Dracella baru saja membuka mata. Setelah memulihkan kesadarannya kembali ia memilih duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Kepalanya sibuk mencerna apa yang terjadi dan jelas ini adalah kamar di villa milik Alastair. Derit suara pintu yang terbuka mengalihkan netra krimsonnya. Kemudian di sana ia mendapati Kieran yang berjalan masuk dengan troli dorong⸻berisikan teh membuatnya menatap sang butler itu.
"Tidur Anda nyenyak sekali, Nona. Apakah anda bermimpi indah?" tanya sang butler dan justru mendapat lirikan tajam atas pertanyaan sarkastik itu. Dracella memijat pangkal hidungnya mencoba menghilangkan kalut dalam dirinya.
"Mengapa Anda seperti ini, Nona? Saya memeriksa sekeliling dan tak menemukan apapun yang membuat Anda teringat kembali pada tragedi tersebut, namun ..."
Kieran terdiam saat raut dingin sang nona muda menatap lurus ke depan⸺seolah melubangi dinding di depan sana. Keduanya terdiam hingga tiba-tiba saja gadis itu mengambil salah satu gelas dan membantingnya ke dinding. Kieran tidak berkomentar apapun, ia hanya terdiam melihat sang nona yang sedang melampiaskan rasa frustasi nya itu.
"Kenapa gadis itu di sini? Kenapa dia masih bisa tertawa riang setelah apa yang terjadi dan bahkan membuat segalanya semakin runyam." Dracella tertunduk dalam membuat surai keemasannya menjuntai, menutupi raut pucat dan air mata serta isakan kecil di sana.
" Apalagi … Bajingan itu di sana pasti. Jika … memang benar dengan penyelidikan kita maka dia yang telah ..." Nona muda Silvester mencengkram bahu kanannya erat, bibirnya digigit keras⸻menahan amarah dan rasa frustasi.
Kieran berlutut dan menarik dagu Dracella, menatap langsung manik krimson penuh amarah itu. Jemarinya menghapus butiran bening di sana, kemudian senyum rupawannya terpatri.
" Nona, tidak perlu takut. Saya di sini dan akan selalu di sini. Nona, tidak akan ada lagi yang berani menyentuh sehelai rambut Nona. Bahkan mengusik jiwa Anda, hanya saya yang akan melakukannya. Maka pergunakan lah saya, Nona. Karena saya adalah pion anda, my Lady." Kieran tersenyum sambil mengusap Dracella yang sedang menunduk. Gadis itu tengah terisak di dada bidang milik sang butler. Karena memang hanya ia seoranglah yang mengetahui kisahnya sedalam apapun itu.
" Tidak apa, Nona. Tidak ada yang perlu ditakutkan." Sekali lagi Kieran menenangkan gadis muda itu. Bagaimanapun ia tahu sekuat apapun manusia pasti mereka akan jatuh dalam lubang yang sama. Penuh ketakutan, kegelapan dan penderitaan.
****
Alastair memasuki villa ketika matahari hampir tergelincir sepenuhnya. Setelah membersihkan badan, dan mengganti pakaiannya menjadi setelan kasual. Langkah kakinya memasuki ruangan dengan perapian sofa dan beberapa rak buku. Ruangan dengan jendela besar dan lebar, di hadapan jendela terdapat dua sofa berdekatan di sisi kanan kirinya terdapat rak-rak buku yang menjulang tinggi, di salah satu sofanya seorang gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda berpita biru senada dengan gaun biru pastel tengah duduk sibuk membaca sebuah buku yang ada di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya sibuk mengambil beberapa cemilan di meja kecil yang terletak diantara kedua sofa itu.
"Apa yang sedang kau baca?" Suara Alastair menginterupsi kegiatan yang tengah ia lakukan selama sekitar satu jam. Buku di tangannya itu diangkat tinggi⸺ia tengah memberikan jawaban atas pertanyaan sang duke. Alastair menempatkan dirinya di sofa samping Dracella/ Setelah mengambil sebuah papan catur di sana, ia mengangkatnya di depangadis bersurai keemasan itu. Dracella sendiri hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Akhirnya kini mereka berdua tengah bermain catur sembari menikmati senja.
"Aku tahu, kau pasti penasaran soal kejadian yang tadi."
Ucapan Dracella membuat sang duke yang sedang memainkan pion kuda di tangannya itu terhenti, ia menatap sepasang netra rubi di hadapannya. Tetapi tidak berlangsung lama, karena ia tetap melanjutkan kegiatannya itu .
"Aku tidak memaksamu untuk bercerita dan menjelaskan kepadaku, pasti ada alasan hingga hanya Kieran saja yang mengetahui hal ini bukan?" Alastair melirik Dracella yang masih terdiam dengan mulut yang sibuk mengunyah cemilan. Ia hanya mengangguk menanggapi pertanyaan lelaki berambut platina itu.
Sang duke menghela nafasnya dan berhasil membuat perhatian sang nona beralih, sehingga iris krimson itu menatapnya dengan raut datar dan dingin seperti biasa. Alastair tersenyum kecil dan menepuk kepala tunangannya itu kini.
"Kau tidak perlu takut jika itu tentang Veronica dan Fraud, aku tidak akan membiarkan Fraud seenaknya, bahkan hingga kejadian seperti di masa lalu terulang." Suara Alastair menyiratkan amarah ketika mengatakannya. Dracella lebih memilih mengalihkan pandangannya menggelengkan sedikit kepalanya yang terasa berat akhir-akhir ini.
"Kieran yang mengatakannya bukan? Maaf sudah menyembunyikannya, aku hanya tak ingin kau kecewa terlebih lagi keluarga Viscount Linford yang sudah sangat dekat dengan keluargamu sedari kalian kecil." Sang nona muda masih menatap jendela yang bahkan dia tak tau apa yang akan dilihatnya dia hanya tak bisa menatap manik perak pria di hadapannya itu.
" Ini pilihan ku, aku yang memutuskan memutuskan pertunangan ku dengannya dan kedua orang tuaku pasti akan menyetujui anaknya akan memilih siapapun. Jangan berpikir macam-macam, aku tidak tau kau masih memiliki hati untuk memikirkan orang-orang seperti mereka." Dracella mendelik ke arah sang duke, sayangnya pria itu justru tertawa dan mereka melanjutkan permainan catur sore hari itu.
"Terlebih karena Fraud telah bertindak sejauh itu jika memang itu benar, kau memiliki pion terkuat lain selain Kieran ditanganmu," lirih Alastairs sesaat sebelum pion catur berwarna hitam di tangannya diletakkan.