webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teen
Not enough ratings
268 Chs

Melukis di Pantai

Jerry membantu mendorong kursi Anjani begitu gadis itu keluar dari ruang terapi. Sedari tadi Jerry sudah menunggunya di luar, sementara Klarisa di dalam menemani. Sebenarnya Jerry sedikit terlambat hari ini, seharusnya ia bisa datang satu jam sebelumnya, tetapi pekerjaan tambahan memaksanya pulang tidak sesuai jadwal.

"Gimana tadi? Feels any better? Some changes?" tanya Jerry, sedikit menundukkan kepala, karena Anjani tampaknya lemas sekali.

Anjani mengangguk, sedikit menghela, "It's always feels same, no difference. Sakit, Kak. Pokoknya kamu jangan sekali-kali deh sakit kayak aku. Udah diobatin pun tetap sakit, such a hopeless sufferer," ujarnya tertawa miris.

"Hey, apa aku bilang? Jangan begitu. Mungkin kamu udah bosen dengernya, tapi coba lebih sabar, Jan. alihkan pikiran negatif kamu ke hal positif." Jerry memuka pintu ruang rawat inap Anjani.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com