webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teen
Not enough ratings
268 Chs

Makian Untuk Miko

Dhaiva membanting kasar ponselnya ke atas kasur usai membaca pesan dari Ibunya. Bagaimana tidak kesal, baru saja hari ini Ia ingin sedikit beristirahat, Ibunya meminta Dhaiva untuk mengunjungi adiknya karena sudah satu bulan tak dijenguk. Kesal sekali Dhaiva, berkali kali sudah menolak, tetap saja Ibunya itu meminta. Bukan apa apa, Dhaiva terlalu benci bahkan untuk melihat wajah Adiknya sendiri.

Katakanlah Dhaiva bukan Kakak yang baik, tapi memang Ia membenci sang Adik apa adanya. Satu-satunya penyebab Ia tak bisa untuk tak peduli adalah ikatan darah diantara mereka.

"Ck! Mana jauh lagi Depok-Tangerang!" kesalnya seraya mengambil handuk. Mau tak mau Ia harus cepat kalau tidak ingin terjebak macet.

Namun baru saja membuka pintu kamar mandi, ponselnya berdering cukup keras, "Astaga Ma! Bisa sabar gak sih?" kesalnya, melangkah dengan debuman kaki menuju tempat tidur.

"Oh?" Dhaiva mengerutkan dahinya begitu melihat caller ID di layar.

Saheera Qurrata Ayuni is calling ...

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com