"Aku penasaran, dari semua perang yang kau lalui, perang mana yang paling berkesan?" tanya Charlotte.
Axel menghentikan langkahnya, ia tidak menyangka pertanyaan itu muncul karena akan membuatnya kembali mengingat seseorang.
"Perang di mana kepergianku membawa luka bagi seseorang dan membuatnya pergi untuk selamanya," jawab Axe.
Charlotte kembali berpikir. 'Apakah wanita itu sudah tiada?' Ia kembali melihat Axel, wajah suaminya kembali menjadi begitu sedih dengan pertanyaan itu. Namun, Axel berusaha memberikan senyuman untuk menghibur dirinya sendiri.
*
Sesampainya di rumah, Axel dan Charlotte di sambut oleh dayang dan pelayan mereka. Charlotte yang dilayani dengan baik ingin segera mandi, karena makan malam sudah tiba. Sedangkan Axel terbiasa melakukan segalanya sendirian. Ia hanya butuh di siapkan air dan juga baju untuk dikenakannya.
Hubungan Charlotte dan Axel menjadi perbincangan pelayan yang menyiapkan keperluan keduanya. Bergosip adalah salah satu hiburan bagi mereka, terlebih lagi kehidupan istana sangat banyak kepalsuan. Bahkan mereka bertanya-tanya tentang hubungan percintaan Axel yang tidak pernah terdengar sama sekali.
"Tidak ada yang tahu tentang kisah cinta sang pangeran. Jika memang ia menyukai warga biasa, pasti akan sangat menggemparkan bukan?" ujar salah seorang pelayan.
Anna yang ikut dalam perbincangan itu juga menanyakan hal yang sama. Ia kembali menerka-nerka tentang siapa wanita yang beruntung, yang mendapatkan hati pangeran. Pikirannya tertuju kepada saudara perempuan Remanu.
"Apa mungkin itu adalah saudara perempuan Remanu? Semenjak kematian Remanu, pangeran sudah tidak bergairah lagi, apakah wanita itu menyalahkan pangeran atas kematian saudaranya?" ujar Anna.
"Remanu memiliki saudara perempuan? Aku tidak tahu itu," ujar pelayan.
"Ada, ia tinggal di kota sebelah Kota Letveria," jawab Anna.
Tiba-tiba Axel melewati mereka yang sedang berbincang sambil menyiapkan perlengkapan Axel dan Charlotte. Dayang dan pelayan itu pun langsung membungkam mulut mereka, karena takut apa yang dibicarakan terdengar oleh sang pangeran.
Anna yang baru teringat akan saudara perempuan Remanu itu pun merasa harus memberitahukan Charlotte. Ia merasa informasi ini sangat berguna bagi sang putri agar bisa dengan mudah untuk mengatur strategi meluluhkan hati sang pangeran.
Menurut Anna, saudara perempuan Remanu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Charlotte.
*
Seperti yang selalu dilakukan oleh keluarga kerajaan sebelum Axel menikah sampai ia sudah menikah adalah makan bersama dengan keluarga. Charlotte sangat senang dengan kebiasaan ini, dengan begitu, keakrabannya semakin terjalin dengan sang mertua. Ia juga bisa berbincang banyak hal di meja makan, dan memperlihatkan kepada sang suami untuk tidak selalu mengabaikannya karena dia sangat di sayang oleh kedua orang tua suaminya.
"Charlotte, sudah malam pun kau masih tetap cantik," ujar sang ratu.
"Terima kasih, Ibu. Ibu juga demikian," jawab Charlotte.
"Bagaimana kesanmu tinggal bersama kami di sini? Apakah ada yang kurang menyenangkan bagimu?" tanya ratu.
Dengan senyuman manis, nada bicara yang lembut dan pelan, Charlotte menjawab, "Sama sekali tidak ada, Bu. Aku senang tinggal di Nirwana, terlebih lagi, ibu dan ayah menerimaku dengan sangat baik."
Nada bicara Charlotte sangat terlihat dibuat-buat. Axel sangat tidak nyaman melihat tingkah istrinya itu. Ia ingin cepat-cepat menyudahi makannya dan pergi meninggalkan orang tua dan istrinya. Namun, itu tidak mungkin terjadi, karena jika dia pergi, Charlotte juga harus ikut dengannya.
Axel bertahan dengan hanya fokus makan, dan melihat makanan yang ada di hadapannya. Ia tidak ingin terlibat percakapan apa pun dengan Charlotte maupun kedua orang tuanya. Namun, saat Axel berusaha untuk tidak terlibat dengan pembahasan apa pun, ayahnya, Raja Nirwana membahas tentang pemindahan tahta.
"Apakah kau masih dalam suasana hati yang tidak baik?" tanya raja.
"Maksud Ayah?" jawab Axel tanpa melihat ayahnya.
"Aku semakin tua, dan tidak tahu kapan bisa bertahan untuk hidup. Tahtaku akan jatuh kepadamu, namun jika sikapmu terus saja labil seperti ini, bagaimana kau akan memimpin kerajaan?" ujar raja.
Axel menarik nafasnya, ia merasa jika hal itu tidak perlu dibahas ketika berada di meja makan. Ucapan ayahnya itu juga tampak seperti ancaman dan membuat dirinya menuruti apa yang menjadi keinginan sang ayah. Axel pun memilih untuk tidak meneruskan pembicaraan dengan ayahnya, dan kali ini ia benar-benar memilih untuk pergi dari meja makan.
Charlotte dan ibu Axel melihat satu sama lain, mereka pun hanya melihat sang pangeran berlalu dengan wajah yang datar. Mereka tidak bisa berbuat banyak dengan keadaan yang sedang terjadi itu.
Charlotte akhirnya pamit kepada mertuanya untuk mengejar Axel, ia berusaha menjadi istri dan menantu yang baik lagi dengan menjadi penengah antara ayah mertua dan juga suaminya.
*
Charlotte membuka pintu kamarnya dan Axel, melihat Axel sudah mengganti pakaian tidurnya. Ia pun masuk dan mencoba untuk berbicara dengan suaminya itu, walaupun raut wajah kesal masih terpancar dari sang suami.
"Apakah kau marah dengan ayah?" tanya Charlotte.
"Marah? Kenapa? Itu hanya sebuah percakapan saja, aku pasti naik tahta di saat yang tepat. Kau juga akan menjadi ratu, tenang saja, nikmati prosesnya," jawab Axel dengan santai.
Charlotte menghela nafas dalamnya, ia pun bersiap untuk tidur juga dengan mengganti pakaian dan membuka tatanan rambutnya. Ia tidak tahu lagi harus berbicara apa kepada Axel, karena ia juga tidak Axel menganggapnya ingin sesegera mungkin menjadi ratu.
Saat Charlotte bersiap mengganti pakaiannya, Axel melirik sang istri. Ia menyadari jika dirinya belum pernah memperhatikan Charlotte sejak mereka menikah, Axel hanya melihat sekilas saja. Namun ia tahu, walaupun memperhatikan Charlotte itu tidak akan membuat hatinya jadi tertarik dan bergairah, hatinya masih menyimpan seseorang yang tak bisa dilupakan.
Charlotte menyadari jika Axel sedang meliriknya, ia berusaha untuk tidak terlihat jika mengetahui lirikan itu. Tiba-tiba, Charlotte pun membalikan badannya ketika Axel masih meliriknya. Axel pun langsung mengalihkan pandangannya karena tidak mau ketahuan sedang melirik istrinya, padahal itu adalah hal yang biasa dalam rumah tangga.
"Aku pernah menyukai seseorang dari warga biasa, dia adalah prajurit di Kerajaan Florin. Apakah kau pernah merasakan hal yang sama?" tanya Charlotte.
"Mengapa kau bertanya?" jawab Axel.
"Hanya penasaran. Pasti kau juga pernah merasakan hal yang sama bukan? Aku ingin mengetahui saja. Mungkin kita bisa berbicara sebagai teman, bukan sebagai pasangan."
"Aku lebih suka untuk tidak membicarakannya. Masa lalu tidak perlu dibicarakan lagi," jawab Axel.
Charlotte mulai mendekati Axel yang sedang berbaring di ranjangnya. Ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba menjalankan niatnya. Siapa tahu, Axel akan merubah pikirannya ketika melihat Charlotte dari dekat yang mengenakan pakaian agak sedikit tembus pandang.
Axel mengetahui jika Charlotte berusaha untuk menggodanya, namun ia diam saja, memantau apa yang akan dilakukan oleh istrinya itu.
Semakin dekat dengan Axel, Charlotte semakin bergairah karena Axel terlihat begitu menawan dari dekat. Charlotte pun duduk di sebelah Axel, dan mencoba untuk menyentuh suaminya, ia berharap sentuhan itu mendapatkan balasan dari suaminya.
Charlotte mencoba untuk mendekatkan tubuhnya lebih dekat lagi, bahkan mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Axel. Jika diingat-ingat, mereka berciuman hanya sekali saja, saat acara pengesahan pernikahan mereka.
"Apakah kau tidak ingin merasakannya? Aku sangat ingin merasakannya denganmu," bisik Charlotte.
Axel yang diam, membiarkan Charlotte melakukan apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya, tidak ada getaran sama sekali di dalam harinya. Saat itu juga, ia kembali membayangkan seseorang yang terus ia pikirkan sampai hari ini. Walaupun begitu, Charlotte berhasil mendaratkan ciumannya ke bibir indah suaminya.
*