webnovel

Chapter 7

"Terima kasih, Bu. Aku akan segera pulang sebelum matahari terbenam," ujar Charlotte.

"Tidak masalah. Selagi ajudan bersamamu, Ibu tidak akan khawatir," jawab sang ratu.

Charlotte pun pamit dan pergi bersama Anna.

Sebenarnya, Anna tidak ingin membawa banyak orang karena akan merusak suasana danau yang cukup tenang. Danau itu juga jarang ada orang yang datang untuk berkunjung karena letaknya yang masih berada di kawasan istana, walaupun jarak yang ditempuh dari istana memakan waktu 10-15 menit.

Charlotte juga sebenarnya tidak ingin membawa ajudan, namun perintah sang ratu tidak bisa dibantah. Oleh karena itu, ia hanya menugaskan dua orang untuk ikut dengan dia dan Anna ke danau tersebut.

*

Sesampainya di danau yang dikatakan oleh Anna, Charlotte sangat terkejut dan juga senang karena Nirwana memiliki danau secantik ini. Namun, saat mereka datang, ada seekor kuda yang sedang dibiarkan memakan rumput di bawah pohon, ini menandakan jika ada seseorang yang berada di danau itu. Charlotte yang senang pun jadi sedikit kecewa karena ada orang lain di sana, ia jadi tidak bisa bebas untuk menenangkan pikirannya.

"Sangat tidak biasa ada orang yang datang ke sini," ujar Anna.

"Aku jadi tidak bersemangat lagi ke sini," jawab Charlotte.

"Apakah putri ingin pulang saja?" tanya Anna.

Charlotte melihat ke sekeliling, dengan tak sengaja pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang duduk di pinggiran danau sambil melihat ke alam sekitar. Lelaki itu tampak sangat tidak asing baginya, ia pun langsung melangkahkan kakinya ke lelaki itu.

Anna yang melihat Charlotte, menjadi bingung, ia pun meminta seorang ajudan untuk mengikuti ke mana Charlotte pergi. Ketika Charlotte menghampiri seseorang yang berada di pinggir kolam, sang ajudan pun memutar balik badannya dan meninggalkan Charlotte.

Lelaki yang dilihat Charlotte dan juga ajudannya adalah Axel. Ia tidak menyangka jika akan bertemu dengan suaminya di danau itu. Charlotte pun akhirnya menyapa Axel, karena dia juga mencari suaminya itu dari sebelum ia pergi ke danau ini.

"Rupanya kau di sini," ujar Charlotte.

Axel menoleh ke arah istrinya yang berdiri sedikit jauh dari posisinya. Ia tidak menjawab apa pun dan menundukan pandangannya dan melihat liontin yang sedang di genggamnya. Liontin yang berbentuk tabung kecil dan terlihat ada sesuatu di dalamnya itu pun terlihat juga oleh Charlotte.

"Apakah kau sedang mengingat seseorang di sini?" tanya Charlotte.

"Apakah itu penting?" jawab Axel. Ia pun menggenggam liontin itu dan menyimpannya di balik bajunya. Ia tidak ingin Charlotte banyak berbicara lagi, dan banyak bertanya tentang liontin yang terlihat begitu berharga untuknya.

Charlotte kembali menahan kekesalannya, ia tidak menyangka jika Axel akan meresponsnya seperti itu. Charlotte pun berusaha terlihat biasa saja, dan terus mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh suaminya dan juga tentang liontin itu, tak peduli bagaimana respons dan sikap suaminya.

"Tentu saja, aku yang sekarang ada dihidupmu. Bagaimana rupa wanita itu?" tanya Charlotte.

Axel melihat istrinya yang menatap dengan wajah datar. "Jika memang kau sudah bersamaku sekarang, apakah penting membahas masa laluku?"

Axel berdiri dari duduknya, ia membersihkan bagian belakang baju dan berbalik badan. Lelaki itu bersiap untuk meninggalkan danau yang tentram itu. Namun, langkahnya terhenti ketika Charlotte menghadangnya dan berusaha mengambil perhatian.

Charlotte mencoba untuk melancarkan aksinya yang sudah direncanakan. Aksi menjadi agresif agar Axel luluh kepada dirinya itu sepertinya tidak membuat sang pangeran menjadi luluh. Axel justru berjalan ke arah lain untuk menghindari sang istri.

"Apakah aku tidak lebih baik dari masa lalumu? Kenapa tidak kau berikan kesempatan untukku?" ujar Charlotte meneteskan air mata.

"Kau tidak mengerti apa-apa, jadi jangan banyak bicara lagi. Pernikahan ini hanya simbol, kau mengharapkan apa dariku?" jawab Axel.

Charlotte berlari ke arah suaminya, ia langsung memeluk Axel dengan masih berlinang air mata. Ia terus berbicara untuk diberikan kesempatan agar bisa mengenal Axel lebih dalam lagi. Charlotte juga menyatakan perasaannya yang sudah terpendam sejak mereka masih kecil dulu, ketika mereka selalu bertemu, dan bermain bersama.

Axel mencoba untuk melepaskan pelukan itu, namun Charlotte memeluk lebih erat. Ia tidak akan membiarkan Axel pergi dari pelukannya.

Kejadian itu juga disaksikan oleh Anna dan ajudan Charlotte. Kisah cinta perjodohan ini memang menguras hati ketika salah seorang dari mereka tidak menyetujuinya. Tapi, tentang percintaan Axel pun tidak ada satu orang pun di dalam istana yang mengetahuinya sama sekali.

*

Drama percintaan pangeran dan sang putri itu pun berakhir dengan Axel yang terlihat menyambut pelukan dari istrinya. Axel yang mengambil nafas panjang mencoba untuk membuka hati untuk Charlotte. Ia juga tidak ingin terus-terusan menjadi beban pikiran dan menyakiti lebih banyak orang lagi.

"Pulanglah bersamaku," ujar Charlotte.

Axel melepaskan pelukan Charlotte dan melihat wajah cantik istrinya. Untuk pertama kalinya, Charlotte melihat senyuman di wajah suaminya. Axel tampak sangat bersinar, dan Charlotte merasa apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia.

"Baiklah, mari kita pulang bersama," jawab Axel.

Anna dan ajudan yang mengikuti Charlotte pun diminta untuk pulang duluan. Anna melihat jika yang dilakukan Axel hanya sebuah sandiwara, dan dia masih menyimpan begitu banyak rahasia.

Cepat atau lambat rahasia masa lalu Axel pasti akan segera terbongkar, hanya menunggu waktu saja. Seperti bom waktu yang kapan saja bisa meledak, begitulah rahasia akan terbongkar dengan mudahnya dan menggemparkan.

*

Charlotte terus memandangi Axel yang berjalan di sampingnya sambil menuntun kuda yang ia gunakan untuk pergi ke danau. Entah mengapa hatinya begitu bahagia hari ini dan merasa akan bisa dengan mudah mendapatkan hati sang pangeran. Ia berniat untuk sedikit agresif agar selalu terlihat oleh suaminya.

Keagresifan Charlotte dimulai, ia memegang tangan suaminya ketika berjalan. Mereka terlihat seperti pasangan yang sangat harmonis dan tanpa masalah sedikit pun. Namun, Axel terlihat sangat risih dengan sikap Charlotte yang tidak biasa itu.

Axel mencoba untuk melepaskan tangan Charlotte. Ia berkata tidak pantas bermesraan di depan umum seperti ini. Semua yang ingin dilakukan ada aturannya, Charlotte seharusnya sudah tahu akan hal itu. Namun, Charlotte yang masih mencoba manja kepada Axel menjawab dengan nada yang tak biasanya juga.

"Tidak masalah melakukannya sesekali, bukan? Jalanan ini juga tidak ada yang melaluinya," ujar Charlotte.

"Ada, tapi sangat jarang. Bisa saja mereka melihat dari jauh," jawab Axel.

Charlotte memberikan wajah kesalnya kepada Axel yang selalu menjawab apa yang dikatakannya. Ia seperti wanita yang sangat tidak berharga di mata sang pangeran Kerjaan Nirwana itu. Charlotte sedikit merasa menyesal menyetujui pernikahan ini, walaupun dia akan mendapatkan hidup yang enak.

Tidak, Charlotte kembali menghapuskan pikiran buruknya tentang penyesalan menikah dengan Axel. Walaupun sikap suaminya seperti ini, tetapi kedua mertuanya sangat baik, Charlotte bisa menjadikan mereka sebagai senjata. Terlebih lagi, sang raja sudah tertarik kepadanya saat pertama kali mereka bertemu.

Sepanjang jalan Charlotte mencoba untuk menanyakan beberapa hal yang ingin ia ketahui. Charlotte mencoba untuk menjadi akrab walaupun Axel memberikan jawaban yang sangat tidak menyenangkan. Akan ada masanya bagi Charlotte menggunakan senjata, yaitu kedua orang tua Axel, untuk membuat suaminya lebih menghargai hubungan ini.

"Aku penasaran, dari semua perang yang kau lalui, perang mana yang paling berkesan?" tanya Charlotte.

Axel menghentikan langkahnya, ia tidak menyangka pertanyaan itu muncul karena akan membuatnya kembali mengingat seseorang.

"Perang di mana kepergianku membawa luka bagi seseorang dan membuatnya pergi untuk selamanya," jawab Axe.

Charlotte kembali berpikir. 'Apakah wanita itu sudah tiada?' Ia kembali melihat Axel, wajah suaminya kembali menjadi begitu sedih dengan pertanyaan itu. Namun, Axel berusaha memberikan senyuman untuk menghibur dirinya sendiri.