webnovel

Bab 35

Mandraka mengayunkan tangan memberi isyarat kepada seluruh anak buahnya yang menyebar dan merunduk di semak-semak sambil terus mendengarkan instruksi Mada lewat wireless comm yang menempel di telinganya.

Mada dengan didampingi Putri Calon Arang terus mengamati Pengilon Sekti yang memantulkan bayangan dan siluet 4 orang target penyergapan. 4 siluet itu masih berada di tempat semula. Mada yakin kali ini penyergapan itu tidak akan gagal. Apalagi dipimpin oleh seorang Mandraka. Orang kepercayaannya yang tangguh dan punya kemampuan luar biasa.

Bahkan penyergapan kali ini juga disertai oleh 2 orang sniper handal yang terus mengarahkan teleskop senapannya ke puncak bukit tempat target terakhir terlihat bersembunyi.

"Kurang ajar! Sialan! Gadis keparat!"

Putri Calon Arang menyumpah-nyumpah tak habis-habis. Mada menengok ke arahnya dengan pandang mata keheranan. Dilihatnya perempuan cantik berambut putih dengan aura mengerikan itu memberengut kesal mukanya.

"Ada apa?" Mada yang masih belum paham kenapa perempuan itu terus menyumpah, bertanya pendek.

"Lihat! Perempuan sialan itu berhasil menipu kita!" Putri Calon Arang menunjuk dengan gusar ke arah Pengilon Sekti.

Mada mengikuti arah telunjuk Putri Calon Arang. Siluet 4 orang yang berada di cermin aneh itu telah menghilang! Bersamaan dengan suara Mandraka di earphone yang menempel di telinganya.

"Panglima, mereka tidak ada! Lenyap tak berbekas!"

Mada menarik nafas panjang. Dia sadar tampilan siluet di Pengilon Sekti itu hanya kamuflase belaka entah semenjak kapan. Hmm, putri yang manjing kembali itu sama sekali tidak bisa diremehkan.

Putri itu mengalihkan perhatian sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk melarikan diri bersama kawan-kawannya. Di mana mereka?

"Cari! Telusuri jejak mereka sampai ketemu! Aku yakin mereka belum terlalu jauh dari Nagrek." Perintah tegas Mada mendengung di telinga Mandraka yang buru-buru memerintahkan anak buahnya turun dari bukit yang cukup terjal itu.

Sementara di dalam mobil yang parkir di halaman warung-warung kopi yang terletak di tanjakan terakhir Nagrek, keempat orang itu telah duduk manis dan siap berangkat. Raja menyalakan mesin. Mobil bergerak dengan tenang. Sengaja tidak terlihat tergesa-gesa agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Ketenangan yang tidak lama. Karena tidak jauh di belakang mereka berdecit-decit 2 mobil meluncur dengan kecepatan tinggi. Raja sudah nyaris menekan pedal gas dalam-dalam saat Citra menggamit lengannya.

"Tidak usah buru-buru. Mereka tidak tahu kita berada di mobil yang mana."

Raja mengurungkan niatnya mengebut. Dikendarainya mobil setenang mungkin sambil dengan waspada terus mengamati kaca spion. 2 mobil pengejar belum terlihat lagi. Hanya sebuah truk tangki bahan bakar berukuran besar yang mengikuti dari belakang dengan sama pelannya.

Raja mengerutkan kening. Jalan memang banyak menurun panjang dan sesekali tajam. Namun jalanan ini sangat lebar dan dalam beberapa kesempatan dia sudah memberi tanda melalui lampu agar mobil tangki itu mendahului mobilnya. Tapi mobil tangki itu seolah sedang melakukan perjalanan tamasya. Mengekor terus mobil Raja tanpa berusaha melewatinya sama sekali.

Ini membangkitkan kecurigaan Raja. Kembali pemuda itu mengamati kaca spion. 2 mobil pengejar sudah nampak dengan jarak tidak terlalu jauh di belakang. Raja lagi-lagi nyaris menginjak gas sampai habis untuk menghindar. Tapi apa yang dilihatnya dari kaca spion membuatnya melongo.

Begitu 2 mobil pengejar hendak mendahului mobil tangki agar tidak kehilangan jejak, mobil tangki besar itu bergerak ke kanan menghalangi. Terlihat seperti tidak disengaja. Namun karena hal itu terjadi berkali-kali, barulah Raja mengerti. Mobil tangki itu sengaja mengawal dan melindungi rombongannya.

Mobil tangki yang terus melakukan aksinya menghalangi 2 mobil pengejar memberi tanda melalui lampu dan ditangkap oleh Raja lewat spion sebagai pertanda agar dirinya melaju. Kali ini Raja tidak ragu-ragu untuk menginjak pedal gas. Mobil buatan Korea itu meraung-raung saat berliuk-liuk mengikuti badan jalan Nagrek yang menurun dengan banyak belokan tajam.

Raja tidak sempat melihat lagi kaca spion karena konsentrasinya berada pada jalanan di depannya yang mulai diramaikan dengan mobil-mobil karena tak lama lagi akan memasuki Kabupaten Bandung.

Namun suara ledakan yang terjadi kejauhan masih cukup jelas di telinga semua orang di dalam mobil yang langsung menengok ke belakang dengan was-was. Terlihat asap hitam mengepul tinggi di jalanan yang belum lama tadi mereka lewati. Raja yang terus melaju kencang tahu apa yang terjadi. Dalam hatinya pemuda ini berdoa dengan sungguh-sungguh agar orang-orang di mobil tangki bisa selamat.

Tak berapa lama kemudian mereka berpapasan dengan 3 mobil pemadam yang meluncur cepat sambil menyalakan sirine yang memekakkan telinga.

"Mereka diperintahkan untuk mengalihkan perhatian dan melindungi kita. Semoga mereka selamat dari ledakan itu." Citra berdesis pelan sembari memejamkan mata. Merasa bahwa perjalanan ini makin lama makin dikelilingi oleh maut. Kedasih hanya menundukkan kepala. Benaknya berputar-putar tidak karuan. Hal yang sangat dinantikannya bertahun-tahun, bertemu dengan putri yang manjing kembali berdasarkan Manuskrip Kuno yang dibacanya, ternyata juga disertai dengan petualangan mendebarkan dan mematikan. Sin Liong yang duduk di samping Kedasih juga nampak terpekur. Awalnya Kedasih mengira pemuda ini juga sedang melamun namun perkiraannya segera dibatalkan saat terdengar suara dengkur. Sin Liong kelelahan dan jatuh tertidur.

Setelah melewati gerbang tol Cileunyi, Raja tidak mau mengurangi kecepatannya sedikitpun. Dia tidak tahu apakah ledakan tadi berasal dari mobil tangki atau lawannya. Dia juga sadar bisa saja 2 mobil pengejar itu terus memburu mereka. Karena itu mobil digebernya hingga beberapa kali sempat melayang saat melewati sambungan jembatan yang tidak rata.

Citra memeriksa sabuk pengamannya dan berteriak kepada Kedasih untuk melakukan hal yang sama. Kedasih mengiyakan sambil sibuk membetulkan sabuk pengaman Sin Liong yang terus tidur dengan nyenyaknya!

Mau tak mau Raja harus mengurangi kecepatannya begitu keluar dari jalan tol. Jalanan sudah mulai ramai. Lagipula sedari tadi dia tidak melihat tanda-tanda mobil pengejar itu. Raja baru benar-benar bernafas lega saat mobil yang dikendarainya memasuki jalan BKR.

Tidak ada tempat parkir di sepanjang jalan kecuali di seberang toko buku di halaman sebuah supermarket. Setelah parkir dan mengunci mobil, keempat kawanan itu berjalan dengan terburu-buru. Kedasih sampai harus memegangi lengan Sin Liong karena pemuda itu masih setengah tertidur ketika mereka keluar dari mobil.

Raja menghentikan langkahnya sebentar kemudian berlari kencang menyeberangi jalan. 4 orang berperawakan kekar dengan 1 di antaranya nampak sebagai warga asing sedang berusaha mengutak-atik pintu kecil toko buku Babah Liong dan berusaha masuk dengan paksa.

"Heeeii! Apa yang sedang kalian lakukan?!" Raja langsung menerjang keempat orang yang nyaris saja berhasil membobol pintu toko. Terjadi perkelahian hebat di pagi yang masih cukup sepi itu di depan toko Babah Liong. Raja dikeroyok oleh 3 orang. Sedangkan pria bule itu memilih minggir dan mengamati karena yakin pemuda yang menegur mereka itu tak lama lagi juga akan terkapar dihajar.

Citra membiarkan perkelahian itu dan malah duduk di bangku halte depan supermarket. Gadis itu mencegah Kedasih yang terus mengguncang tubuh Sin Liong yang masih belum tersadar sepenuhnya dari tidur dan sekarang coba membaringkan diri di bangku halte sebelah Citra.

Kedasih menatap Citra dengan mata penuh tanda tanya. Dia khawatir dengan keadaan Raja yang dikeroyok dan merasa bantuan dari Sin Liong yang tangguh sangat diperlukan, tapi Citra malah enak-enakan duduk santai di bangku seolah sedang menonton sebuah pertunjukan. Citra hanya meletakkan telunjuk di bibirnya sambil berkata.

"Tenang saja Kedasih. Raja akan bisa mengatasi mereka. Dia perlu berlatih keras mulai sekarang. Lagipula para pengoroyok itu bukan golongan Trah Maja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kedasih hanya bisa bisa manggut-manggut sambil ikut menyaksikan pertunjukan perkelahian. Jadi dengan pihak mana lagi saat ini mereka berhadapan?

* * * *****