39 MENDIAMKAN

Sejak perdebatan pendek itu, hubungan mereka sedikit renggang. Fatma hanya bisa menunggu kapan suaminya itu akan luluh, karena cukup sekali dia berbuat bodoh dan tidak akan pernah melakukannya lagi, walau butuh seumur hidupnya untuk menunggu hati suaminya mencair.

Sementara Harun masih diliputi rasa gengsi dan kesal karena dia merasa Fatma kurang keras dalam berusaha untuk meminta maaf padanya, sedangkan dulu pada Brian dia langsung luluh dan menerima laki-laki itu.

Fatma berdiri di depan kaca, dia melihat tubuhnya kembali berisi setelah melahirkan Anil. Walau sudah melahirkan 4 orang anak, tubuhnya bisa disebut masih seksi, karena yang membesar bukan disemua tempat tapi hanya di bagian dada dan bokong saja.

Sudah sebulan ini Harun tidak menyentuh Fatma, karena saat Fatma tidur, Harun baru saja pulang dan saat Harun bangun, Fatma sudah memasak di bawah. Beberapa hari ini Fatma mendapatkan nasehat kecil dari temannya tentang bagaimana cara membuat suami kita betah di rumah dan tidak mau jauh dari istri. Sebenarnya Fatma ragu, karena dia takut jika Harun akan berpikiran lain tentangnya jika dia melakukan nasehat temannya itu. Semalaman Fatma tidak bisa tidur memikirkan rencananya, karena harga dirinya dipertaruhkan dalam rencananya ini.

Pagi itu Fatma yang sudah bangun masih pura-pura tidur, karena dia ingin tahu apa yang dilakukan suaminya. Harun terbangun saat akan menjalankan shalat tahajud, dia melihat Fatma yang masih tertidur tapi tidak membangunkan istrinya itu. Hingga tiba waktu shalat subuh, Fatma juga masih tertidur. Perlahan Harun mendekati Fatma, diulurkan tangannya untuk menyetuh bahu istrinya itu, tapi saat sudah dekat, dia menarik kembali tangannya. Entah mengapa gengsinya sangat tinggi, akhirnya dia memutuskan membangunkan istrinya dengan cara membuka pintu kamarnya agar angin masuk ke dalam kamar mereka. Fatma pura-pura menggeliat dan memutar tubuhnya membelakangi Harun yang berdiri di depan pintu balkon kamar mereka. Dia menarik selimutnya untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin.

" Astaughfirullah! Jam berapa ini?" teriak Fatma tiba-tiba, yang cukup membuat Harun terkejut.

" Pasti Aba marah karena aku terlambat bangun!" ucap Fatma memukul keningnya.

Dia masih bersandiwara, pura-pura tidak tahu jika Harun berdiri di pintu balkon. Dia menoleh ke arah pintu kamar, lalu dengan santainya Fatma menarik lingerienya ke atas dan terlihatlah tubuh polosnya. Harun terkejut kembali melihat sikap istrinya yang menurutnya baru saja dia ketahui, dia meneguk salivanya melihat tubuh seksi milik istrinya yang sudah lama tidak disentuhnya. Fatma sebenarnya gemetar dan harap-harap cemas melihat reaksi Harun, jantungnya berdegup dengan kencang dan tubuhnya sedikit bergetar saat pakaiannya terlepas tadi. Dengan santai lagi, dia berjalan ke kamar mandi dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Harun terpaku melihat kejutan yang diberikan istrinya, dia melongo dan masih bisa melihat tubuh polos istrinya yang tampak begitu indah di matanya.

Tubuh Harun terasa panas dingin melihat semua itu, dia merasa sesuatu di dalam dirinya berontak ingin dilepaskan. Harun berjalan mendekati kamar mandi dan memegang handle pintu, tapi rasa gengsi dan kesal mengalahkan hasratnya yang sudah di ubun-ubun. Beberapa saat kemudian dia pergi meninggalkan kamarnya dengan hasrat yang menyelimuti dirinya. Terpaksa dia harus bersolo karir demi ego yang masih menguasainya.

Fatma merasa rencananya berjalan dengan lancar, dia sempat mengikuti Harun ke kamar tamu dan mendengar suaminya itu bersolo karir sambil menyebutkan namanya. Rencana selanjutnya Fatma membeli beberapa pakaian rumah yang sedikit berbeda dari biasanya. Dia tidak lagi memakai khimar saat keluar dari kamar, karena memang tidak ada laki-laki di rumah ini selain Harun dan Anil. Tukang kebun dan pegawainya yang laki-laki sudah dipisahkan oleh Harun saat hubungan mereka membaik. Pakaian Fatma sedikit memperlihatkan lekuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang terurai. Dia juga memakai sedikit make up tipis di wajahnya dan itu membuatnya semakin terlihat cantik.

Deg! Deg! Harun cukup terkejut melihat perubahan istrinya. Jantungnya berdetak kencang dan hampir mencelos melihat penampilan Fatma. Fatma yang sempat melihat wajah suaminya hanya diam saja menata meja makan dengan santainya bersama Embun, PRT yang diambil dari rumah Ummi Harun.

" Ustadzah cantik sekali hari ini!" puji Embun.

" Emang selama ini saya nggak cantik, Mbun?" tanya Fatma bergurau.

" Cantik! Tapi kalo khimarnya dilepas, sedikit berubah saja!" balas Embun tersenyum.

" Kan gak ada orang lain disini, Mbun! Sekali-sekali saja!" jawab Fatma yang pada dasarnya sedikit gugup jika tidak memakai khimar.

Harun hanya terdiam dan menatap istrinya dengan intens.

" Ustadz Harun saja sampe gak kedip!" ucap Embun tiba-tiba.

Harun yang merasa tersindir, jadi salah tingkah dan meminum kopi yang masih panas.

" Auchhh!" keluh Harun mengipas-ngipas lidahnya yang serasa terbakar.

" Aba! Hati-hati, Ba! Itu'kan masih panas!" ucap Fatma mendekati suaminya dan mengipasi lidahnya.

Harum tubuh Fatma menguar dan tertangkap indra penciuman Harun. Hasrat pria normal itu perlahan terpancing. Sementara Fatma membersihkan tumpahan kopi di meja makan dengan perlahan. Harun memalingkan wajahnya, dia tidak mau Fatma melihat wajahnya yang menahan hasrat.

" Hiks....hiks...hiks....!"

" Eh, anak Ummi udah bangun!" sapa Fatma yang kemudian menggendong putranya yang dibawa babysitternya.

" Ustadzah cantik banget!" puji Kansa, babysitter Anil.

" Trima kasih!" sahut Fatma sambil melirik ke arah suaminya yang hanya terdiam sambil menyeruput kopinya.

Harun yang biasanya sudah mengambil putranya dari tangan Kansa, kali ini seperti tersihir hanya duduk di kursinya.

" Anil haus?" tanya Fatma yang tadinya berdiri kemudian duduk di sebelah kiri Harun.

" Apa saya buatkan susu, Us?" tanya Kansa.

" Gak usah, Sa! Saya akan menyusui saja! Kamu sarapan saja!" kata Fatma lalu membuka zipper bajunya dan terlihatlah sumber ASI Anil yang mengkal. Harun tersedak saat menelan makanannya, karena melihat dada mengkal dan benda diujung dada yang saat ini masuk ke dalam putranya.

" Hati-hati, Aba!" ucap Fatma sambil memberikan gelas berisi air putih milik suaminya.

Anil sepertinya sangat kehausan, karena dia tidak berhenti menyusu pada Fatma. Harun merasa iri dengan putranya itu yang bisa menyentuh dada Umminya, sedangkan dia hanya bisa menelan salivanya akibat gengsi dan rasa cemburu butanya. Harun melahap makanannya sampai habis tanpa merasakan apapun di lidahnya, dia merasa ngilu di bagian sensitifnya akibat ulah istri dan putranya yang asyik di sebelahnya.

" Udah?" tanya Fatma yang melihat Anil melepaskan sumber ASInya.

Anil tertawa dan memegang wajah Fatma.

" Apa kamu juga mau bilang jika Ummi cantik?" tanya Fatma.

Anil hanya tertawa saat melihat senyum di wajah putranya.

" Mandi sama Mbak Kansa, ya!" ucap Fatma sambil memberikan Anil pada Kansa.

Harun menatap dada istrinya yang belum masuk lagi ke sarangnya setelah di nikmati putranya.

" Jangan melakukan itu lagi disini, walau tidak ada laki-laki selain aku dan Anil! Ganti pakaianmu dengan yang aku belikan dan jangan pakai lagi pakaian seperti itu. Satu lagi, pakai khimarmu saat keluar dari kamar!" kata Harun tegas, tanpa ada basa-basi sedikitpun.

Fatma tertegun mendengar semua kata yang diucapkan Harun. Dia sudah menebak jika ini akan terjadi, tapi dia tidak berpikir jika suaminya sangat keras kepala dan memiliki gengsi yang tinggi.

" Baik! Jika menurut Aba, Ummi tidak cocok atau tidak pantas atau bahkan terlihat buruk di mata Aba dengan semua sikap Ummi kemarin sampai sekarang, Ummi minta maaf! Ummi berjanji tidak akan melakukan usaha apa-apa lagi untuk membuat Aba kembali seperti dulu. Ummi pasrah akan nasib pernikahan kita, silahkan Aba melakukan apa yang menurut Aba benar, karena apapun yang Ummi lakukan, pasti salah dan hina menurut Aba! Permisi, Ummi lelah!" tutur Fatma, kemudian wanita itu berdiri dan berjalan ke kamar mandi tempat Anil di mandikan.

avataravatar
Next chapter