29 Chapter 29

Chapter 29. Erofu

Mungkin karena merasa bahwa bermain petak umpet bersama Kurumi terlalu menantang, Raia memilih menyerah dan menunggu esok dirinya ditemukan.

Tapi ia tidak kesal sama sekali karena permainan Kurumi terlalu menantang dan akhirnya ia kalah, justru ia sangat bersemangat menunggu esok hari agar Kurumi segera menemuinya. Hanya dengan cara itu, Raia memiliki kesempatan yang mungkin untuk menghukum Kurumi.

Karena ini hutan dan banyak pohon, sudah jelas banyak buah dan Raia memanjat salah satu pohon untuk mendapatkan beberapa buah.

Sebenarnya untuk mendapatkan buah, ia tidak perlu memanjat, tetapi Raia memanjatnya karena ia melihat dahan yang bagus untuk dijadikan tempat tiduran. Sekaligus di dahan tersebut banyak buah walaupun kecil tapi banyak, setidaknya bisa menggobati rasa haus dan lapar Raia di saat bersamaan.

Raia tiba di dahan yang ia tuju. Ia merasakan bahwa dahan ini lebar dan keras, terutama dahan ini bercabang menjadi beberapa bagian semakin keatas.

Raia segera berbaring dengan kedua kakinya saling menindih, memandangi langit yang semakin oranye, Raia mengambil buah-buah kecil dan memakannya.

"Masam dan agak manis terutama berair." Raia bersyukur ia memilih buah yang tepat, ia melirik dan melihat banyak buah asing yang tumbuh di pohon lain.

Waktu berlalu dan Raia senang menikmati waktunya yang damai saat ia menjaga satu matanya tetap terbuka.

Tapi sangat disayangkan, kedamaian yang Raia rasakan hilang saat ia mendengar teriakan minta tolong.

"HELP ME!!" suara bernada tinggi menusuk telinga Raia dan membuatnya tersadar dari keadaan setengah tidur.

"HEEELLLPPP MEEE!!!!"

Mendengar teriakan lain, Raia menguap dan menggeliat saat tubuhnya terdengar suara retak.

Mengapus air mata di sudut matanya dan perlahan bangun saat ia mencari sumber suaranya.

Segera ia menemukannya melalui skill Aura Detection dan Eagle Cordinates. Ia juga melihat bahwa yang meminta pertolongan adalah seorang wanita.

Harus diakui bahwa dia cantik, tapi tidak berkembang, jika disamakan dengan Sany, maka Sany 3 senti lebih tinggi.

Terus mundur perlahan berusaha menjaga jarak saat ia menembaki monster hijau yang berupa goblin.

Menurut pengetahuan yang Raia kumpulkan, ia segera mengetahui siapa wanita itu, Elf. Kecurigaanya terbukti benar karena telinga panjang tidak bisa di tutupi oleh tudung jubahnya.

"Seorang elf kalah dari goblin? Apakah mereka tidak malu menyandang nama leluhur hutan?"

Raia mengingat itu dari salah satu buku.

"Hei!! Tolong aku!!"

Teriakan nada tinggi lain terdengar, tetapi Raia tidak memiliki niat untuk bergerak. Ia jelas melakukan ini karena ini adalah hal yang sangat diperlukan, Elf adalah ras yang bangga dan cara menunjukan inferioritas terhadap mereka adalah membuat mereka memohon lebih banyak.

Terutama karena elf adalah ras yang sejak dahulu lahir dihutan, mereka sensitif terhadap segala sesuatu yang ada di jangkauan hutan, dan jelas elf itu merasakan aura Raia yang kuat berada tidak jauh darinya.

Tetapi harus diketahui juga, karena elf sensitif terhadap sekitar, ia bisa sekaligus mengetahui bahwa ia tidak bisa menang sementara puluhan goblin terus bermunculan. Ditambah ia adalah pemanah, pemanah mengharuskan mereka berada pada jarak aman, dan ia hanya bisa mundur sementara goblin terus maju walaupun teman-teman mereka tewas dengan kepala berlubang.

Waktu berlalu, goblin terus berdatangan.

Elf mengambil anak panah tetapi tangannya tidak menjangkau apapun, ia berlari mundur tergesa-gesa menuju lokasi Raia berada.

"Hei! Kumohon tolong aku!!"

"Apa yang aku dapatkan jika aku membantumu?"

Wanita itu terdiam, ia memikirkan apa yang merupakan tawaran terbaik untuk nyawanya.

"Aku High Elf! Aku akan memberimu akses untuk memasuki negara elf tanpa berbayar, dan kamu akan menikmati diskon 20% pada setiap item yang kamu beli di sana!"

Raia terdiam, bukan berarti ia memikirkannya karena ia berminat, tetapi karena ia berniat menyudutkan elf yang bernafas tersenggal-senggal dibawah tersebut.

"Kenapa kamu menawarkan ini padaku sementara kamu bisa memanjat ke sini?" Raia bisa melihat bahwa setelah ia mengatakan itu, elf mencoba memanjat tetapi terjatuh dengan pantat terlebih dahulu.

"Apakah kamu terlalu lelah hanya untuk menggerakan kakimu sedikit lagi?"

"T-tolong! Bantu ak—" *Shup*

Kata-katanya terhenti saat ia melebarkan mata karena sesuatu menusuk bahunya, menoleh ia melihat sebuah jarum menusuknya dengan cairan ungu mengalir.

"T-tolong, b-bantu aku! A-aku ... Aku akan memberikan semuanya padamu!!!!" Melihat bahwa goblin dibelakangnya lah pelakunya, elf itu memiliki wajah terdistorsi saat air mata mengalir dan tidak segan-segan memberikan semuanya kepada pria ini.

Dipikirannya, kehilangan keperawanan kepada seorang pria jelas lebih baik daripada kehilangan keperawanan pada goblin.

Walaupun ia melihat wajah pria ini tertutupi selembar daun, ia mengetahui dari nada suara pria ini bahwa ia adalah orang baik.

Tapi ia menggigil, saat ia melihat pria  itu bangkit, ketakutan alami dan hidup bertahun-tahun dihutan membuat para elf lah yang paling mengetahui tentang Survival of the Fittest.

Dan jelas, setelah Raia berdiri di dahan dan menatap kebawah, wanita elf itu merasakan ketidak berdayaan untuk berdiri dihadapannya, tubuhnya menggigil sementara angin terkoyak.

Mencari tahu suara terkoyak apakah itu? Wanita elf berhasil melihat apa sumbernya, tetapi saat mengetahuinya ia terkejut melihat puluhan goblin yang mengejarnya beberapa saat lalu, tertunduk saat mereka perlahan-lahan terkoyak oleh tekanan tidak terlihat dan menjadi bubur hijau yang sehat.

Ia menengadah hanya untuk melihat Raia, sangat disayangkan ia tidak melihat Raia disana, ia berpikir penyelamatnya telah pergi. Ia merasa malu karena Ia diselamatkan bahkan tidak sempat berterimakasih, harga dirinya sebagai ras yang bangga membuatnya menepati janjinya dan akan membalas budi.

Ia menghela nafas lega, "Kamu memikirkan ku?"

?! Mendengar suara di depannya, wanita elf yang mencoba berdiri sekarang terjatuh kembali saat ia menatap Raia dengan teror.

'Sejak kapan dia disini?!'

Melihat elf pucat itu Raia bertanya dengan khawatir, "Apakah kamu baik-baik saja?" menawarkan tangannya untuk membantu wanita elf itu berdiri.

Wanita elf segera tersadar dari kebodohan dan ia menerima uluran tangan Raia dan kembali berdiri dengan sedikit usaha karena ia dibantu Raia.

"T-terimakasih banyak atas pertolonganmu, mungkin jika kamu tidak ada ... Aku." wanita itu menunduk dan kembali bangkit.

"Tidak perlu berterimakasih, ngomong-ngomong, aku rasa racunnya sudah menyebar keseluruh tubuhmu karena kamu terlalu banyak bergerak."

Ia kembali teringat akan tusukan yang ia terima, tetapi saat menoleh kebelakang ia tidak melihat dimana jarum racun yang menusuknya.

Wajahnya semakin pucat dari sebelumnya, ia segera mencari dimana jarum racun itu jatuh. Ia mencarinya dengan keras, ia bermaksud memberikan jarum yang memiliki sample racun tersebut untuk diberikan kepada apoteker hingga apoteker mampu membuat detoksinnya, tetapi jarum racun tersebut menghilang! Wanita elf tertunduk lemah saat ia berputus asa terhadap nyawanya yang akan hilang.

Ia melihat Raia kembali tetapi pandangannya buram dan sangat tidak jelas saat ia perlahan kehilangan kesadarannya.

Berusaha berbicara tapi tenggorokannya sangat kering dan ia merasa kesulitan untuk berbicara.

Berusaha memfokuskan pandangannya, ia menangis tetapi hanya air mata tanpa suara, begitu hening tapi menyedihkan.

Semuanya tampak penuh cahaya buram, tetapi seolah-olah itu hanyalah ilusi wanita elf terus memfokuskan kesadarannya.

Tekadnya untuk mencoba bertahan hidup bergejolak tetapi tubuhnya terasa seperti terbakar dari dalam saat semua cairan di dalam tubuhnya mulai menguap, keringat keluar tidak terkendali.

Semua bagian tubuhnya yang menggeliat kepanasan mendadak menjadi tenang setelah sensasi halus dan lembut menyentuh bibirnya, sebuah cairan dingin tapi memabukkan meluncur dari sisi lain ke mulutnya, bagaikan para pengembara yang kehausan ditengah gurun tiba-tiba menemukan oasis, wanita elf dengan rakus meminum cairan memabukan tersebut.

Menggeliat! Menuntut lebih banyak cairan saat ia mencoba menghisap lebih kuat dengan lidahnya yang saling melilit lawannya, mencoba memeras setiap cairan hingga habis.

Bagaikan nektar yang diberikan para dewa, kelezatannya tiada banding dan pengelihatannya kembali pulih, ia melebarkan mata karena terkejut melihat pria yang menyelamatkannya beberapa saat lalu, mencium bibirnya.

Tidak, dalam posisi dan keadaan saat ini, wanita elf lah yang sebenarnya menyerang penyelamatnya dan mencium bibirnya dengan rakus.

Melilit leher pria yang menyelamatkannya dengan kedua tangannya, wanita elf akhirnya sadar bahwa ia ingat tubuhnya bergerak sendiri menuju sang penyelamat dan mencium bibirnya dengan rakus.

Memerah!

Ia buru-buru menyingkir dan duduk dengan membelakangi Raia.

Raia yang adalah korban dari ciuman tiba-tiba tersenyum kecut.

'Aku bersumpah, aku tidak akan merendahkan para pemilik payudara kecil lagi.' pertama adalah Kurumi yang begitu hebat dalam bersembunyi, kemudian wanita elf yang tiba-tiba membekuknya tanpa perlawanan sama sekali dan tiba-tiba menciumnya.

'Apa-apaan hari ini?'

[Sederhana, keberuntungan anda dalam hubungan dengan wanita berpayudara besar menurun, sementara dengan para pemilik payudara kecil meningkat drastis]

'T-benar juga ... Woi! Apa yang kumaksud adalah kenapa wanita itu tiba-tiba seperti itu?!'

[Racun, pelaku utamanya adalah racun]

'Sudah kuduga, apakah itu racun berserk yang akan membuat siapapun membuas? Racun ini bermanfaat karena meningkatkan kekuatan dalam margin yang besar, tetapi efek sampingnya adalah energi kehidupan mereka akan sepenuhnya terkuras tidak heran jika mereka dapat disembuhkan atau racunnya sudah memudar maka mereka akan menjadi tengkorak kusut.

Tapi, sepertinya yang terjadi pada wanita ini bukanlah racun berserk karena ia tidak menjadi nenek-nenek sama sekali, racun apa itu Rui?'

[Sang e!]

'Baik?'

[Sang e, racun yang akan membuat siapa saja terangsang, tetapi efeknya sangat buruk karena siapa saja yang telah mencicipi lawan jenisnya, maka penggunanya akan menjadi boneka hidup yang hanya memikirkan rangsangan]

"Hei!" Raia yang berbaring di tanah, tiba-tiba duduk karena terkejut. Ia tidak menyangka efek racun ini sangat parah.

"Apaan?" wanita elf itu terkejut dan tubuhnya terlihat menegang saat mendengar suara Raia saat telinganya perlahan berubah menjadi merah.

'Beneran ya?'

"Siapa namamu?" mencoba mengalihkannya dari hal yang tidak perlu, Raia menanyakan namanya.

Wanita elf itu perlahan berdiri dan berbalik ke arah Raia "K-kamu bisa memanggilku apapun yang kau suka." katanya dengan wajah tersipu, dengan kedua tangan berada di belakangnya.

Raia jelas melihat itu, melihat segalanya yang terjadi pada wanita elf itu.

Melihat semuanya, Raia tidak bisa berkata-kata, "bisakah aku memanggilmu Erofu?"

Wanita Elf tampak memikirkannya tetapi ia jelas terlihat sangat senang, menahan kegembiraanya dengan cara berpura-pura berpikir sementara tubuhnya bersemangat.

"Hmmp boleh."

"Serius, kamu benar-benar Erofu dari semua hal yang ada."

"T-terimakasih."

Terlihat jelas bahwa ia tidak mengerti apa arti dari Erofu, tetapi ia mengangguk dengan bibir terangkat saat matanya bersinar penuh cahaya.

...

avataravatar
Next chapter