karna gue ngejauhin Anaya kecil dari loe berdua,pas kita sekolah dasar aja gue sengaja ga satu sekolah sama kalian itu karna gue tau kalau sampe kalian kenal sama Anaya kita bakalan rebutan hati Naya,"
"ck,kebangetan banget loe possesive nya sama bidadari..kalau dulu Naya ketemu gue pasti Naya bakalan jatuh cinta sama gue dari pada loe es kutub." ujar dewa percaya diri
"hehh percaya diri banget loe cebong,Naya tetep bakalan cinta sama gue meskipun ketemu sama loe berdua.."
"elaaah percaya diri banget loe,waktu kecil aja loe ngumpetin Naya dari kita-kita,coba ga loe umpetin udah jadi milik gue bidadari yg lagi tidur nyenyak di sana." ujar Dewa sembari melihat Anaya yg tertidur pulas.gilbert yg mendengar ocehan kedua sahabatnya hanya tersenyum tipis
uhuk..uhuk
suara batuk Anaya membuat Asya bergegas menghampiri ranjang Anaya,jantung Asya kembali berdebar ia takut mendengar batuk Anaya.Asya masih ingat terakhir kali Anaya batuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya
"hey sayang..kamu kenapa hmm?" tanya Asya dengan wajah khawatir,Anaya membuka kedua matanya merasakan elusan lembut di keningnya
"emm...emangnya Naya kenapa?" tanyanya polos setelah sempurna membuka matanya
"tadi kamu batuk sayang,kamu ga papa kan? ada yg sakit?" Anaya menggeleng kepala sebagai jawaban
"syukur kalau gitu,aku takut banget denger kamu batuk syang.." Anaya tersenyum mendengar kekhawatiran Asya
"aku ga papa,mungkin tadi cuman batuk biasa aja..Asya ga usah khawatir ya?" Asya pengecup kening Anaya lama.
sementara gilbert dan dewa memperhatikan interaksi sepasang kekasih,tp yg membuat mereka lebih pokus memperhatikan adalah perlakuan manis Asya pada Anaya.
"si bidadari emang istimewa bisa bikin si kutub kaya giti." ujar dewa pada gilbert tanpa mengalihkan tatapannya pada sepasang kekasih di depannya
"iya Naya bisa bikin cwo dingin dan kejam kaya si Asqo berubah jadi bucin." ucapnya di sertai tawa
Ceklek..
tatapan gilbret dan dewa teralihkan pada pintu yg terbuka.sosok gadis imut masuk ke ruangan Anaya dengan senyum tersungging di bibirnya
"kakak...." ujarnya bergegas menghampiri Anaya yg masih terbaring lemah di ranjang,ia tak perduli pada sekitar yg ia perdulikan adalah kakaknya Anaya.
"Adel.." seru Anaya bahagia melihat adiknya yg sudah datang menemuinya
"Adel kangen kakak,mau peluk..maafin Adel baru sempet ke sini." ucapnya manja sembari merentangkan kedua tangannya bersiap memeluk Anaya yg masih terbaring
"sini sayang,peluk kakak." Adel memeluk Anaya erat air mata yg sedari di tahannya akhirnya tumpah dari pelupuk matanya.
"kangen banget sama kakak,jangan tidur lama-lama Adel sedih sendirian."
"ga akan lagi,janji de,"
"beneran?" tanya Adel yg sudah melepas pelukannya beralih duduk di samping ranjang Anaya
"iya sayang kakak janji ga bakalan tidur lama-lama lagi,"
"jangan boong,kasian tau kak Asqo nangis mulu tiap hari." ujar Adel menggoda Asya yg saat ini masih betah menatap Anaya.Asya tersenyum malu karna mendengar godaan Adel
"emang beneran kak Asya nangisin kakak tiap hari?" tanya Anaya dengan tatapan jahil pada Asya yg saat ini tersenyum malu padanya
"beneran kak,Adel ga boong tanyain aja sama kak Andra atau tanyain sama dokter atau perawat yg liat kak Asqo nangisin kakak mulu tiap hari," Anaya tertawa bahagia melihat wajah Asya yg memerah karna malu "mau Adel tiruin nangis kak Asqo?" Anaya mengangguk semangat mendengan usulan Adel,Asya bergegas menghampiri rajang sebelah Anaya yg Adel duduki,Asya membekap mulut Adel yg akan memulai tiruan ketika Asya menangis
"udah del,kalau Adel macem-macem nanti kak Asqo bawa pergi kak Naya jauuh...mau?"Ancam Asya yg membuat Adel mengangguk pasrah.Anaya kembali tertawa melihat tingkah Adel dan Asya yg menurutnya sangat menggemaskan..
"Ehemm..kebiasaan si kutub lupa sama kita," gilbert mengangguk setuju dengan ucapan dewa,Adel mengalihkan tatapannya pada dua orang yg sedang duduk di sofa
"siapa itu kak?" tanya Adel pada Asya sambil menunjuk kedua sahabat Asya
"mereka sahabat kak Asqo,,sini loe berdua mau di kenalin ga sama ade nya Naya?" gilbert dan dewa menghampiri Asya menjabat tangan Adel yg ter ulur.
"haii kak,aku Adel adik nya kak Naya." ucap Adel sopan
"Aku gilbert,"
"aku dewa." Adel bergantian menjabat lengan kedua sahabat Asya dengan senyum yg masih mengembang.
Anaya dan Adel melanjutkan obrolan antar kakak dan Adik.sementara Asya dan dua sahabatnya kembali pada aktifitasnya yaitu menyelesaikan pekerjaan nya,sebenarnya hanya Asya yg bekerja sementara kedua sahabatnya kembali fokus pada handphone sesekali mata mereka melihat interaksi kedua perempuan yg terlihat asik bercengkrama.
"Qo..Adel ade kandung nya si bidadari?" tanya dewa penasaran
"lebih tepatnya Adel ade sepupu Anaya,Naya ngurusin Adel dari dia umur 14thn dan hidup sama Anaya.bahkan Anaya yg biayain hidupnya selama Adel tinggal sama Naya," jelas Asya tanpa menoleh pada dewa
"hebat banget sih si bidadari tidur,apalagi pas gue tau cwe loe mengidap penyakit langka.pasti hidupnya berat harus berjuang sembuh,berjuang buat untuk hidupnya sama Adel aaah beruntung banget loe Qo." Asya mengalihkan tatapannya pada Anaya,ia dia memang beruntung bisa di cintai gadis hebat seperti Anaya.
"jangan sia-siain perempuan kaya Anaya Qo,karna sekali loe sia-siain masih banyak yg menunggu Anaya jadi milik mereka..contohnya kita berdua." ucapan Gilbert sontak membuat Asya menatap tajam kedua sahabatnya yg saat ini tersenyum jahil padanya
"ga akan pernah gue lepasin Anaya,dan ga akan pernah gue sia-siain Anaya sedikitpun!!" desis Asya tajam membuat kedua sahabatnya tertawa karna berhasil membuat si bucin menjadi es kutub kembali
"hahahaha...kita becanda Qo nyeremin banget tuh mata,kita bakalan jagain Anaya seperti adik kita sendiri.iya kan wa?"
"iya kita udah mutusin kalau Anaya bakalan jadi adik kita berdua,umur kita sama Anaya juga beda setahun jadi pas dong kita anggap Anaya jadi Adik kita." balas dewa menyetujui ucapan gilbert
"gue ga setuju," tolak Asya
"kenapa loe ga setuju?,Anaya aja ga keberatan kita anggap dia Adik..iya kan Naya??" pertanyaan gilbert membuat Anaya menoleh dengan tatapan tak mengerti
"kenapa kak ibet?" tanya Naya
"kamu mau kan jadi adik ibet sama dewa?" pertanyaan gilbert membuat Anaya tersenyum bahagia,ia sangat ingin mempunya kakak laki-laki yg bisa menjaganya
"Naya ma....," ucapan Anaya terpotong dengan suara Asya "aku ga setuju sayang,mereka cuman mau nyari kesempatan dalam kesempitan." Anaya menunduk sedih mendengar penolakan Asya,
"tujuh liat belum apa-apa loe udah bikin ade gue sedih," ujar dewa,sontak Asya menghampiri ranjang Anaya dengan tatapan penyesalan
"hey..syang maafin aku,aku cuman takut kamu di godain sama dua mahkluk macam mereka," ujar Asya sembari mengelus pipi Anaya.Anaya mendongakan kepalanya menatap Asya yg saat ini sedang menatapnya dengan khawatir
"Naya pengen punya kakak yg bisa jagain Naya,kak ibet sama kak dewa juga baik banget sama Naya..masa Asya ga percaya sama mereka,Naya juga ga mungkin macem-macem sama kakak-kakak Naya,Naya bukan cwe kaya gitu Asya." ucapnya sendu,Asya memeluk erat tubuh Anaya ia sungguh menyesal mengatakan sesuatu yg mengingatkan Anaya pada hinaan yg pernah ia lontarkan pada gadis-nya dulu
"maafin aku sayang..aku ga nganggep kamu perempuan kaya gitu,maaf sayang dengan tidak sengaja aku kembali nyakitin hati kamu." ucap Asya tulus,
Gilbert,dewa dan Adel hanya menatap sendu sepasang kekasih yg sedang berpelukan di depan mereka.mereka bisa merasakan kesedihan dan penyesalan yg Anaya dan Asya alami
"kamu mau mereka jadi kakak kamu sayang?" tanya Asya lembut dengan masih memeluk Anaya
"ga usah kalau Asya keberatan,"jawabnya pelan
"aku ga keberatan sayang,maafin aku..aku ga maksud apapun,aku cuman takut kamu di rebut sama dua sahabatku yg tukang tebar pesona."Anaya mengurai pelukan Asya padanya,beralih menatap mata Asya yg saat ini sedang menatapnya
"Asya cemburu?" tanya Anaya dengan tatapan polosnya yg membuat dewa dan gilbert tersenyum geli karna ternyata Anaya seolah tidak tau jika kekasih possesive nya memang sedang cemburu pada laki-laki yg dekat denganya
"ya ampuuun sayang....kamu baru tanya sekarang? sumpah demi apapun kamu baru nyadar sekarang kalau aku memang cemburu?" Anaya mengangguk polos membuat kedua sahabat Asya tertawa karna kepolosan Anaya.sementara Adel sudah berlalu keluar karna perutnya lebih membutuhkan bantuannya..
"Aah...lucu banget sih cwe si kutub,gue jadi makin gemes sama si bidadari," ucap Dewa
"iya polosnya kebangetan,gue kira cuman wajahnya aja ternyata pikirannya pun sama polosnya.bahaya kalau pacaran sama si kutub bisa-bisa kepolosan Anaya di manfaatin" tambah gilbert dengan sisa tawanya
"kenapa Asya cemburu? Asya kan bukan pacar Naya," ujar Anaya,Asya menatap Anaya tak percaya bagaimana bisa Anaya mengatakan jika dirinya bukan 'pacar Anaya' apa selama ini perhatiannya dan ucapan sayangnya tidak di anggap oleh gadis polos dalam dekapannya ini? pikir Asya dalam hati
dewa dan gilrbert kembali tertawa karna melihat tatapan sahabatnya yg tidak di anggar kekasih oleh Anaya si gadis dengan tatapan teduhnya
"hahaa..kasian banget loe Qo,ternyata loe bukan pacarnya Naya,di anggap aja engga eeh malah cemburu segala." goda gilbert dan dewa dengan tawa yg belum mereda karna ucapan Anaya