setelah semalam berlari Juki dan Minto beristirahat tertidur kecapean. Juki terbangun oleh panas matahari yang mengenai wajahnya.
"to, bangun to... " Juki menggoyang badan Minto.
"ada apa sih juk, aku masih kecapean ini". jawab Minto bangun dengan kepala pusing.
tak peduli dengan Minto yang merengut Juki mulai melihat sekitar 'ini dimana? ' Juki kebingungan dengan apa yang dilihatnya.
bau anyir darah dan banyak mayat bergelimpangan. dia mulai mengingat tadi malam. 'bukankah dirinya dan penduduk mengungsi? terus tak lama ada penyerangan mendadak pada saat itu kepalanya pusing saat terkena sikut orang yang berlari sesudah itu dia lupa'.
" Minto... bangun. to... lihat sekitar...." rengek Juki mulai mual dan mau muntah. melihat banyak mayat yang tewas mengenaskan. "hooeggghhh,, hoeghhhh... " memegang perutnya menangis melihat yang dikenal sudah tak bernyawa.
"pakde Kur, mbok Jinah... kya.... huuu..hukkk.".tangis Juki membahana dalam lebatnya hutan. Minto bangun kesal saat melihat Juki menangis seperti anak kecil saat makanannya diambil.
Minto bangun dengan memegang kepalanya, pusing melihat Juki yang menangis menjerit dan pusing melihat keadaan.
"Juki, ini ada apa... semua orang tewas... mbok Kar, pakdhe Kur, mbok Jinah... hyaaa... huuuu huuukkk" Minto berlali memangku kepala mbok Jinah yang telah merawat dirinya dan Juki. tangisnya pun tak kalah dengan Juki menangis menjerit meraung-raung. orang yang menyayangi mereka walaupun dia dan Juki bukan keluarga mbok Jinah. dia saat mbok Jinah menemukan dirinya menangis ketakutan saat ditinggal keluarganya. mbok Jinah merawat dirinya seperti anak menyayangi dan memenuhi kebutuhannya walaupun mbok Jinah bukan kalangan mampu. kemudian saat menemukan Juki saat usia 4Tahun saat keluarga Juki dibantai perampok ditengah jalan dihutan. akhirnya mereka seperti adik kakak walaupun bukan sedarah. mereka dirawat dengan penuh kasih sayang. sungguh semua kenangan muncul silih berganti membuat mereka diam dalam tangis. air mata membasahi wajah mbok Jinah yang sudah dingin kaku.
"maafkan kami mbok belum bisa membalas kasih sayang mu. huuu,, huuh,,, kami janji akan mencari siapa yang melakukan ini" Minto dalam deraian air mata berjanji akan mencari dan membunuh siapa yang membuat mereka seperti ini.
"to,,, itu pak Joko beliau meninggal, dan itu pak Sadali juga meninggal. semua meninggal huuu huuh" Juki berlari ke arah pak Sadali melihat apakah semua telah meninggal.
"ugh... air.. air... " Sadali mulai siuman dan kehausan. merasakan lukanya dipunggung
"arghhh" mulai mengingat kejadian sambil melihat sekelilingnya.
"Juki, kamu selamat? siapa lagi yang selamat?" tersenyum agar Juki tidak menangis sedih.
"aku sama Minto pak, huuu Huuugh". rengek Juki ketakutan dengan keadaan dimana semua yang meninggal dikenalnya.
" argh. ayo ke Minto terus kita kuburkan mereka " dia menyadari lukanya, bangun mencari sesuatu yang dapat diminum dan dimakan buat mereka.
bagi Sadali yang sudah makan asam garam peperangan bukan waktunya untuk menangisi yang telah meninggal. 'cari makanan lalu istirahat dan mencari bantuan'pikir Sadali.
"Minto, ayo segera dikuburkan mereka. bisa bantu buat kuburan masal? ". tanya Sadali yang melihat Minto terdiam dalam tangis.
Minto diam tak mendengar perkataan Sadali karena yang saat ini cuma ada kenangan mbok Jinah dalam pikiran Minto. 'waduh bisa gila ini si Minto' Sadali mengguncang badan Minto.
" ayo Minto segera kubur mereka ". Sadali sambil memegang bahu Minto. Juki yang melihat Minto tak sanggup untuk berdiri, duduk disamping mbok Jinah. Juki mencium pipi mbok jinah yang sudah kaku pucat.
" mbok, Juki sayang mbok.... maafkan Juki mbok belum bisa melindungi mbok". Juki menangis tersedu. melihat Minto dan mbok jinah.
sore hari setelah mengubur semua jenazah penduduk desanya Sadali mulai menyusun rencana 'lebih baik aku pergi ke desa Mulyasari dikaki gunung Gedhe menemui ki Ageng Gedhe meminta bantuan beliau' Sadali mengingat bahwa ki ageng Gedhe adalah seorang panglima perang yang sakti terkenal akan ilmu kanuragan dan ilmu ketatanegaraan yang ditakuti oleh Kerajaan.
"Minto dan Juki kalian cari penduduk desa yang lari ke hutan. aku akan ke desa Mulyasari untuk mencari bantuan kita bertemu lagi besok di desa" Sadali memberikan perintah dan persediaan makan untuk mereka peninggalan penduduk yang tewas.
"baik Pak Sadali" ucap Minto tanpa bantahan walaupun dia bingung mau mencatat kemana sisa penduduk yang melarikan diri. 'apakah mereka sudah sampai ditempat rahasia desa? sebaiknya mulai dari tempat itu'. pikir Minto.