55 012 TDG

" Ezzah ikutan, Kak!" kata Ezzah cemberut.

" Boleh!" jawab Zab.

" Asyikkkk!" teriak Ezzah

Yasmin tersenyum melihat raut wajah bahagia kedua adik iparnya.

" Ayo, semua masuk kamar, sudah jam 8 malam!" kata Fatma.

" Selamat malam, Ummi!" pamit mereka semua dan mencium pipi Fatma satu persatu.

" Zab mau keluar sebentar Ummi!" kata Zab setelah adik-adiknya pergi.

" Mau kemana malam-malam?" tanya Fatma mengerutkan dahinya.

" Mau ke apartement sebentar!" kata Zab.

" Apa kalian akan tinggal di apartement?" tanya Fatma curiga.

" Iya, Ummi!" jawab Zab pelan.

" Kapan?" tanya Fatma sedih.

" Setelah pulang dari Bali!" jawab Zab.

" Kamu serius mau mengajak adikmu ke Bali?" tanya Fatma sedikit tidak suka.

" Iya, Ummi!" jawab Zab.

" Kamu nggak apa-apa, Yas?" tanya Fatma khawatir.

" Yasmin nggak apa-apa, Ummi! Mereka juga dik-adik Yasmin sekarang!" kata Yasmin.

" Baiklah kalo memang kalian sudah sepakat!" kata Fatma.

" Terima kasih, Ummi!" kata Zab.

" Pergilah dan jangan pulang terlalu malam, kamu sudah tidak sendiri lagi!" kata Fatma.

" Iya, Ummi!" kata Zab.

Fatma menatap kepergian Zab yang diantar Yasmin sampai kepintu rumah.

" Jangan membuat Ummi memikirkan banyak hal! Diam saja jika memang Ummi tidak mengajakmu bicara!" kata Zab dingin.

" Iya! Aku tahu bagaimana menempatkan diriku!" balas Yasmin kesal.

" Kau..."

" Maaf, jika aku bukan istri yang baik dan cocok untukmu! Jika memang kamu tidak mau aku ikut campur dengan segala urusanmu, aku akn melakukannya! Tapi aku hanya memohon agar kamu masih membiarkan aku bekerja, karena itu satu-satunya yang bisa membuatku tetap bertahan disisimu!" kata Yasmin pelan.

" Dan membiarkanmu bekerja dengan dia? Jangan mimpi! Aku akan menjagamu hingga tiba saat aku melepasmu untuk adikku!" kata Zab di telinga Yasmin.

Sakit! Itu yang dirasakan Yasmin mendengar ucapan Zab. Bagai ribuan sembilu menusuk jantungnya. Apakh dia piala bergilir bagi suaminya? Yang bisa diperebutkan oleh mereka berdua? Dia tidak menyangka jika orang yang selama ini sangat dikaguminya memiliki pemikiran seperti itu.

" Kau...akan memenjarakanku disisimu? Aku tidak menyangka jika kakak memiliki sifat sepicik ini! Aku..."

" Cukup! Masuklah! Jangan membuat Ummi curiga!" kata Zab lalu meninggalkan Yasmin dengan airmata menggenangi kedua mata indahnya.

Yasmin mengusap kedua matanya dan berjalan masuk ke ruang keluarga dengan tersenyum.

" Duduklah, Nak!" kata Fatma menatap menantunya dengan sahdu.

" Apakah kamu bahagia?" tanya Fatma.

Deg! Jantung Yasmin seakan berhenti berdetak mendapatkan pertanyaan dari Fatma.

" Iya, Ummi! Yasmin sangat bahagia!" jawab Yasmin mencoba berbicara setenang mungkin.

" Syukurlah! Ummi mohon jangan sampai ada perpisahan, karena Ummi sangat membencinya seperti Allah juga membencinya!' kata Fatma yang pernah bercerai dengan abi Zab.

" Ins Yaa Allah dengan do'a Ummi, hal itu tidak akan terjadi!" jawab Yasmin.

" Ummi akan selalu berdo'a agar kalian terus bersama dan bahagia bahkan hingga maut memisahkan!" kata Fatma dengan mata berkaca-kaca

" Aamiin!" balas Fatma.

Yasmin membawa sebotol air dan sepotong cake ke kamar. Dia duduk di balkon sambil membuka IPadnya hingga jam menunjuk angka 11 malam. Wanita itu menguap dan membawa masuk semua yang dibawanya tadi.ditutupnya pintu balkon dan gorden kamar. Dia berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan wajahnya di depan kaca wastafel.

Dipakainya sebuah pakaian tidur dari kain satin lalu sebuah khimar menutup kepalanya. Direbahkannya tubuhnya di ranjang milik Zab dan menutup separuh tubuhnya dengan selimut. Udara dingin dari Ac memenuhi ruangan, perlahan Yasmin tertidur dengan nyenyaknya.

Zab masuk ke dalam kamarnya yang sedikit gelap karena hanya memakai lampu nakas. Dia berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Saat keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk tidur, dilihatnya selimut yang dipakai Yasmin turun hingga kaki. Sementara pakaian tidurnya tersingkap hingga terlihat bagian paha dari Yasmin.

Glekkk! Zab menelan salivanya. Belum pernah dia melihat tubuh seorang wanita sedekat ini. Walau hanya dengan lampu nakas, tapi Zab bisa melihat jika paha istrinya sangat mulus dan indah. Sebagai pria normal dan sudah cukup umur, sesuatu dalam dirinya menggeliat. Astaughfirullah! batin Zab yang langsung menutup tubuh Yasmin dengan selimut kembali. Dia merebahkan tubuhnya di sofa dan membelakangi Yasmin.

Tengah malam Yasmin terbangun untuk menunaikan shalat sunnah. Dilihatnya suaminya tidur di sofa dalam keadaan tidak nyaman. Dia membangunkan Zab dengan pelan.

" Kak! Sudah dini hari!" kata Yasmin.

Tapi Zab bergeming, dia baru bisa tidur setelah jam 1 malam akibat harus menenangkan miliknya yang menggeliat akibat istrinya.

" Kak! Mau shalat apa nggak?" tanya Yasmin lagi.

Zab menggerakkan tubuhnya dan menguap lebar. Dibukanya kedua matanya dan dia melihat wajah Yasmin yang dekat dengan wajahnya. Tanpa sadar Zab tersenyum pada Yasmin, saat Yasmin membalasnya, dia tersadar jika dia tidak boleh begitu. Zab segera bangun dan pergi ke kamar mandi. Yasmin menarik tubuhnya saat Zab bangun. Sejenak dia merasakan Zab yang dia kenal sebelum kejadian demi kejadian dulu terjadi.

Hari-hari Yasmin terasa sedikit berwarna meskipun Zab sangat dingin padanya. Karena ibu mertuanya mengajaknya membuat kue, memasak atau pergi bertausiyah ke acara pengajian.

" Kalian tidak boleh mengganggu Kakak kalian disana!" kata Fatma saat Zab dan istri juga diknya bersiap akan pergi ke Bali.

" Iya, Ummi!" jawab Fiza.

" Jangan hanya iya-iya saja!" protes Fatma.

" Ih, Ummi! Nggak percaya sekali dengan anak sendiri!" protes Fiza.

" Ya, sudah, kalian pergilah!" kata Fatma dengan tersenyum.

" Jaga mereka baik-baik, Zab! Jangan menuruti mereka!" kata Fatma diikuti wajah cemberut Fiza.

" Kami pergi, Ummi!" kata Zab.

Selama perjalanan ke bandara, Fiza dan Ezzar sudah saling mengatakan rencana mereka setelah sampai disana, sesekali Zab menimpali. Sedangkan Yasmin hanya menjadi pendengar setia saja.

" Kak Yasmin duduk dekat Kak Zab!" kata Ezzar saat mereka di dalam pesawat.

" Kamu saja! Kakak sama Fiza aja!" kata Zab.

" Nggak apa-apa, Zar! Kita duduk disini saja!" kata Yasmin tersenyum.

Ezzar dan Fiza saling pandang seakan mereka berbicara tentang kakak mereka dan istrinya.

" Kalian duduk dulu disini! Kakak mau cek koper!" kata Zab.

Mereka berdua menganggukkan kepalanya, sementara Yasmin hanya diam sambil menyalakan ponselnya.

" Kak!" panggil Fiza pelan.

" Nanti saja!" sahut Ezzar yang tidak enak kalo sampai Yasmin mendengar

Tidak lama Zab datang dengan membawa troli berisikan koper mereka dan mengajak mereka keluar dari ruang bandara untuk pergi ke Hotel. Kembali kedua gadis itu memperhatikan gerak-gerik Zab dan Yasmin.

" Zha! Kamu mau pergi ke rumah Om Putu?" tanya Zab yang mulai curiga dengan sikap kedua adiknya yang sering melihat kepada dirinya dan yasmin.

" Hmm?" tanya Yasmin terkejut.

" Ke rumah Om Putu!" kata Zab lagi.

" Tentu saja aku mau!" jawab Yasmin dengan mata berbinar.

" Nanti setelah makan siang kita kesana! Kalian istirahat dulu ya di Hotel, nanti malam atau besok kita jalan-jalan!" kata Zab.

" Boleh!" sahut Fiza.

Ezzar dan Fiza saling tatap dan tersenyum penuh arti, ternyata mereka salah selama ini. Kakaknya dan kakak iparnya baik-baik saja.

avataravatar
Next chapter