2 Chapter 02

Kediaman keluarga Ye di ibu kota sangatlah luas dan terdiri dari banyak bangunan megah. Temboknya yang berwarna merah menjulang tinggi, dan atapnya berhiaskan ukiran-ukiran rumit yang dibuat dengan tangan. Selain mewah, rumah sang jenderal juga dilengkapi dengan penjagaan super ketat. Bahkan, banyak kabar yang mengatakan bahwa kediaman Jenderal Ye jauh lebih aman dibandingkan istana kaisar. Seekor nyamuk bahkan tidak mampu menembus ketatnya penjagaan di sana.

Tempat tinggal Ye Qing, paviliun Qing Yuan, terletak di bagian belakang kediaman jenderal, dekat dengan taman pribadi keluarga Ye. Di taman tersebut, terdapat sebuah danau kecil yang dipenuhi dengan bunga teratai dan dikelilingi oleh batu-batu alam. Tepat di tengah-tengah danau, sebuah paviliun tradisional berdiri dengan kokoh. Berlapiskan cat merah dan hijau, sementara sisi-sisinya ditutupi dengan kain sutra tipis yang tembus pandang. Paviliun tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan kayu berukirkan makhluk mitologi kuno. Tidak jauh dari sana, terdapat sebuah hutan persik yang terlihat sangat cantik di musim semi.

Jarak yang jauh antara paviliun pribadinya dengan aula utama sering membuat Ye Qing muda malas untuk memberi salam kepada orang tuanya setiap pagi atau makan bersama dengan mereka. Di kehidupannya yang lalu, ketiga kakak lelakinya bahkan harus mengomel terlebih dahulu sebelum ia bersedia untuk pergi ke aula utama.

Kini, ketika Langit memberinya kesempatan kedua, ia ingin merubah diri. Gadis yang kini berusia sembilan belas tahun itu ingin memanfaatkan waktu yang ia miliki bersama keluarga dengan sebaik-baiknya.

"Nona, Jenderal Ye dan Nyonya Ye pasti akan sangat bahagia melihat Nona berinisiatif untuk memberi salam pagi!" Ujar Ming Lan dengan penuh semangat.

Saat ini, ia berjalan tepat di belakang Ye Qing. Di sampingnya, Ruo Lan dan Yue Lan hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka bertiga adalah tangan kanan putri kesayangan Jenderal Ye. Apabila Ming Lan bertugas untuk membantu keperluan sehari-hari nona muda Ye, Ruo Lan dan Yue Lan memiliki tanggung jawab untuk melindunginya. Sejak kecil, mereka berdua sudah dilatih bela diri bersama dengan tentara elite pribadi milik klan Ye. Loyalitas mereka juga tidak perlu diragukan lagi.

Ye Qing yang kini berjalan santai menyusuri jalan setapak dirumahnya hanya bisa terkekeh geli. Sembari menaruh kedua tangannya di balik punggung, gadis itu menjawab, "Aku hanya berharap kakak-kakak ku tidak terkena serangan jantung saat melihatku di aula utama nanti."

Ketiga pelayan kepercayaan Ye Qing hanya bisa menahan tawa mendengar candaan nona muda mereka. Berbeda dengan Ming Lan yang terus mengoceh seperti burung beo, Ruo Lan dan Yue Lan cenderung lebih diam. Tugas berat mereka untuk melindungi sang nona muda membuat mereka terus berjaga-jaga. Meskipun Ye Qing memiliki ilmu bela diri yang tinggi, sang ayah tetap tidak ingin kecolongan. Sang jenderal menempatkan Ruo Lan dan Yue Lan di sisi Ye Qing sebagai tameng dan perisainya.

Ketika Ye Qing tiba di aula utama kediaman klan Ye, semua orang sedang berkumpul. Kedua orang tuanya duduk di kursi utama yang terletak di tengah ruangan tersebut, sementara ketiga kakak lelakinya duduk di kedua sisi mereka. Lima orang yang sebelumnya tengah meminum teh itu langsung melongo begitu melihat Ye Qing memasuki aula, seolah-olah mereka sedang melihat makhluk asing turun dari langit.

"Kakak kedua, apakah pagi hari ini matahari terbit dari ufuk barat?" Ye Rong, putra ke tiga sang jenderal bertanya kepada kakak keduanya, Ye Huan. Matanya terpaku pada sosok adik perempuan semata wayangnya yang kini dengan santai membungkuk di hadapan orang tua mereka dan memberi salam.

Melipat kedua tangannya di depan dada, Ye Huan mengangguk menyetujui adik laki-lakinya, "Sepertinya Dewa Langit sedang membuat mujizat!"

Di kursi yang berseberangan, Ye Jian, putra sulung sang jenderal besar menatap adik-adiknya dengan seulas senyum. Wajahnya yang tampan dan heroik terlihat bersinar.

"Qing'er[1] memberi salam kepada ayah dan ibu! Semoga ayah dan ibu senantiasa diberikan kesehatan!" Ye Qing membungkuk di hadapan orang tuanya, tidak menggubris kedua kakak lelakinya yang kini menganga terheran-heran.

Nyonya Ye tersenyum bahagia melihat perubahan pada putri kesayangannya. Ia buru-buru berdiri dari tempat duduknya dan membantu Ye Qing untuk bangkit dari lantai yang dingin. "Bagus, bagus. Tanpa kita sadari, Qing'er telah tumbuh menjadi gadis yang dewasa."

Di kursi kebesarannya, Jenderal Ye Long masih terlihat serius seperti biasa. Namun, apabila seseorang melihat dengan lebih jeli, sepasang mata elangnya melembut ketika ia menatap Ye Qing.

"Jian dage[2]!" Ye Qing menyapa Ye Jian sebelum akhirnya duduk di sampingnya. Sejak kecil, gadis itu sangat dekat dengan kakak tertuanya. Putra sulung sang jenderal selalu memanjakan adik perempuannya ini dan membanjirinya dengan kasih sayang.

Ye Jian terkekeh geli melihat adiknya perempuan kesayangannya itu. Ia lantas mengulurkan tangan dan mengusap puncak kepala Ye Qing dengan penuh kelembutan, ��En. Apakah kau sudah beristirahat dengan cukup?"

Wanita muda itu mengangguk dengan mantab untuk meyakinkan kakak tertuanya bahwa ia telah beristirahat dengan cukup.

Putri terakhir Jenderal Ye nyaris tidak dapat menahan air matanya saat ia dapat merasakan kehangan keluarganya kembali. Di hadapannya, kakak kesayangannya masih sehat dan utuh sementara kedua kakak lelakinya yang lain masih dalam kondisi prima. Kedua orang tuanya juga ada di depan matanya. Bagi Ye Qing, ini semua masih seperti mimpi.

Setelah kembali duduk bersandingan dengan suaminya, Nyonya Ye membuka percakapan, "Qing'er, apakah kau masih ingat pada Xiao Yuan?"

Mendengar nama Xie Jing Yuan, Ye Qing yang tengah menyesap teh langsung tersedak. Ia tidak menyangka jika ibunya akan bergerak cepat mengingatkannya pada tunangannya itu. Di kehidupan yang lalu, karena ia tidak sempat bercengkrama dengan keluarganya seperti ini, ia tidak dapat mengingat tentang eksistensi Pangeran Jing dan pertunangan mereka.

Ia terlalu dibutakan oleh cintanya Xie Feng, sehingga ia gagal menyadari bahwa ada seorang pria yang begitu tulus mencintainya...

"Ngomong-ngomong, aku sudah lama tidak bertemu dengan Yang Mulia Pangeran Jing!" Ye Rong meletakkan tangan di dagu dan berlagak seolah-olah ia sedang berpikir keras. Padahal, ia hanya ingin membantu ibunya dan melihat reaksi Ye Qing.

Namun siapa sangka, Ye Qing bukannya tersipu malu, tetapi malah meladeni godaan mereka, "Tentu saja aku ingat pada calon suamiku. Haruskah kita mengandakan pertemuan degannya dan membahas tentang pertunangan kita berdua?"

Kali ini giliran duo Ye Rong dan Ye Huan yang nyaris tersedak teh. Mendengar adik mereka dengan santai memanggil Pangeran Jing dengan sebutan 'calon suamiku', dua bersaudara itu kaget bukan kepalang. Di sisi lain, ibunda mereka semakin merasa bahagia. Tersenyum lebar, wanita berusia empat puluh tahun tersebut mengangguk setuju.

"Ide bagus, ide bagus!" Saking bahagianya, wanita bernama asli Su Xin Yi tersebut bahkan menggenggam erat tangan suaminya. "Minggu ini kita akan sedikit disibukkan dengan pesta di istana. Ibu akan mengirim kabar pada Selir Yuan dan mengatur tanggal pertemuan."

Pasca kematian ibundanya, Xie Jing Yuan diasuh oleh bibinya, Selir Yuan. Selir Yuan adalah adik kandung Permaisuri Yuan. Pasca kakaknya meninggal dunia, ia mengajukan diri untuk masuk ke dalam istana dan membesarkan keponakannya. Karena wajahnya yang memiliki banyak kesamaan dengan Permaisuri Yuan, sang kaisar memutuskan untuk mengambilnya sebagai selir.

Yuan Qi Yin memasuki istana bukan untuk mencari cinta dan kasih sayang dari sang kaisar. Di hadapan makam sang kakak, sang selir telah bersumpah untuk melindungi Pangeran Jing dan mencari kebenaran akan misteri yang selama ini masih tersimpan rapat. Ia hidup untuk membalaskan dendam sang kakak dan mengantarkan Xie Jing Yuan ke atas tahta kaisar.

"Pesta? Apakah yang mulia kaisar akan menggelar pesta?" Yue Rong bertanya kepada ibunya dengan penuh antusias. Lagipula, siapa yang tidak suka makan dan minum gratis?

Kali ini, Jenderal Yue Long angkat bicara, "En. Yang mulia kaisar akan mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan kita atas bangsa Xiongnu."

Mendengar bahwa pesta kerajaan akan segera diselenggarakan, Ye Qing tiba-tiba gemetaran. Di kehidupannya yang pertama, ia jatuh cinta pada Pangeran Xuan pada hari di mana sang kaisar menyelenggarakan pesta ini. Jamuan itu jugalah yang menjadi penanda kehancuran keluarganya.

Kali ini, Ye Qing bersumpah tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Mulai detik ini, peperangan antara dirinya dan Xie Feng sekaligus Su Wan'er resmi dimulai.

Ia akan membuat mereka merasakan apa yang ia rasakan, hidup lebih menyakitkan daripada mati.

"Qing'er, Pangeran Jing juga akan menghadiri pesta ini." Nyonya Ye menginformasikan hal itu kepada putrinya. Ia lantas beralih pada Ming Lan dan berpesan, "Xiao Lan, bantu nona muda untuk tampil sebagai wanita tercantik di kerajaan ini."

Dengan senang hati, Ming Lan sedikit membungkukkan badannya dan menjawab, "Pelayan ini akan melakukan yang terbaik, Nyonya!"

Di tempat duduknya, Ye Qing tertegun. Xie Jing Yuan akan menghadiri pesta ini? Ia bahkan tidak mengingat kehadiran pangeran itu di kehidupannya yang dulu. Sepertinya, ia tersihir oleh Xie Feng sampai-sampai ia tidak menyadari keberadaan pria berparas surgawi tersebut.

Tiba-tiba, Ye Qing tidak sabar untuk bertemu dengan Xie Jing Yuan...

[1] -Er merupakan partikel yang diletakkan di belakang nama, digunakan untuk memanggil orang yang dikasihi atau merujuk pada nama pribadi saat berbicara dengan orang terdekat. Berbeda dengan partikel –er di belakang nama Su Wan'er. Dalam nama tersebut, -er merupakan bagian dari nama lengkap.

[2] Sebutan untuk kakak tertua.

avataravatar