webnovel

013 TDG

Om Putu adalah adik angkat dari Aba Yasmin. Namanya Agung Ngurah Rai, istrinya bernama Natalie Benson, seorang wanita berkewarganegaraan Jerman. Mereka memiliki 3 orang anak, 2 laki-laki dan seorang perempuan. Yang Pertama bernama Agung Ngurah Raka, kedua Dewi Ngurah Rai, Agung Ngurah Anom ( Maaf ya, ini hanya karangan author aja, tidak ada maksud apa-apa, hanya suka aja sama namanya). Tapi Agung Ngurah Rai biasa dipanggil dengan nama Putu karena di Jakarta orang Bali biasa dipanggil Putu oleh penduduk sana. Agung Ngurah Raka seusia dengan Zab, sedangkan Dewi Ngurah Rai seumuran dengan Yasmin. Zab mengenal keluarga mereka saat mereka berkunjung ke rumah Yasmin di Dubai.

" Kamu tidak bersungguh-sungguh'kan mengajakku pergi?" tanya Yasmin saat dia dan Zab berada di dalam kamar.

Zab menatap ke arah istrinya.

" Kenapa? Apa kamu sudah tidak sabar bertemu Raka?" sindir Zab.

Raka dan Yasmin sebenarnya akan dijodohkan oleh kedua orang tua mereka, tapi saat Kabir mengetahui jika putrinya memiliki pilihan sendiri, dia mengurungkan niatnya demi kebahagiaan Yasmin. Tapi Raka sudah menyukai Yasmin sejak mereka bertemu di usia 13 tahun. Sebagai Mualaf, Raka begitu antusias belajar tentang Islam pada Kabir. Disamping mendapatkan ilmu, dia bisa melihat Yasmin setiap dia ke rumah Kabir.

" Astaughfirullah! Kenapa Kakak menganggap semua yang ada padaku adalah sesuatu yang buruk?" tanya Yasmin serius.

Ditatapnya suami yang sangat dicintainya itu dengan hati yang sakit. Apakah sesakit ini mencintaimu, Kak? Apakah aku sanggup bertahan, Ummi? Ya, Allah! Sepertinya aku bukanlah wanita seperti mereka diluar sana yang tetap tegar walau merasakan sakit karena cintanya pada sang suami! batin Yasmin menahan airmata yang menggenang dikedua bola matanya.

" Karna kamu memang seperti itu!" jawab Zab dingin, lalu mengambil bantal dan tidur di sofa.

Yasmin masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan pelan. Tubuhnya merosot di balik pintu hingga terduduk di lantai kamar mandi yang terasa dingin. Airmata yang sejak lama ditahannya, terurai begitu saja tanpa bisa dibendung lagi. Kedua tangannya membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara isak tangis. Tubuhnya terguncang pelan, dadanya terasa nyeri hingga beberapa lama. Setelah puas menangis, Yasmin membuka seluruh pakaiannya dan berendam di dalam bathube yang diisinya dengan air hangat. Seluruh tubuhnya masuk ke dalam air, meninggalkan kepala yang bersandar di ujung bathube. Yasmin memejamkan kedua matanya yang terlihat sembab dengan sesekali tubuhnya bergetar akibat sisa isak tangisnya. Bayangna kata-kata kasar Zab terlintas di benaknya, membuat kepalanya berdenyut dan berputar.

Sementara disofa,Zab mencoba memejamkan kedua matanya, tapi tidak berhasil, dia memutar tubuhnya yang tadinya membelakangi ranjang. Kemana dia? batin Zab, saat tidak melihat Yasmin di ranjang. Dia melihat ke arah bawah pintu kamar mandi yang menyala. Dia pasti sedang mandi! batin Zab lagi, kemudian dia kembali memutar tubuhnya membelakangi ranjang. Rasa kantuk mulai menyerang pria yang baru saja menikah itu. Hoammmm! Zab menguap cukup lebar dan menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Dia kembali mencoba memejamkan kedua matanya.

" Kak! Udah tidur?" tanya Fiza.

" Hmm?" sahut Ezzah yang hanya tidur ayam.

" Apa kakak bahagia?" tanya Fiza.

" Siapa?" tanya Ezzah lagi.

" Kak Yasmin!" jawab Fiza.

Ezzah membuka kedua matanya lalu memutar tubuhnya menghadap adiknya.

" Apa terlihat?" tanya Ezzah.

" Fiza pernah melihat wajah Ummi seperti Kak Yasmin!" kata Fiza.

" Kapan?" tanya Ezzah penasaran.

" Kalo Aba membicarakan Abi Brian!" kata Fiza.

" Kenapa emang Abi Brian?" tanya Ezzah.

" Sepertinya Ummi nggak suka jika Aba ngomongin Abi!" jawab Fiza.

" Berati Kak Yasmin sedang tidak bahagia?" tanya Ezzah.

" Sepertinya begitu!" jawab Fiza lagi.

" Tapi tadi..."

" KakYasmin pandai menyembunyikannya!" kata Fiza.

" Tapi bukannya Kak Zab memang sejak awal menyukai Kak Yasmin?" tanya Ezzah.

" Tapi sebelum Kak Zib akan menikahi istrinya!" jawab Fiza.

" Kakak jadi kasihan pada Kak Yasmin!" kata Ezzah.

" Kita harus membuat Kak Zab kembali seperti saat dia menyukai Kak Yasmin!" kata Ezzah.

" Setuju!" jawab Fiza.

" Ayo, kita..."

Ponsel Ezzah bergetar, gadis itu melihat ke arah layar, nama Zab tertera disana.

" Panjang umur!" kata Ezzah sambil menggeser ikon berwarna hijau.

" Assalamu'alaikum, Kak! Halo!"

" Zah! Keluar sekarang!"

Ezzah terkejut karena terdengar suara Zab berteriak di telpon. Dengan cepat dia meraih khimarnya. Fiza yang tadinya berbaring, langsung terduduk melihat kakaknya yang sudah melompat berdiri.

" Ada apa, Kak?" tanya Fiza menatap kakaknya heran.

" Kak Zab menyuruh kita keluar!" jawab Ezzah.

Mereka berdua telah memakai khimar lalu berlari keluar kamar dan melihat pintu kamar Zab yang terbuka.

" Kak Yas?' ucap Ezzah saat melihat Zab membawa tubuh Yasmin di tangannya.

" Cepat buka lift!" kata Zab yang terlihat panik.

Fiza berlari menuju ke arah lift dan menekan tombol yang ada di dinding. Tidak lama pintu lift terbuka dan Fiza masuk untuk menahannya. Zab dan Ezzah berlari menuju ke dalam lift.

" Ambil ponsel kakak di saku celana, hubungi Pak Nyoman. Suruh siapkan mobil di depan lobby!" kata Zab.

" Iya, Kak!" jawab Ezzah yang meraih ponsel di saku celana Zab.

" Maaf, Kak!" kata Ezzah saat tangannya masuk ke dalam saku celana Zab.

Zab tidak merespon Ezzah, wajahnya terlihat sangat khawatir dengan menatap wajah Yasmin yang terlihat pucat. Please, Zha! Jangan tinggalin aku! Aku tidak bisa kalo tanpa kamu! Astaughfirullah! Apa yang telah aku lakukan? Ampuni hambamu ini, Ya Allah! batin Zab meratapi Yasmin.

" Kak Yasmin kenapa, Kak?" tanya Fiza yang matanya sudah berkaca-kaca.

Zab menatap adiknya sendu, dia melihat sebutir airmata menetes di sudut mata adik kecilnya.

" Apa Kak Yasmin akan baik-baik saja? Apa dia akan..."

" Tidak! Dia akan baik-baik saja!" sahut Zab ketakutan.

Lift sudah sampai di lantai dasar Hotel. Pintu lift terbuka dan Zab melihat Pak Nyoman beserta beberapa pegawainya telah menunggu dengan sebuah tandu.

" Silahkan, Pak Zabran!" kata Nyoman pada Zab.

Zab mengabaikan pertolongan Nyoman, dia berjalan dengan cepat menuju keluar lobby Hotel. Semua yang melihat hal itu hanya saling tatap dan segera berjalan mengikuti Zab. Nyoman mendahului Zab dan membukakan pintu untuknya.

" Terima kasih, Pak!" kata Zab saat sudah masuk ke dalam mobil.

" Sama-sama, Pak!" jawab Nyoman.

" Kalian disini dan jangan bilang sama Ummi!" kata Zab menatap tajam adik-adaiknya.

" Iya, Kak!" jawab keduanya, mereka belum pernah melihat sikap kakaknya yang seperti itu selama ini.

Ada sedikit ketakutan di hati mereka melihat tingkah Zab, tapi mereka segera berpikir jika itu hanya karena Kakak mereka sedang khawatir pada istrinya.

" Jalan!" kata Zab.

Mobil yang ditumpangi Zab dan Yasmin melaju dengan cepat.

" Lebih cepat, Pak!" kata Zab yang meraba denyut nadi Yasmin yang semakin melemah.

" Ini sudah maksimal, Pak!" jawab sopir itu.

" Stay with me, Zha! My Habibah!" ucap Zab mengecup kening dan mata Yasmin dengan lembut.

Next chapter