webnovel

Midnight Date

-Author POV-

"Ayo kencan!"

Ruby terkaget-kaget melihat Lukas yang datang ke kossannya padahal sudah lewat tengah malam. Ia yang baru saja menyelesaikan syutingnya dan masih berbalut pakaian sportnya, hanya bisa ternganga. Lukas sudah berdiri di hadapannya mengenakan celana kain santai, kemeja lengan pendek dan sandal. Yang mencolok hanya tindikan berlian di telinga kanannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Katamu kita bisa kencan jika aku sudah menemukan ide brilian?" Lukas menggosok-gosokkan kedua tangan dengan puas.

"Sudah berapa lama kamu menungguku?" Bahu Ruby lemas seketika. Ia sudah lelah karena harus kuliah sambil bekerja. Padahal, dalam benaknya ia sudah membayangkan dapat menikmati ranjangnya setelah syuting ini berakhir. Namun, Lukas tiba-tiba muncul dengan wajah tanpa rasa lelah dan senyum lebar seperti di iklan pasta gigi.

"Tidak bisa hari lain? Sudah tengah malam. Aku mengantuk." Ruby sengaja menunjukkan tubuh lunglainya.

"Aku sudah memesan tempat untuk snack tengah malam. Apa benar-benar harus dibatalkan?"

"Snack tengah malam?" Alis mata Ruby naik. "Kamu membooking tempat tengah malam begini? Seperti di film-film?"

Lukas buru-buru melambaikan tangan dan menggeleng cepat. "Bukan. Ini lain."

"Tapi kamu tadi bilang kamu memesan tempat. Aku tidak suka yang be..."

"Sssst!" Lukas menempelkan telunjuknya ke bibir Ruby, berusaha menghentikan ocehannya. "Kalau kamu tidak mau berduaan, Mudah saja."

Sedetik kemudian Lukas berbalik dan menepuk-nepukkan tangan dengan keras untuk mengundang perhatian semua asisten Ruby. Ia langsung mengumumkan bahwa ia mentraktir mereka semua untuk menikmati Tonkatsu yang letaknya hanya lima menit dari kosannya.

Ruby terperangah melihat Lukas yang sibuk berkoar-koar. Semua asistennya bertepuk tangan meriah. Ia nyaris tidak memercayai ide brilian Lukas untuk kencan pertama mereka adalah makan Tonkatsu Plaza Senayan.

***

Ruby menikmati ice cream di tangannya setelah menikmati tonkatsu. Ia melirik Lukas yang menggandengnya erat, lalu menyodorkan ice cream yang ia jilat itu ke depan wajah Lukas.

"Makan saja sendiri. Jika aku ikut makan, kamu nanti tidak puas." Lukas menggeleng.

"Kamu tinggal membelikanku satu lagi kalau aku masih kurang," gurau Ruby. Ia merasakan Lukas menarik tubuhnya mendekat.

"Sekarang kamu mulai menyukaiku rupanya."

Mereke berdua berhenti, saling menatap tanpa memedulikan banyaknya orang yang melintas.

Ruby menunjuk ke wajah Lukas dengan ice cream di tangannya. "Kamu mengatakan bahwa kamu serius padaku."

"Tentu saja aku serius," balas Lukas dengan wajah sungguh-sungguh.

Ruby terkikik geli. "Aku pikir kamu akan menyerah."

Lukas menarik tangan Ruby agar tubuhnya semakin merapat. Sementara itu Ruby menatap Lukas dengan pandangan berbinar.

"Aku tidak bisa menyerah," bisik Lukas.

Ruby tersenyum lebar. Mengangkat ice cream cones di tangannya seakan mengancam Lukas. "Tidak akan ada wanita lain?"

"Tidak akan ada." Kedua mata Lukas menatapnya serius.

"Selamanya?" tanya Ruby masih dengan nada geli.

Lukas terlihat lebih serius. "Yes, forever."

"Siapa yang akan percaya padamu?" Ruby semakin mengangkat cones di tangannya dengan cepat, membuat hidung Lukas terkena ice cream yang ia genggam. Ruby tergelak.

Lukas memeluk Ruby dengan erat. Ruby memekik kegirangan, kemudian berbalik sehingga Lukas memeluknya dari belakang. Mereka berdua benar-benar tidak memedulikan banyaknya orang yang melihat dan mereka tetap berpelukan menghadap ke luar.

Ruby merasakan pelukan erat Lukas. Ia melihat pemandangan bangunan-bangunan tinggi di seberang sambil mulai menjilati ice cream-nya lagi. Membiarkan dagu Lukas bersandar di pundaknya.

"Besok malam kita lihat pertunjukan teater yuk. Temui aku jam setengah delapan di lantai paling atas apartemenku," bisik Lukas di telinga Ruby yang membuatnya geli.

"Tapi besok malam aku ada acara makan malam dengan ibu dan kakakku."

Lukas melayangkan sekilas kecupan di pipi Ruby. Ruby merasa benar-benar sudah terbuai oleh Lukas. Namun hari ini, Ruby benar-benar menikmati kebersamaan mereka dan menikmati apa pun yang Lukas lakukan.

"Kamu melarikan diri sebentar," bisik Lukas. Ruby menghela napas kemudian berpikir, apakah hal itu mungkin dilakukan, mengingat besok malam termasuk acara keluarga. "Aku akan menyelinap membawakan beberapa cemilan," rayu Lukas.

Ruby tergelak mendengar bujukan Lukas. "Aku tidak segampang itu bisa dirayu dengan makanan. Kamu pikir aku kucing?"

"Aku malah berencana akan memancingmu dengan buket ayam di depan altar supaya kita bisa menikah," ucap Lukas dengan wajah polos.

To Be Continued