Chapter 10. Terobosan!
Pagi hari, Raia terbangun dari tidurnya yang pulas.
Akhir-akhir ini suhu semakin dingin, ia sudah mengira ia akan terbangun karena kedinginan, tetapi tidak ia sangka ia terbangun dengan suasana hangat.
Setiap tubuhnya merasakan hangat dan ia merasa segar, ia melihat bahwa Sany memeluknya dengan penuh kasih, dibagian kanan leher Sany, terdapat bekas cupang yang diberikan Raia malam itu.
Ya, malam mereka yang menggebu. Mengingat kejadian itu, Raia merasa sangat malu dengan betapa liarnya dirinya dimalam hari. Sekedar penjelas, kami tidak melakukan seks disini. Hanya sekedar mencium dan akhirnya aku tertidur karena mengantuk.
Raia mengganti posisinya menjadi miring ke kiri, sekarang ia saling berhadapan dengan Sany yang memeluk tubuhku.
Saya menatap wajah cantik itu dan tidak bisa berhenti untuk terkagum-kagum, di bumi, ia tidak memiliki seorang wanita yang menemani malam harinya, tetapi tidak dengan sekarang.
Ia memiliki seorang wanita yang menemaninya walaupun ia saat ini hanya berusia 2 tahun.
Merasakan pergerakan dikasur, Sany membuka matanya yang indah secara perlahan.
Ia masih memiliki ekspresi mengantuk dan sedikit lelah, itu karena Raia sedikit berlebihan dalam bermain. Tapi saat ia memikirkan apa yang ia lakukan kemarin malam dengan Raia, Sany tidak bisa tidak merasa malu.
Ia memberikan senyum canggung dan menyapa Raia, "S-Selamat pagi, Raia."
Raia tersenyum, ia juga menyapa, "Selamat pagi, Sany." ia tidak berhenti disini, tangan kanannya menyelinap ke tengkuk Sany dan ia menariknya agar lebih dekat kemudian menciumnya.
Sany terbelalak terkejut, tetapi seperti yang diharapkan dari seorang veteran, ia segera menerima ciuman Raia dan mulai melawan.
Pertarungan sengit kembali dimulai, tetapi berakhir selama 3 menit. Raia dan Sany menyelesaikan sesi ciuman mereka dengan seutas air liur yang tergantung.
"Kamu harus tidur sedikit lebih lama, kamu pasti lelah dan hari ini kamu ambil cuti saja terlebih dahulu."
"Tapi, Raia ... Ak-" sebelum Sany menyelesaikan ucapannya, Raia memotongnya , "Simpan tenagamu saat ini, karena nanti malam akan lebih melelahkan lagi."
!!
Sany terkejut dengan kata-kata Raia, ia memerah dan mengangguk pelan dengan malu-malu.
Raia mencium dahinya terlebih dahulu kemudian ia bangun dan keluar kamar. Menutup pintu kemudian dia pergi ke ruangan Rindou untuk memakan sarapan pagi.
Ia berjalan beberapa menit dan tiba, ia mengetuk pintu 3 kali kemudian masuk, "Selamat pagi Rindou."
Mendengar suara Raia yang familiar, Rindou yang sedang memasak berbalik dan berkata, "Tunggu sebentar lagi makanan akan tiba." kemudian dia melanjutkan memasak.
Raia menunggu masakan Rindou sambil duduk, ruangan ini tertutup dan hanya sedikit lubang ventilasi, itu menyebabkan aroma lezat masakan terkurung diruangan ini.
Menghirup aroma yang terus tercium, Raia merasa ia akan terbang ke surga.
Segera, Rindou membawa dua piring omurice emas ke meja.
Ia terkejut melihat perubahan dalam tubuh Raia, ia menatapnya sebentar tetapi tidak bisa tidak menunjukan ekspresi jengkel sebelum meletakan dua piring di meja.
"Selesaikan makanmu secepatnya dan keluar!" Rindou memberikan Raia ekspresi jengkel.
Raia terkejut, apa-apaan ini? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?
"Rindou nee-san? Apa aku melakukan kesalahan?"
"Tidak juga."
Raia terdiam, jujur saja ia ingin tahu apakah Rindou mengalami menstruasi? Biasanya wanita akan memiliki emosi yang acak jika sedang menstruasi.
Raia bertanya-tanya, apakah Rindou sekarang menstruasi.
Tetapi dari pengalaman hidupnya di bumi selama 26 tahun, ia mengerti apa yang harus ia lakukan jika dalam keadaan seperti ini.
"Maaf." yang pertama adalah mengucapkan maaf.
"Itadakimas!" kemudian nomor kedua adalah menuruti keinginannya. Baik menguntungkan diri sendiri ataupun tidak.
Raia memakan makanan dengan cepat, ia sesekali melirik ke Rindou dan kembali melanjutkan makannya.
Setelah selesai, ia menunggu Rindou menyelesaikan makannya.
Rindou memakan makanan dengan lambat, ia sepertinya benar-benar tidak dalam mood melakukan sesuatu.
Setelah sekitar 10 menit, ia akhirnya menyelesaikan makannya, menatap Raia yang dihadapannya.
"Sekali lagi, maaf ... Aku sangat bodoh untuk tidak menyadari apa kesalahanku, jika bisa ... Bisakah kamu menjelaskan apa kesalahanku?"
Ruangan jatuh dalam keheningan setelah ucapan Raia.
Rindou tidak segera menjawab, ia diam-diam mengamati apakah Raia benar-benar tidak tahu apa kesalahannya. Setelah 1 menit mengamati Raia yang tidak tahu apa-apa Rindou menghela nafas.
"Apa kamu kesini ingin pamer?" suara dingin Rindou kembali terdengar.
Tetapi Raia tidak sempat untuk menggigil atau apapun karena pikirannya saat ini ingin memecahkan misteri didepannya.
Pamer?
Apa yang harus aku pamerkan?
Sementara itu, Rindou mengamati Raia dan cukup terkejut mengetahui bahwa Raia sebenarnya memang tidak tahu apa-apa.
Rindou menghela nafas kembali, "Disini! Kenapa ada tanda itt disitu?"
Raia menyentuh bagian kiri lehernya, dan saat jarinya-jarinya menyentuh tempat itu, ia kembali teringat dengan kejadian tadi malam.
Raia memberikan ekspresi penuh rasa salah saat menatap Rindou.
"Maaf Rindou, aku tidak bermaksud untuk pamer, ini adalah-"
"Cukup!" Rindou memotong ucapannya, karena ia tidak bodoh dan ia tahu apa itu sebenarnya dalam sekali pandang.
"Katakan saja, siapa yang memberikanmu tanda itu!" Rindou geram, ada 3 tersangka dirumah ini yang mengicar shota seperti Raia.
Yang pertama adalah ibu sesatnya sendiri.
Kedua dan ketiga kemungkinan adalah pembantu itu.
"Untuk apa?"
"Aku akan menghancurkannya!"
Raia menatapnya dan tercengang, tetapi kembali ke kenyataan beberapa saat kemudian.
"Itu tidak bisa Rindou nee-san. Aku mencintai orang yang memberikan tanda ini, jadi aku tidak akan mengizinkan mu untuk melakukan hal yang buruk kepadanya."
Rindou tersenyum, jelas ia puas dengan jawaban Raia, "Aku bercanda ... Jadi siapa itu?"
"Itu ... Sany." entah kenapa, saat Raia mengatakan ini, sensasi lega dan bangga muncul di dalam dirinya.
Sementara Rindou yang mengamatinya, merasakan perasaan aneh yang muncul di dirinya.
Perasaan ini, ia pernah mengalaminya saat awal-awal mereka bertemu ... Tapi sekarang itu hanyalah masa lalu. Tetapi, saat ini ia kembali merasakan perasaan itu, dan rasanya masih menjijikan seperti biasa.
"Kalau begitu, aku permisi Rindou nee-san~" kemudian Raia berlari ke tempat ia biasanya berlatih, tetapi kali ini ia akan bermeditasi.
Sementara Raia sedang mengantisipasi meditasi, Rindou yang berada di ruangan itu sedang bercermin.
Ia menatap dirinya yang sedang menyentuh dimana ia merasakan sakit itu.
*Claaankk!!* suara nyaring terdengar.
Itu adalah Rindou yang menghancurkan kaca di depannya. Ia memukul tempat dimana ia merasakan sakit tetapi di cermin, berharap rasa sakit itu menghilang.
...
Raia saat ini sudah mulai bermeditasi ia berada dalam posisi lotus dan tidak bergerak seinci pun.
Sebenarnya untuk melakukan meditasi, ia bisa melakukannya dimana saja, kamar, ruang tamu, bahkan atap sekalipun.
Tetapi alasan kenapa ia memilih tempat ini dari banyaknya tempat adalah karena ia merasa nyaman, ia merasa nyaman ditempat ini entah kenapa.
Dan alasan lainnya adalah bahwa tempat ini adalah tempat pertama kalinya bermeditasi, dan ia berharap bahwa kejadian yang sama seperti pertama kalinya bermeditasi akan terulang.
Ia benar-benar ingin mendengar nada menenangkan itu lagi.
Sesuatu seperti Naaaaa na na na~ Na na na na na naaaaaa~ naaaa na na naaaaa na naaaaa~ naaa na na naaa na naaa.
Ya seperti itu ... Tunggu bukankah itu lagunya!?
Raia segera mencermati nada lagu itu, ia bergumam dan menyenandungkan lagu itu berulang kali.
Naaaaa na na na~ Na na na na na naaaaaa~ naaaa na na naaaaa na naaaaa~ naaa na na naaa na naaa. 3×
Ia terus mengulangi lagu itu selama 3 kali, dan ia lakukan itu tanpa ia sadari sendiri.
Nada itu menyejukan dan Raia jatuh cinta dengan nadanya, ia mengulang itu dalam pikirannya berkali-kali hingga akhirnya merasakan sesuatu yang hangat di dalam tubuhnya.
Ia terus menyenandungkan nada ini dan perasaan hangat yang tubuhnya rasakan semakin terasa.
...
Waktu yang berlalu terasa sangat kacau, ia tidak tahu sudah berapa lama ia berada dalam kondisi ini hingga akhirnya suara yang menyenangkan terdengar.
Ding!
Dengan suara itu, Raia perlahan membuka matanya dan merasakan bahwa tubuhnya penuh vitalitas!
Ia tahu ini, mungkin ini efek saat tubuhnya merasakan kehangatan saat bermeditasi.
Raia bangun, menggerakan tubuhnya untuk melakukan senam ringan dan serangkaian bunyi gemertak tulang terdengar.
Raia mengepalkan tangan dan memukul tanah di bawahnya.
*BOOMM!!*
Suara yang menggelegar terdengar dan debu beterbangan karena efek sampingnya, walaupun banyak sekali debu yang menghalangi pandangannya, Raia merasa seperti melihat dimalam hari biasa.
Ia melihat bahwa tanah yang ia pijak mengalami retakan hingga 10 meter dengan lebar 1 meter. Ia melompat mundur tetapi tidak menduga kecepatannya ditingkatkan beberapa kali juga.
Sepertinya bukan hanya kekuatan, stamina, ketahanan saja yang ditingkatkan, tetapi pengelihatan Raia juga ditingkatkan.
"Rui tunjukan statusku."
[Nama: Raia
Usia: 2 tahun 7 bulan
Level: 7/ Ranah pembentukan Inti tahap puncak
Julukan: Wisdom Trainee
HP: 270/270
MP: DIBEKUKAN!
ATK: 17
END: 17
INT: 28
AGI: 17]
Raia tersenyum senang, itu berarti ia mengalami peningkatan 10 poin dari tahap menengah ke puncak.
Saat Raia sedang memantau kemajuannya, suara Rui terdengar, "Raia, kamu mendapatkan beberapa pemberitahuan, dan apakah kamu perlu untuk melihat statusmu yang lengkap?"
"Oh Rui~ ya, tunjukan semuanya."
Ding!
Kali ini layar hologram tercipta di depannya dengan beberapa tulisan. Kemudian ia membaca isinya.
[Selamat Raia, kamu mendapatkan Julukan Lady Killer.
Efek julukan: Charisma 4 point & 2 poin Luck]
Ding!
[Selamat Raia! kamu juga mendapatkan julukan: Genius Childern Chef
Efek julukan: Luck 4 Point & Charisma 2 point.
Deskripsi: Selamat Raia, dengan mendapatkan kedua julukan tersebut, kamu jadi seorang yang beruntung dan penuh karisma. Taklukan banyak wanita!]
[Nama: Raia
Usia: 2 tahun 7 bulan
Level: 7/ Ranah pembentukan Inti tahap puncak
Julukan: Wisdom Trainee, Lady Killer, Genius Childern Chef
HP: 270/270
MP: DIBEKUKAN!
ATK: 23
END: 20
INT: 28
AGI: 19
LUCK: 6
CHA:6 ]
Raia mengangguk puas dan suara Rui kembali terdengar.
"Ini adalah statusmu yang sebenarnya jika digabungkan dengan efek latihan yang kamu lakukan."
"Begitu, Terimakasih Rui~"
"Hehehe, terus andalkan Rui dimasa depan!"
"Tentu."
Raia mengangguk dan bersamaan awan debu sudah hampir sepenuhnya surut, dan siluet seorang wanita hadir disana.
Raia tersenyum karena ia sudah tahu siapa itu, "Malam ini, apa kamu siap? Sany? ..."
Kabut debu menghilang dan memperlihatkan Sany yang tersenyum.
Raia menghilang disana, dan kembali muncul di depan Sany, tetapi Sany tidak menunjukan ekspresi terkejut, melainkan menatap Raia dengan penuh kasih sayang.
"Kamu bertambah 10 cm."
"Itu artinya aku akan lebih muda untuk menciumu."
Kemudian siluet antara wanita dan lelaki yang hanya setengah dari tubuh wanita itu terlihat saling berciuman.
Dan tanpa mereka sadari, siluet hitam melihat mereka berdua dari pinggiran kolosium.
...