Lara bangun dan melihat bahwa Ren tidak ada di sampingnya. Dia kemudian mulai berdiri membersihkan badan dan dengan diam mulai berpakaian. Meskipun di luar dia terlihat bergerak dengan tenang, tapi ada perbedaan jelas dengan suasana hatinya.
'Ren sangat cepat tadi malam! Dia pasti sangat menginginkanku tadi malam. Aku pikir dia perlahan sudah bosan dengan ku. Namun kemarin dia membuktikannya! Ren masih membutuhkanku! '
Meskipun di dalam dia tersenyum gembira, di luar dia tetap tabah seperti sebelumnya. Sejak dia kecil, Lara kesulitan mengekspresikan emosinya. Bukannya dia tidak punya emosi untuk dibicarakan. Hanya saja emosinya yang ada di dalam dirinya, untuk beberapa alasan dia sangat sulit untuk menunjukkannya di tempat terbuka. Atau bahkan dalam nada suaranya. Dia bahkan kesulitan berbicara apa yang ingin dia katakan. Namun bahkan dengan semua cacat itu, Ren masih memahaminya. Sepertinya dia bisa melihat ke dalam jiwanya.
...
Ketika Lara selesai mengenakan pakainnya, dia keluar dari kamarnya. Dia melompat ke atap penginapan. Begitu dia sampai di sana, dia menutup matanya dan seperti bagaimana Ren mengajarinya, dia memperluas aliran mana ke luar untuk memindai area. Bahkan setelah dia melakukan ini, dia masih tidak dapat menemukan Ren atau Valdel.
Jauh di lubuk hatinya dia mulai khawatir. Mungkinkah mereka berdua meninggalkannya? Apakah dia akhirnya ditinggalkan oleh Ren? Meskipun jauh di lubuk hati Lara yang sekarang dalam keadaan panik. Tampilan dan ekspresi di luar tetap tenang.
Bagi orang – orang biasa , Lara tampak sedingin es, namun di dalam pikiran dan hatinya dia benar-benar tidak seperti itu. Sementara Lara sedang memikirkan apa yang harus dilakukan, dia akhirnya merasakan kehadiran Ren di dekat lokasinya. Dia segera berlari ke tempat di mana dia merasakan kehadiran Ren. Di sana di kejauhan dia melihat bayangannya.
Begitu dia berhadapan langsung dengan mereka berdua, dia langsung berbicara ke intinya. "Dari mana kalian berdua?" Lara seperti biasa mengatakannya dengan nada acuh tak acuh, tetapi di dalam hati dia sangat marah.
"Oh, kami menguji senjata baru kami. Jadi kami pergi bertanding sebentar. " Valdel tidak menyadari apa yang benar-benar dirasakan oleh lara dan dia tersenyum di wajahnya.
"Hei, tidak perlu marah – marah , kami hanya keluar sebentar, kamu tidur nyenyak tadi , jadi aku tidak ingin membangunkanmu." Dan seperti biasanya, hanya Ren yang benar-benar bisa memahami perasaannya yang sebenarnya. Itu hal yang sederhana untuk dilakukan Ren, karena dia dapat menentukan suasana hati seseorang tergantung pada aliran mana.
"aku mengerti." Jawaban Lara cepat dan to the point seperti biasa, tetapi jauh di lubuk hatinya ada gambar yang berbeda.
'Ren mengerti aku! Meskipun begitu sulit untuk mengubah ekspresiku, dan bahkan jika aku mencoba merubah nada suaraku tapi sepertinya nada suaraku tidak berubah. Aku ingat ketika aku tersenyum dan melihatnya di depan cermin, itu sangat menakutkan, aku tidak ingin menunjukkan kepadanya. Tapi itu tidak perlu, karena Ren bisa merasakan apa yang sebenarnya aku rasakan. Tidak perlu kata-kata di antara kita berdua. Karena kita terhubung dengan ikatan yang lebih kuat dari kata-kata.'
"Lara ayo pergi, kita harus pergi ke guild petualang. Sedangkan untuk mu .... kamu tidak perlu ikut Valdel, karena hanya Lara dan aku yang akan diuji."
"Tentu, aku akan keluar kota sebentar untuk menguji kemampuan Nika. Jangan melakukan sesuatu yang terlalu gila di luar sana. " Valdel memperingatkan keduanya, terutama Ren.
"Hmph, bagaimana denganmu? Bagaimana kalau kamu berhenti mencampuri urusan orang lain. Jika kamu terus melakukan itu tubuhmu kelelahan karena sibuk, suatu hari nanti kamu akan ditusuk dari belakang. " Ren menanggapi dengan mendengus.
"Aku bukan orang yang sibuk ...terserahlah ... Lara tolong awasi pria itu dan pastikan dia tidak membuat masalah." Sebelum Ren bisa membalas pernyataan itu, Valdel dengan cepat meninggalkan tempat itu.
"Ya, lebih baik kau lari, dasar pengecut." Ren yang tidak ingin mundur meneriakkan kalimat itu pada Valdel.
...
Hilda yang memegang tombak baru berdiri tepat di luar guild petualang, menunggu Ren dan Lara. Kali ini dia siap untuk menonton orang seperti apa Ren sebenarnya. Hari ini akan menjadi ujian bagi para petualang dan dia adalah pengawas mereka. Jadi, memberinya kesempatan untuk mengamati Ren dari dekat dan melihat bagaimana dia bereaksi dan beradaptasi dengan berbagai jenis situasi.
"cukup mengobrolnya, apakah kamu siap untuk ujian mu?" Hilda langsung menuju to the point, saat dia mengarahkan tombaknya ke wajah Ren.
"Aku selalu siap. Bisakah kamu berhenti mengarahkannya padaku. Atau kamu ingin aku menghancurkannya lagi? " Ren dengan acuh tak acuh menjawab. Mendengar jawaban Ren, Hilda berhenti mengarahkan tombaknya pada Ren, dan mengalihkan perhatiannya pada Lara.
"bagaimana dengan mu? Apakah kamu siap?"
"siap."
"Oke, karena kalian berdua sudah siap, ayo segera keluar." Hilda tanpa menunggu balasan, mulai berjalan menuju pintu keluar utara. Melihat betapa tidak sabarnya Hilda membuat Ren mengangkat bahu ketika dia mengikutinya.
Lara yang melihat bagaimana Hilda bertindak agak kesal.
'Wanita itu benar-benar memiliki terlalu banyak kebanggaan pada dirinya sendiri. Dia hanya membuatku jengkel, tapi Ren telah menaruh hatu padanya. Ini adalah takdir yang tidak bisa dihindari olehku sebagai kekasih Ren. Kalau saja aku bisa membunuhnya ... sial! Jika hanya itu pilihannya, aku akan melakukannya bila dia berlaku kasar pada Ren.'
Lara yang sedang marah – marah di dalam hati tapi masih terlihat dingin seperti es di luar, saat ia mengikuti Ren dan Hilda.
...
Ketiganya berjalan agak jauh ke utara kota, sampai akhirnya mereka melihat pintu masuk menuju bawah tanah.
"Ini adalah dungeon bawah tanah, di sini aku akan menilai peringkat apa yang cocok untukmu. Biasanya jika kamu mencapai lantai tiga kamu akan lulus, dan mendapat peringkat D, peringkat C untuk lima lantai, peringkat B untuk sembilan, peringkat A untuk lima belas, dan peringkat S untuk delapan belas ke atas. Tapi karena apa pun yang terjadi dalam tes ini kalian berdua akan diberi peringkat B, kamu hanya perlu menunjukkan kepadaku sedikit kekuatanmu. " Begitu Hilda selesai menjelaskan cara kerja tes, Ren mulai mengajukan pertanyaan.
"Jadi berapa lantai yang dimiliki dungeon ini?"
"Tidak ada yang tahu, guild master sebelumnya menjadi orang yang pernah masuk ke dungeon terdalam, pada waktu itu samapi lantai dua puluh dan dia tidak bisa melanjutkannya karena tidak bisa mengalahkan penjaganya."
Ketika Ren mendengar apa yang dikatakan Hilda, dia mulai tersenyum. "sangat menarik."