19 Bab 19 Tempat Asing

Perlahan Huang Bao mengangkat tangannya meraih gagang pintu, kemudian mendorongnya. Berjalan kesisi tempat tidur, memeriksa kondisi gadis yang nampaknya masih terlelap. Selesai memeriksa, ia kembali memperhatikan sosok gadis yang terbaring didepannya, menatapnya begitu lama, entah apa yang sedang dipikirkannya.

Clara Pov

Aku tidak tahu sejak kapan kesadaranku kembali, meski aku telah sadar namun seluruh tubuhku tak bisa kugerakkan, begitu juga saat aku mencoba membuka mataku. Mencoba beberapa kali namun masih tak bisa, seolah aku kehilangan kendali atas tubuhku sendiri.

Merasakan posisi tubuhku, sepertinya sekarang aku sedang terbaring diatas sebuah benda empuk yang mungkin bisa kusebut kasur, di dalam ruangan yang tidak begitu besar. Entahlah aku hanya merasa begitu.

Suara langkah kaki mendekatiku, aku tak tahu siapa itu, namun aku bisa merasakan setiap gerakan yang dilakukannya. Aku sendiri kaget mendapati indraku menjadi sangat tajam dari sebelumnya, aku bahkan bisa mendengar tarikan napas orang yang sekarang sepertinya sedang  memeriksa kondisiku. Apakah pria ini adalah pria yang sama yang menyelamatkanku waktu itu??  Ingatanku masih jelas tentang bagaimana tuan Huang Bao tiba tiba muncul dan memaksaku menelan pil sebelum kehilangan kesadaranku disaat gubuk itu sedang dikepung.

Larut dalam pikiranku, tiba tiba rasa panas menjalar dari kaki hingga ujung kepalaku, cahaya violet bersinar terang muncul tepat dihadapanku. Darimana cahaya itu berasal aku sendiri tidak tahu. Mataku yang kurasakan tertutup rapat entah kenapa masih bisa merasakan silau cahaya itu. Seolah aku berada di ruang yang berbeda namun pada saat yang sama juga masih merasakan keberadaan tubuhku.

Sosok transparan perlahan muncul sebagai akibat dari redupnya cahaya itu. Semakin pudar cahayanya, maka semakin jelas pula sosok itu.

Seketika tubuhku seperti disambar petir.

'Sosok itu adalah diriku? Tidak, tidak. Jika aku adalah dia, lalu aku ini apa??

"Tenanglah, jangan takut," ucap sosok itu tiba tiba berjalan menghampiriku, dan memelukku?

Sudahlah.. aku benar benar sudah tidak dapat mendeskripsikan apa yang kurasakan sekarang. Ingin aku bersuara tapi lagi lagi suara tertahan, tak bisa lolos dari bibirku.

"Tenanglah, jangan takut," ucapnya lagi mengulang, kemudian melepaskan pelukannya.

Aku yang tidak bisa bersuara hanya mengangguk, pasrah.

"Setelah kamu memasuki dunia ini, sejak saat itu pula aku berada disini, didalam dirimu jauh di lubuk hatimu paling dalam. Dan semua ingatanku sebelum memasuki tubuh Fu Xie Lan juga kembali padaku," ucapnya kemudian melanjutkan, "aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Kita adalah satu jiwa yang terpisah."

Tiba tiba aku teringat suara suara yang bergema di tepi sungai hutan terlarang.

"Benar, itu adalah aku," ucapnya tersenyum seolah menebak  apa yang sedang kupikirkan. Aku tak bisa memahami, tak bisa mencerna apa dikatakannya. Bagaimana bisa aku memiliki jiwa terpisah?

"Baiklah, mungkin kamu masih bingung dengan semua ini, tapi ketahuilah satu hal, kamu berasal dari dunia ini, duniamu sebelum kesini adalah sebenarnya tempat untuk memisahkanmu dariku."

"Aku menarikmu kesini, ke ruang ini karena aku ingin kamu melakukan sesuatu," ucapnya lagi.

Entah aku harus tertawa atau menangis dengan keadaanku sekarang, melihat diriku sendiri memintaku untuk melakukan sesuatu.

"Aku harap kamu bisa segera menghapus segel jiwamu secara menyeluruh dari tubuhmu, aku ingin bebas, aku ingin kembali padamu, tapi tidak bisa. Segel itu menghalangiku,"

'segel? segel apa yang dia maksud? Menghapusnya? bagaimana caranya?' berbagai pertanyaan muncul dibenakku.

"Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi, namun seseorang tampaknya secara tidak sadar melepas segel itu pada jiwaku. Dan itulah sebabnya sekarang hanya aku yang bisa berkomunikasi denganmu, mungkin kamu bisa memulai dari orang itu," jawabnya seolah benar benar bisa membaca isi pikiranku.

"Hanya ini yang bisa aku katakan padamu, sisanya akan menjadi tugasmu untuk mencari tahunya, kamu sebaiknya kembali," ucapnya kemudian perlahan menghilang.

"Dan jika kamu ingin mengetahui identitas aslimu, kamu bisa memulai dengan mencari tahu tentang kejadian 700 tahun lalu," tambahnya sebelum benar benar menghilang.

Bersamaan dengan menghilangnya sosok itu, sayup sayup aku merasakan kehadiran beberapa orang. Perlahan aku mencoba  membuka mata, dan  ya itu berhasil. Seperti tebakanku sebelumnya. Aku terbaring disebuah tempat tidur yang berada pada ruangan yang tidak begitu luas.

Dua sosok pria tua memasuki pandanganku. Seorang pria tua pendek yang kuketahui namanya adalah Huang Bao, sementara yang lain adalah pria tua dengan postur tubuh tinggi, yang tidak aku ketahui identitasnya.

Kedua pria itu menatapku lekat, seolah sedang menguliti setiap inch dari tubuhku. Aku yang ditatap seperti itu benar benar merasa sangat tidak nyaman.

"Aku dimana? dan kamu siapa?" tanyaku sambil mengarahkan pandanganku pada pria tua yang berpostur tinggi.

avataravatar
Next chapter