webnovel

cemburu

Pagi-pagi sekali asya sudah berangkat ke kantor di karenakan ada meeting penting yg harus ia hadiri,ia bahkan tidak berpamitan pada anaya yg masih tidur nyenyak.asya membiarkan gadisnya beristirahat agar kondisinya selalu sehat jika beristirahat cukup.

"eumm.." anaya memicingkan matanya saat matahari menembus di balik tirai

Anaya merenggangkan otot-ototnya saat terbangun sempurna dari acara tidurnya,matanya mencari sesuatu ke setiap sisi.yg ia cari saat pagi menyapa tak ada di hadapannya,anaya merasakan perbedaan yg jelas terasa.

"Asya kemana? kok ga nyapa naya kaya biasanya?" gumamnya pada diri sendiri dengan bibir mengerucut

Anaya bergegas ke kamar mandi melakukan ritual mandinya,butuh waktu tiga puluh menit akhirnya anaya sudah siapa turun ke lantai bawah untuk sarapan.saat akan memulai sarapan ponsel anaya berbunyi mendakan panggilan masuk.

bibir anaya menyunggingkan senyum manisnya saat melihat nama kontak di ponselnya.

"hallo."

"[hallo sayang,selamat pagi menjelang siang." sapanya lembut membuat anaya merindukannya

"ini masih pagi kok," ucap anaya membuat asya terkekeh di seberang sana

"[ini udah jam sepuluh lebih sayang,baru bangun hmm?]" anaya melihat jam di dinding dengan mulut sedikit terbuka

"iiih ini udah siang ternyata,ya ampuuun naya kok bisa bangun jam segini sih?" ucapnya heboh karna melihat jam yg sudah menunjukan bahwa ia salah mengira

"[cape banget ya? mangkanya baru bangun?]"

"ga tau tp semalam tidur naya enak banget sampe lupa kalau ini udah siang,maafin naya,"

"[kalau mau di maafin,nanti datang ke kantor aku]" asya tersenyum jahil mendengar anaya menghela nafas,asya yakin anaya pasti akan bersedia datang tanpa perlu di paksa seperti sebelum-sebelumnya.

"ya udah nanti naya ke situ," ucapan anaya membuat asya senang

"[ya udah hati-hati di jalan,aku udah ngabarin supir supaya jemput kamu]"

Setelah mengakhiri asya mengakhiri panggilannya,anaya bergegas pergi ke kantor asya.bahkan ia sampai melupakan acara sarapannya karna terlalu merasa bersalah karna bangun terlalu siang.

Karna sedikit macet butuh waktu setengah jam akhirnya anaya sampai di kantor asya,ia bergegas masuk ke kantor asya bahkan tatapan para pegawai yg dulu mengenalnya sebagai mantan salah satu karyawan tak ia perdulikan.anaya bergegas masuk ke lift memencet tombol paling atas agar bisa menemui kekasihnya yg anaya pikir sedang marah karna ia bangun terlalu siang.

Anaya sedikit berlari untuk sampai ke ruangan Asya,bahkan saat dewa menyapa pun ia seolah tak mendengar.dewa yg melihat anaya tak memperdulikan sekitar membuatnya ikut mengikuti anaya yg bergegas dengan raut wajah sulit di artikan.

"Asya maafin na..ya..." ucapan anaya lesu di akhri kalimat saat melihat pemandangan di depannya sedikit membuat hatinya tercubit.

Asya terkejut melihat anaya dengan nafas yg memburu,tapi tatapan sedih yg anaya perlihatkan padanya membuatnya merasa bersalah.bagaimana tidak sedih,anaya melihat asya yg seolah sedang memeluk seorang perempuan sexy.Asya yg menyadari tatapan kecewa anaya padanya lantas melepas lengannya pada tubuh perempuan yg tadi ia tolong,

"heii sayang,ini ga seperti yg kamu liat." ujar Asya setelah menghampiri anaya yg masih berdiri mematung di depan pintu

"keluar dari ruangan saya," lanjut Asya lagi tanpa melihat pada perempuan sexy yg tadi ia tolong,perempuan sexy yg bernama linda itu bergegas keluar karna mendengar nada dingin dari atasannya.

Anaya masih menatap Asya dengan pandangan sendu,bahkan saat lengannya di genggam eratpun ia tak menyadarinya.hatinya sedikit sakit melihat Asya yg tadi memeluk perempuan itu.

"sayang.." ujar Asya lembut yg mencoba menyadarkan Anaya dari pikiran-pikiran yg mengganggu gadisnya.Asya menuntun gadisnya duduk di sofa.

"maafin naya," ucapnya lirih,membuat Asya bersalah

"hey..kamu ga salah apa-apa sayang,"

"maaf karna bangun siang..dan,emm...maaf udah ganggu waktu asya tadi," Asya memeluk anaya erat menciumi puncak kepalanya berkali-kali mendengar nada sedih di akhir kalimatnya,bahkan Asya bisa mendengar nafas anaya yg memburu dengan keringat yg menetes di pelipis nya.apa gadisnya berlari kemari? tanyanya dalam hati

"perempuan tadi sekertaris ibet,dia ke sini ngasih dokumen.tadi dia jatuh gara-gara kesandung,aku cuman nolongin,yg kamu liat tadi ga kaya yg kamu pikir.maafin aku bikin kamu sedih." ujar Asya menjelaskan

Anaya melepas pelukan Asya,matanya menatap mata tajam Asya yg saat ini menatapnya dengan tatapan takut.

"naya percaya sama Asya,tadi naya cuman cemburu aja liat Asya meluk-meluk cwe sexy itu." ujar Anaya jujur,Asya kembali membawa tubuh mungil Anaya dalam dekapannya.ia bersyukur gadisnya selalu percaya padanya.

"cemburu tanda cinta,dan aku suka." ucapnya sembari tersenyum mengelus punggung anaya lembut

uhuk..uhuk

Asya melepas pelukannya saat mendengar gadisnya batuk,lengan besarnya menangkup wajah anaya.tatapannya berubah khawatir karna melihat wajah anaya yg sedikit pucat bahkan keringat masih keluar dari kening gadisnya.

"hey kamu kenapa,hmm?" tanya Asya dengan tatapan khawatir melihat anaya yg saat ini menatapnya dengan tatapan sendu,dan jangan lupakan bibirnya yg sudah pucat

"tadi ade gue lari-lari,bahkan dia ga perduliin sekitar.

yg gue liat dia cuman pengen cepet-cepet aja sampe ruangan loe," bukan Anaya yg menjawab namun itu suara dewa yg saat ini berdiri tepat di pintu ruangan Asya.Asya yg mendengar ucapan dewa kembali khawatir pada gadisnya,

"kenapa lari-lari?"

"naya takut Asya makin marah sama naya karna ga cepet-cepet datang ke sini," oh ucapan Anaya membuat Asya mengingat ucapan bodonya tadi saat di telepon

"aku ga marah sayang,aku ga akan pernah marah sama kamu..maafin aku udah bikin kamu kaya gini."

"tapi tadi Asya bilang di telepon kalau mau di maafin naya harus ke sini,"

"iya aku nyuruh kamu ke sini,tapi bukan dengan cara cepet-cepet kaya gini." Anaya mengalihkan tatapannya ke bawah karna melihat asya yg seperti marah dengan kecerobohannya

"hey liat aku," ucap Asya sembari mengelus lembut pipi Anaya,Anaya kembali menatap langsung mata tajam Asya

Asya merasakan bibir Anaya yg bergetar,tangan yg berada di pahanya pun seperti bergetar.ada apa dengan gadisnya? pikirnya

"wa..panggil dokter CEPET!" ujarnya pada dewa tanpa mengalihkan tatapan khawatirnya pada Anaya

dewa bergegas menghubungi dokter sesuai perintah sahabatnya,ia bisa merasakan kekhawatiran yg sahabatnya rasakan ketika melihat kondisi Anaya yg saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"naya ga papa Asya,naya cuman cape aja." ucapnya pelan,Asya kembali memeluk tubuh lemah Anaya.ia sangat takut terjadi sesuatu lagi pada gadis yg sangat ia cintai karna kebodohannya.

tidak butuh waktu lama,dokter yg di hubungi dewa akhirnya datang.dengan sigap Asya memindahkan tubuh anaya ke kamar yg terdapat di ruangannya.gilbert yg mendengar kabar dari dewa tentang kondisi anaya,bergegas masuk ke ruangan Asya.

"nona anaya mengalami dehidrasi,bahkan perutnya masih kosong belum ter isi apapun..tidak ada yg perlu di khawatirkan untuk saat ini,tp saya harap selanjutnya untuk tidak lupa memperhatikan kondisi nona Anaya.karna apapun yg mengganggu kesehatannya bisa membuat nona Anaya dalam ke adaan yg buruk." Penjelasan dokter membuat Asya mengumpat diri sendiri dalam hati.

setelah dokter keluar,Asya memerintahkan sahabatnya untuk menyiapkan makanan untuk gadisnya.Asya duduk di pinggir tempat tidur,satu tangannya mengelus kening Anaya dan tangan lainya mengelus lembut lengan Anaya yg terbebas dari infus,tatapan penyesalan jelas terlihat di mata Asya

"naya ga papa,asya jangan khawatir" ucap anaya menenangkan dengan nada lemah yg jelas terasa oleh Asya dan kedua sahabatnya

"kenapa perut nya kosong,hmm?"

"tadi Naya cepet-cepet datang ke sini jdi lupa makan,"

BODOH loe Asya!!!! umpat Asya dalam hati

"maafin aku," Anaya mengangguk sebagai jawaban,ia terlalu lelah untuk berbicar.Asya mengecup kening Anaya lama..

"Qo makanan nya udah siap nih," ujar dewa sembari menyimpan makanan di atas meja sebelah ranjang yg Anaya tiduri

"kita lanjut kerja lagi ya,dan buat kamu ade kita yg cantik jangan terlalu polos..cepet sembuh ya,kasian si kutub nanti dia sedih liat kamu sakit," Anaya mengangguk sembari tersenyum mendengar ucapan gilbert.