webnovel

Media Terbaik

Amber seketika teringat akan Ed. Gadis itu pun dengan segera mengirim pesan pada laki-laki tersebut.

Amber : Ed, kamu menghapus videonya?

Ed tidak langsung membalas, hal tersebut membuat Amber menatap cemas ke layar ponselnya.

"Ada apa, Amber?" tanya Chloe yang melihat temannya itu gelisah.

"Tidak apa-apa, Chloe. Aku hanya sedang menunggu balasan dari temanku," jawab Amber tanpa menatap lawan bicaranya.

"Teman? Teman yang mana?" Chloe tampak penasaran karena yang ia tahu, hanya dirinya saja yang berhubungan dengan Amber. Gadis itu tidak memiliki teman lain, hingga membuat Chloe bertanya-tanya siapa yang dimaksud oleh gadis di hadapannya.

"Emm, kamu tidak mengenalnya. Tapi, nanti aku akan memperkenalkan kalian," sahut Amber.

Tepat setelah menjawab pertanyaan Chloe, pesan masuk dari Ed menyapa layar ponselnya.

Ed : Benar, Cantik! Maaf ya, tadi aku memerlukan waktu sedikit lebih lama.

Amber : Tidak masalah, Ed! Terima kasih.

Amber : Aku akan mentraktirmu lain kali!

Setelah mengatakan hal tersebut, Amber tidak menunggu balasan Ed. Ia segera meletakkan ponselnya dan tersenyum senang menatap Chloe. Amber kemudian memberitahu temannya itu kalau ada seseorang yang membantunya menghapus video-video yang beredar di media sosial.

Mendengar hal tersebut Chloe merasa senang. Namun, ia penasaran siapa yang bisa melakukan hal tersebut. Akhirnya Chloe pun bertanya, "Apa orang yang menghapusnya adalah temanmu itu?"

Amber mengangguk. "Yak! Benar sekali. Dia yang membantuku setelah aku memberitahunya!"

Meskipun Chloe bersyukur ada seseorang yang bisa membantu Amber, tetapi gadis yang kurang luas pergaulannya merasa cemas. Ia takut kalau orang yang membantu Amber menginginkan sesuatu dari temannya itu. Sebab, ia ragu masih ada orang yang membantu dengan cuma-cuma di masa ini.

***

Hari yang berat sudah berlalu begitu saja, kini mentari siap mengiringi langkah baru di hari yang baru. Semangat pagi pun sudah dirasakan oleh Chloe yang siap pergi bekerja. Sedangkan Amber yang tidak memiliki pekerjaan masih terbaring santai di tempat tidur.

"Amber, bangunlah dan langsung sarapan. Aku pergi kerja dulu!" seru Chloe sembari menenteng tas berukuran sedang. Gadis itu sempat mengguncang tubuh Amber sebelum kakinya melangkah ke luar kamar.

"Hmm!" Amber hanya berdehem karena bibirnya masih terasa berat untuk terbuka. Matanya pun masih terpejam seolah disatukan oleh sebuah lem super kuat. Namun, baru beberapa menit gadis itu kembali terlelap, ponselnya pun berdering hingga membuatnya harus meraba untuk mencari keberadaan ponsel.

"Iya? Halo?" ucap Amber dengan suara serak khas orang bangun tidur. Meski begitu, matanya masih tertutup hingga dirinya tidak tahu siapa yang menghubunginya.

"Halo, Nona Emily?"

Seketika Amber terperanjat. Ia langsung mengambil posisi duduk dan menatap ke arah layar ponsel. Nomor asing, ia tidak tahu itu nomor siapa. Yang bisa Amber duga bahwa nomor itu milik calon client-nya.

Setelah berbincang cukup lama, panggilan itu pun berakhir. Amber yang semula masih mengantuk kini mulai turun dari tempat tidur dan melompat kegirangan. Ia tidak menyangka akan mendapatkan client selancar itu meski dirinya tidak mempromosikan diri.

"Memang ya, mulut orang itu media promosi terbaik!" seru Amber sembari terkekeh.

Kini Amber dengan segera pergi ke kamar mandi karena ia sudah memiliki janji untuk bertemu dengan si penelepon. Ia tidak mau membuat client-nya menunggu lama di pagi yang penuh semangat itu.

Sayangnya, saat Amber sudah berada di jalan, sang client menghubungi dan mengatakan kalau dia akan sedikit terlambat karena ada urusan mendadak. Meski sempat kesal, tetapi Amber mengiyakan saja. Ia pun tidak ingin ambil pusing dan memutuskan untuk sarapan sekaligus menunggu.

Pagi yang biasanya Amber habiskan dengan melahap sarapan sederhana buatan Chloe, kini berubah dengan hidangan mewah yang sudah lama tidak ia makan. Meski ada rasa bersalah karena Chloe sudah membuatkannya sarapan, tetapi Amber yang terburu-buru tidak memiliki pilihan untuk tidak memakannya. Ia pun berniat menikmati hidangan buatan Chloe setelah pulang saja, karena bagi Amber yang terpenting dirinya tetap memakan makanan itu untuk menghargai keringat temannya.

Saat hidangan tersaji, Amber makan dengan tenang. Ia benar-benar menikmati sarapan yang dulu hampir setiap hari dia makan. Hal itu pun sempat membuatnya merindukan masa lampau. Namun, waktu yang sudah berlalu tidak dapat diputar, mengingat-ingat pun tidak akan mengubah apa pun, hingga Amber dengan segera mengebalikan fokusnya.

"Emily?"

Suara asing tiba-tiba terdengar hingga membuat Amber yang masih mengunyah makanan mulai menoleh. Ia mendapati sosok laki-laki tinggi dengan tampilan santai, memakai celana jeans, kaus putih, dan jaket denim yang membuatnya tampak seperti bad boy.

Belum sampai Amber menjawab, laki-laki itu lebih dulu duduk tanpa dipersilakan. Hal tersebut sempat membuat Amber tersentak meski berujung ia menanyakan identitas dari laki-laki yang kini duduk di hadapannya.

Ketika sudah terkonfirmasi kalau laki-laki itu memang client-nya, Amber pun mencoba ramah dan menahan rasa kesal atas ketidak sopanannya. Ia bahkan menawarkan laki-laki itu untuk sarapan jika belum.

Sayangnya, bukannya jawaban yang didapat Amber, tetapi justru perkataan yang tidak ia pahami.

"Ternyata Nona ini berbeda dari yang saya dengar ya," ucapnya sembari menatap Amber dari ujung kepala hingga ujung kaki. Laki-laki itu bahkan menyandarkan tubuhnya di kursi agar bisa melihat penampilan Amber secara keseluruhan.

"Maaf, Tuan ... apa maksud perkataan Anda?" tanya Amber. Ia menyingkirkan piring di hadapannya.

"Ya, bagaimana ya, yang aku dengar Nona ini sangat seksi dan menggoda. Tapi, apa ini? Celana panjang, sweter?"

Tatapan calon client Amber yang merendahkan, membuat gadis yang bersangkutan merasa kesal. Namun, ia mencoba menekan amarahnya karena menganggap laki-laki yang ada di hadapannya adalah sumber penghasilan.

"Hahaha." Amber tertawa canggung. "Memang Tuan ini membutuhkan saya melakukan apa? Sampai-sampai bertanya apakah saya seksi atau tidak," ucap Amber.

"Tentu saja. Aku butuh wanita yang seksi dan menggoda. Benar-benar harus sek—si!"

Amber sontak tertawa terbahak-bahak. Gadis itu kemudian menasihati laki-laki di hadapannya untuk tidak melihat sesuatu dari luarnya saja. Karena percakapan mereka, Amber bahkan menantang laki-laki tersebut jika dirinya bisa tampil seksi sesuai bayangan calon client-nya, ia meminta bayaran tiga kali lipat.

Setelah tertawa mendengar perkataan Amber, laki-laki tersebut mengulurkan tangan sembari berkata, "Deal!"

Amber pun membalasnya meski dia sendiri tidak tahu apa yang laki-laki itu inginkan darinya.

"Oke! Karena sudah sepakat, Nona cantik ini akan kuhubungi lagi," ucapnya sembari meraih tangan Amber dan mengecup punggung tangan gadis itu.

Amber membeku. Gadis itu terkejut dengan perlakuan yang tiba-tiba didapatinya. Terlebih lagi gadis itu tidak pernah melakukan kontak fisik dengan orang asing.

"Sial!" seru Amber dengan kesal. Ia dengan segera mengelap punggung tangannya secara kasar.