webnovel

Keanehan Leo

"Ini, pesanannya, silahkan dinikmati." Pakde Ali datang dengan nampan, lalu meletakkan makanan dimeja.

"Makasih pakdeee"

"Sami-sami." Ali pun pergi dengan nampan yang sudah kosong.

"Lanjut-lanjut," kata Lian memberi kode.

"Sok kece?" ulang Lian dengan nada bicara yang sama.

"Iya sok kece, sok ganteng, sok berkuasa, sok-sok an lah." Renata menyeruput minumannya.

"Cooooohhhh, kalau itu mah, ga tau Gua."

Renata menatap Lian malas, dia kira Lian akan tau, Renata merutuki kebodohan nya karna tak menanyakan nama orang di koridor tempo waktu, atau bahkan melihat nametag lelaki itu saja dia tidak.

Tapi apa penting nya tau nama orang itu? Setelah tau dia juga tidak akan dapat untung.

Renata mengangguk-angguk, benar juga apa yang ada di kepala nya, setelah dia tau siapa lelaki tadi, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apapun, bahkan uang seratus rupiah pun tidak.

Jadi, biarkan saja.

"Udah habisin dulu tu makanan, kalau Lu masih kepo soal nama tu lakik, nanti kita telusuri kelas 11 satu persatu."

***

Leo dkk sedang berkumpul di kantin budhe iem, mereka memesan makan dan minum sesuai mood masing-masing.

Kantin bude adalah tempat favorit Leo, namun itu menjadi turun temurun pada keempat teman nya, walau tidak jarang mereka berpindah tempat untuk berganti suasana, mungkin terdengar sedikit konyol.

Tak lama berselang pesanan mereka datang.

"Permisi, ini makan minum nya." Lem tersenyum ramah, layaknya seorang ibu yang sedang memberi anaknya makanan.

"Makasih budhe" balas mereka, senyum terbit di sana.

"Ini baru lakik," gumam Arga. Gibran menyikut siku Arga. "Lu pikir lagi minum kuku Bima" ledek nya.

"Kuku si Bima kok di minum, miring otak Lu." Gibran di buat terdiam oleh jawaban Arga.

"Lah iya juga ya, kuku si Bima kok di minum," Gibran ikut bergumam, heran, mempertanyakan hal itu pada otak nya.

Wisma menghela napas, menghadapi dua cebong yang saat pembagian akhlak malah cabut main warnet sangat lah menyebalkan.

"Gak gitu konsep nya udin, cape Gua sama Lu berdua, pada tolol sih."

"Gak gitu gimana Wis, uda jelas kuku Bima, berarti emang kuku si Bima dong, ya gak Ga?" tanya Gibran pada Arga.

"Nah iya tu, betul kata si Wisma, Lu tolol Gib, Gua stres ngadepin Lu."

"Lah tadi Lu dukung Gua, malah Lu yang mulai, sekarang kok malah dukung si Wisma, gimana sih Lu Ga!" Gibran meneguk minuman nya, berharap yang sedang dia minum ini tidak berbahan dasar kuku si Bima – teman sekelas mereka.

"Uda-uda kuku Bima aja di ributin, Gua mau nanya ni, penting." Kata penting yang keluar dari mulut Leo membuat mereka terdiam.

"Very important?"

"Hm."

"Kenapa Le?" tanya Sean ikut penasaran.

"Kalian ada yang kenal sama cewek yang namanya Renata-Renata gitu nggak?"

"Renata ma queen."

"Renata myquin."

"Renata sliverqueen"

"Gitu-gitu lah nama nya"

Pertanyaan Leo sukses membuat mata mereka melotot secara otomatis, Leo mengerutkan kening.

"Gua nanya, minta jawaban, bukan minta kalian pelototin." Leo membesarkan mata nya, menirukan gaya mereka yang sedang memelototi nya.

"Barusan Lu nanya cewe Le?" tanya Arga tak percaya, Arga melempar pandang kepada temannya yang juga terlihat heran.

"Cubit Gua Ga, yang kuat sampe Gua bangun Ga," gumam Gibran.

"Cepat Ga."

Arga mencubit lengan Gibran dengan sekuat tenaga.

"Aww !! setan !, gak gitu juga konsep nya bego, dasar titisan megalodon!" Gibran mengusap-usap lengan nya, lalu mendaratkan tangan ke bahu Arga dalam bentuk sebuah pukulan.

"Apaan, pada kenapa sih?" tanya Leo heran, dia bertanya tentang wanita, bukan hal-hal aneh.

"Perdana." Keempat temannya mendadak serempak, Leo menatap bingung mereka.

"Perdana sumpah!, Lu biasanya gak tertarik sama yang berbau cewek, atau berbau perempuan."

"Setuju Gua sama Lu Gib, PERDANA!" Sean menimpali, lalu menepuk pundak Leo pelan.

"Kalian kira Gua homo, gitu ?"

"Gua kira Lu terkontaminasi gay."

"Awal nya sih Gua kira kemungkinan besar, karna Gua gak pernah dengar gosip Lu suka sama cewek, dan awal nya juga si Gibran mau daftar kalau Lu homo, ya gak Gib?" Arga menyikut bahu Gibran, membuat Gibran menoyor kepala nya.

"Jangan buat Gua kehilangan muka hanya karna otak Io yang mereng Arga." Monolog Gibran mendramatisir.

"Cewek siapa tadi, nama nya Le?" tanya Wisma.

"Renata." Leo menjawab singkat.

"Renata," lagi-lagi mereka serempak, Leo menghela, mencoba sabar untuk yang kesekian kali nya.

"Kenal?" Mereka terdiam sejenak berusaha mengingat-ngingat nama Renata.

"Renata, Renata Nadine bukan?" tanya Gibran, berusaha mengingat nama Renata diotaknya.

"Oh iya, Renata Nadine!" Leo mengangguk.

"Nah iya, Renata Nadine yang sahabat nya crush Gua."

"Pacaran Lu sama Renata?" tanya Wisma kepo, matanya sedikit berbinar, namun tetap saja dia tidak percaya.

"Ya enggaklah ! Gua masih waras, mana mau Gua sama cewek begituan, uda aneh, stres lagi." Elak Leo.

"Yaelah Le, semua cewek Lu bilang aneh lah, centil lah, ini lah, itu lah, jadi Io kapan mau punya pacar ?, mau jadi jomblo seumur hidup ? Jomblo abadi ? sampe suatu saat nanti ada orang yang nulis novel judul nya 'the king of jomblo bego' iya ha? "tanya Arga dengan nada habis kesabaran.

"Tapi – " Leo sengaja menggantung ucapan nya.

"Tapi????" mereka meniru ucapan Leo dengan penuh keheranan.

"Tapi dia beda." Mengucapkan tiga kata itu, Leo lalu pergi dari sana, meninggalkan

Keempat temannya yang masih keheranan dengan sifat aneh Leo.

"Kebiasaan si Leo, bicara suka gantung, kayak hubungan Wisma sama Lian." Gerutu Sean kesal.

Wisma menghela. "Gua pikir dia lagi jatuh cinta?" Alis kanan Wisma terangkat.

"Ga yakin Gua." Gibran menggelengkan kepala, sejarah baru akan di buat jika Leo menyatakan diri nya jatuh cinta, dan buku IPS akan semakin tebal.

"Si Leo sih aneh, banyak yang ngantri tapi alasan nya segudang, tipe dia tu gimana sih ! cewe yang tenar satu sekolah aja di tolak ! gila emang." Arga menepuk jidat, yang lain hanya mengangguk setuju, tak tau harus bagaimana lagi.

"Bagus Gua mikirin Lian dari pada stres mikirin Leo."

"Gua jomblo Gua diam." Kata Sean.

"Baru putus lagi Se?"

"Iya." Jawabnya sedikit malas, selama ini dia selalu mempermainkan hati perempuan hanya untuk pelampiasan hati nya pada seseorang yang masih jadi rahasia.

"Gua jugak jomblo, ketahuan selingkuh sama mereka." Gibran terkekeh, bagi nya putus dengan alasan ketahuan selingkuh adalah hal biasa, yang lain hanya bisa maklum, Gibran memang Fakboy kalangan atas, jadi sudah biasa begini, teman-teman nya hanya berharap karma cepat di turunkan untuk sahabat mereka yang tidak tau diri itu.

Mendengar berita seperti ini membuat mereka bosan.

"Apalah daya aku yang masih polos." Arga tersenyum bagai anak tanpa dosa.

"Polos, polos kepalamu polos, gagal move on bilang bos ! perlu Gua buat jedag jedug slowmo ha?!"

Arga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah mendengar perkataan Sean, tidak di ragukan itu adalah kebenarannya.

"Ni ya buat para temanku yang fakboy alias gak tau diri gak sadar posisi, cewek itu di perjuangin, habis di perjuangin, di bahagiain, kek Gua masih berjuang dapatin Lian, bukan kek kalian dikit-dikit putus, dikit-dikit putus, bosan dengernya, pasaran."

Wisma menggerutu, teman-teman nya merasa bersyukur mendapat teman seperti Wisma, selain asik dia juga suka menasehati mereka dalam dunia percewekan walau akhir nya pasti sia-sia. "Iya Wis, apa yang nggak buat Lu."

"Wisma kan baik," ucap Sean manis.

"Bener banget sih yang Wisma bilang."

"Terus maksud Lu semua ..?" Wisma tau, jika ke tiga teman nya sudah bertingkah manis begini pasti ada maunya.

"Budeeeee, nanti yang bayar Wisma yaa !!"

Wisma mendengus pasrah dan kesal.

"Udang di balik sambal."