webnovel

Rasa Penasaran Ed

Getaran ponsel membangunkan Amber yang masih sibuk terpejam. Gadis yang masih mengantuk hanya membuka matanya sedikit untuk melihat apakah yang diterimanya pesan masuk atau telepon.

Xxx : Besok pukul delapan malam ....

Matanya tidak melihat jelas siapa pengirimnya, pesan yang didapat juga tidak terbaca keseluruhan karena pada layar notifikasi hanya sebagian pesan yang ditampilkan dan harus dibuka melalui aplikasi untuk membaca semua yang tertulis oleh si pengirim.

Karena penasaran, Amber pun membuka pesan tersebut yang merupakan pesan dari client-nya. Isi pesan itu mengatakan tanggal dan tempat di mana Amber harus melancarkan aksinya.

"Besok di bar?" gumam Amber. Gadis itu kemudian mengomel karena client-nya memberi kabar terlalu mendadak. Sedangkan ia masih belum membeli pakaian atau kebutuhan lain untuk besok.

Suara Amber yang tidak henti-hentinya mengomel membuat Chloe yang masih terpejam di sampingnya membuka mata. Gadis itu kemudian bertanya, "Ada apa, Amber?"

Amber menoleh. "Ah, tidak ada apa-apa. Kamu tidurlah lagi!"

Mengikuti perintah Amber, Chloe kembali memejamkan matanya karena masih mengantuk. Sedangkan Amber yang sama mengantuknya terpaksa harus bangun dan pergi ke kamar mandi untuk menyentuh dinginnya air di pagi hari.

"Sial, aku jadi harus bangun dan mandi pagi-pagi," gerutu Amber sembari mengisi bak mandi yang kosong.

Gadis itu dengan segera membersihkan tubuhnya secepat mungkin. Selain rasa dingin yang tidak bisa ditahannya, Amber juga terburu-buru karena ingin mengejar agendanya hari ini yang mendadak dibuat.

"Tumben mandi pagi-pagi?" Pertanyaaan tersebut terlontar dari Chloe yang sudah bangun dari tidurnya. Ia menyapa temannya yang baru keluar dari kamar mandi dengan rasa penasaran karena jarang melihat Amber mandi lebih dulu ketimbang dirinya.

"Iya, aku hari ini sibuk. Banyak tempat yang harus kudatangi," jawab Amber sembari membuka lemari pakaian. Tangannya dengan segera mengambil rok mini dengan rampel dan juga pakaian tipis yang membuatnya tidak gerah di cuaca yang sedang panas.

Setelah memakai pakaiannya dengan lengkap, Amber mengenakan sepatu dan juga tas selempang yang digunakan untuk membawa dompet dan juga ponselnya. Rambut panjang gadis itu tidak lupa diikat ala ponytail agar tidak gerah.

"Chloe, aku pergi dulu ya!" seru Amber yang melangkah ke arah pintu kamar.

"Loh, kamu tidak sarapan dulu? Aku buatkan sebentar," ucap Chloe.

"Tidak usah! Kamu saja jangan lupa sarapan!" seru Amber yang bergegas pergi.

Tujuan utama gadis itu adalah restoran untuk mengisi perutnya. Sebenarnya Amber sedikit tidak tega pada Chloe karena dirinya menyantap sarapan lezat sedangkan temannya itu hanya makan makanan rumah. Namun, Amber menyadari kalau dirinya tidak bisa mengajak Chloe sebab temannya itu harus pergi bekerja.

Restoran yang Amber datangi adalah tempatnya dulu sering makan bersama keluarganya. Meski cukup mahal, kali ini Amber merasa tidak sayang karena ia pun datang hanya sesekali. Perut yang kosong mulai terisi hingga membuat gadis itu merasa penuh energi untuk memulai aktivitasnya.

Saat tengah menikmati hidangan, suara yang tidak asing mulai menyapa gadis itu. Ia pun menoleh dan mendapati sosok Ed yang tampil dengan balutan jas hitam.

"Ed, kenapa kamu kemari? Sepertinya kita sering ya bertemu tidak sengaja seperti ini," ucap Amber sembari melihat gerak Ed yang duduk di hadapannya tanpa dipersilakan.

Laki-laki itu tertawa. "Mungkin memang kita ini berjodoh."

Kini Amber ikut tertawa meski dirinya berujung tidak menanggapi perkataan Ed. Dia takut akan terjebak sendiri jika melanjutkan perbincangan mengenai jodoh. Akhirnya Amber menanyakan kembali alasan laki-laki itu bisa berada di tempat yang sama dengannya.

Ed dengan segera memberitahu gadis di hadapannya kalau dirinya memang sering pergi ke tempat yang mereka kunjungi untuk sarapan. Meski begitu Ed juga terkadang datang saat makan siang ataupun makan malam, tergantung kapan dirinya senggang.

"Wah, benarkah? Aku juga sering datang kemari bersama keluargaku ... dulu," sahut Amber yang semula penuh semangat, tetapi melirih di akhir kalimat.

Ed mengangguk menjawab pertanyaan Amber. Baru kemudian ia berbalik bertanya, "Dengan keluargamu? Gadis yang kemarin di rumahmu?"

Amber menggeleng sembari melambai-lambaikan kedua tangannya sejajar dengan dada. "Bukan, gadis yang kemarin adalah temanku meski sekarang dia satu-satunya keluargaku. Dan lagi, itu rumahnya, bukan rumahku."

Mendengar penjelasan Amber, Ed ingin bertanya lebih jauh lagi. Namun, laki-laki itu takut kalau pertanyaannya menyentuh privasi Amber. Akhirnya Ed pun memilih diam meski Amber dengan jelas dapat membaca raut wajah Ed yang dipenuhi rasa penasaran.

Amber tiba-tiba tertawa, membuat Ed bertanya, "Kenapa tiba-tiba tertawa?"

"Ya bagaimana. Kalau penasaran tanyakan saja, jangan menahannya seperti itu," jawab Amber.

Ed pun merasa malu dan menggaruk tengkuknya meski tidak gatal. Ia kemudian menyengir dan menjawab, "Aku takut menyentuh privasimu."

Lagi-lagi Amber tertawa. Ia memberitahu Ed kalau dirinya tidak masalah jika memang ada yang ingin laki-laki di hadapannya ketahui. Gadis itu juga menyampaikan kalau tidak ada hal rahasia yang harus disembunyikan.

Mendengar kata-kata Amber, Ed pun tidak lagi sungkan. Ia mulai menanyakan kemana keluarga Amber. Selain itu ia juga bertanya kenapa Amber tinggal bersama temannya. Meski masih ada pertanyaan lain yang ingin ditanyakan, Ed menahannya terlebih dahulu karena takut gadis itu kebingungan menjawab pertanyaan bertubi.

Tidak langsung menjawab pertanyaan yang terlontar, Amber justru lagi-lagi tertawa.

"Ternyata banyak juga ya yang ingin kamu tanyakan. Lalu kenapa sejak tadi diam saja?" tanya Amber. Gadis itu menggeleng karena merasa Ed tidak terus terang akan apa yang dia pikirkan.

"Sebelum menjawab pertanyaanmu, apa aku boleh habiskan ini dulu? Takutnya membuatku tidak fokus saat bercerita," ucap Amber sembari melirik ke arah makannya. Gadis itu juga meminta Ed untuk memesan terlebih dahulu karena ia yakin ceritanya akan memakan waktu yang cukup lama. Amber bahkan sampai lupa kalau dia sudah memiliki banyak agenda karena terpancing akan perbincangan dengan Ed.

"Hahaha, iya habiskan dulu makanmu," sahut Ed sembari tertawa. Setelah itu Ed segera memanggil pelayan untuk memesan minuman.

Amber pun makan dengan tenang seolah Ed tidak ada di hadapannya. Ia tidak sungkan sama sekali karena menurutnya berbasa-basi menawari Ed makanan sudah sangat cukup. Terlebih lagi ia yakin kalau Ed akan pesan makan sendiri jika memang merasa lapar atau ingin.

Tidak lama kemudian minuman Ed sudah tersaji, saat itu baru Amber bertanya apakah laki-laki di hadapannya tidak makan. Ed pun langsung menggeleng begitu mendengar pertanyaan Amber. Laki-laki tersebut juga memberitahu gadis yang tengah menikmati hidangannya kalau dirinya sedang ingin minum saja dan belum ingin menyantap sebuah hidangan.

"Lagi pula melihatmu melahap hidangan itu membuatku merasa kenyang," ucap Ed sembari bercanda.

Amber pun menyahut sembari tertawa. "Kalau begitu kamu lihat aku makan saja terus agar uangmu tidak habis untuk membeli makanan."