Chapter 9. Cemburu.
Apa yang terlintas di pikirkan anda jika kata ruang bawah tanah terdengar?
Penuh debu? Penuh sarang laba-laba? Banyak tikus dan lingkungan kotor?
Jika itu yang anda pikirkan, maka ding dong! Selamat anda setengah benar!
Ya, ruang bawah tanah itulah yang terjadi jika tidak ada yang merawatnya, tetapi dirumah ini ada Sany yang gila kebersihan, jadi semua bayangan yang terlintas dipikiran anda tidak akan terjadi disini.
Lantai yang memiliki pola sederhana hadir disana, tidak ada kotoran sedikitpun di lantai.
Dinding di cat berwarna hitam, tapi siapapun bisa dengan jelas melihat bahwa tidak ada kotoran disana.
Lorong itu gelap karena hanya diterangi cahaya lilin, di situ, seorang anak lelaki berjalan dengan santai saat mengagumi kesan misterius yang dimiliki ruang bawah tanah.
Ia berhenti di depan pintu kayu berwarna coklat dan membukanya, ia memasuki ruangan itu tetapi diserang oleh cahaya yang cerah!
Menutup matanya dan perlahan membukanya saat ia merasa sudah agak terbiasa.
Tidak ada furnitur mewah dan antik disana, tetapi beberapa furnitur yang terlihat modern hadir disana.
Meja dan kursi masih terbuat dari kayu, tetapi itu memiliki bentuk yang elegan dan terlihat futuristik.
Di dekat Raia berdiri, terdapat aquarium ikan yang bagus disana, hanya ada 2 ikan disana, dan semuanya ikan mas yang gemuk.
Raia menutup pintu, mengambil pakan ikan yang ditaruh disamping aquarium dan memberikan sedikit pakan untuk ikan mas.
"Hoho ... Mulutnya lucu."
"Ya, seperti kamu Raia."
!!!
Raia terkejut karena suara seseorang tiba-tiba terdengar di telinga kirinya. Dia berbalik hendak memarahi siapa itu, tetapi ia hanya bisa melihat siapa itu sebelum mulutnya disegel dengan bibir tipis yang kecil.
"Ciuman paginya aku dapatkan!"
"Hei! Jangan mengejutkanku secara tiba-tiba Sany."
Walaupun sudah terbiasa dicium, Raia masih tidak bisa menahan malu jika dicium tiba-tiba.
Sany menutup mulutnya dan tertawa dalam diam melihat Raia yang memerah.
"Apa yang kamu lakukan?"
Sany menunjukan wajah terkejut sebelum menunjukan senyum main-main.
"Apa tuan muda merindukanku?"
Raia tidak segera menjawab, mengalihkan pandangannya kesamping dan berkata, "Sedikit ..."
Ruang jatuh keheningan, dan saat itulah Raia sadar apa yang ia katakan.
"ITU CUMA SEDIKIT! OKE? Dan lagian, apa yang kamu lakukan?"
Sany terdiam sejak tadi, dia tidak berharap Raia menjawab dengan jujur dan menyimpan pemandangan ini diingatannya. Pemandangan dimana pertama kalinya Raia menjadi Tsundere.
"Aku sedang merawat kakak ku yang bodoh itu, ia sakit karena tidak makan-makanan apapun selama setengah bulan."
Raia mengernyit, "Apa penyebabnya?"
"Menamatkan story moden naruto strom 4."
"Lalu ... Apakah itu tersimpan."
"Permainannya memang tersimpan, tetapi ps 4nya rusak."
Sudut mulut Raia berkedut.
"Bodoh!"
"Setuju!"
"Lalu tunggu apa lagi, siapkan makan untuk kakak mu. Kamu tahu kan apa makanan kesukaan kakak mu?"
Tiba-tiba mata Sany penuh cahaya bintang.
"Tentu saja, setiap aku memberikan Kakak ku makan dia akan selalu berteriak seperti 'Aku diseret ke surga' atau sesuatu seperti itu."
Raia mengernyitkan dahinya, sepertinya aku memiliki lawan yang sepantar disini. Raia berpikir dalam benaknya.
"Tunjukan bagaimana kamu memasak, dan mari kita bandingkan dengan shokugeki."
Sany memiringkan kepalanya karena kalimat yang Raia ucapkan tidak ia mengerti sama sekali.
"Yah, apapun itu, kemarilah."
Raia kemudian mengikuti Sany yang pergi kedapur, Raia mencari tempat duduk, setelah menemukannya ia kemudian duduk, dan melihat bagaimana Sany memasak.
Tetapi, satu menit kemudian Raia merasa kesannya tidak perlu karena bagaimana cara memasak Sany dan bahan apa saja yang Sany gunakan, berada di luar teori.
Apa-apaan telur hitam yang mencurigakan itu!
Hei! Kamu tidak membersihkan sayurannya dengan benar! Nani?! Kamu bahkan tidak memotongnya?!
Bodoh!
"Oke! Oke! Berhenti." jika itu dilanjutkan, maka kakak mu mungkin benar-benar akan memasuki surga!
"Tapi itu belum selesai ..."
"Tidak apa-apa, kakak mu mungkin kesepian tanpa PS kesukaannya."
"Itu benar! Kakak ku pasti kesepian, kalau begitu aku akan menemani kakak ku terlebih dahulu."
Kemudian ia pergi keluar dari dapur dan meninggalkan Raia sendirian tanpa permisi sama sekali.
Raia yang melihat itu, mulai berdiri dan memilih-milih bahan makanan yang akan ia gunakan untuk memasak.
Setelah memeriksa bahwa semua bahan-bahan yang ia perlukan sudah lengkap, Raia mengangguk puas dan mulai memasak.
15 menit kemudian masakan yang Raia masak telah siap, ia mengambil nampan dan meletakan 1 mangkok penuh makanan diatasnya.
Raia keluar dapur dan hendak membuka pintu tetapi suara Sany yang lemah lembut terdengar.
"Sang pangeran berhasil membunuh raja iblis kemudian ia menyelamatkan kekasihnya yang diculik raja iblis.
Mereka kembali ke kerajaan dan ..."
"Mereka berdua menikah hingga memiliki anak kembar dan hidup bahagia selama-lamanya. Begitu kan?" Suara Nita yang gemertar dan lemas terdengar.
"Tidak kakak, yang sebenarnya terjadi adalah seperti ini, Pangeran mengetahui bahwa putri sudah tidak perawan, ia kecewa dan sedih kemudian membuang putri ke rumah bordil kemudian ia membeli wanita untuk menjadi istrinya yang ke-100."
...
Hening.
Tidak ada suara lain disana.
Raia yang mendengar itu dari balik pintu, tidak bisa tidak mengedutkan bibirnya dengan berbagai perasaan.
Dia hanya memiliki pemikiran seperti demikian, Pangeran yang jahat!
Raia kemudian membuka pintu dan memasuki ruangan, begitu kedua saudari itu melihat Raia, mereka memiliki emosi yang kompleks.
Raia berhenti dan mengerti apa yang mereka pikirkan, menghela nafas kemudian berkata, "aku bukan pangeran, dan satu lagi, orang yang kucintai sejauh ini hanya Ibu ku dan Sany saja. Jangan salah paham!!"
Sany yang mendengar itu memerah dan menutup wajahnya dengan buku yang berada di telapak tangannya.
Sementara itu, Nita menatap Raia dan Sany dengan tidak percaya.
Membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut, dia kemudian mengorek telingannya dan mendesah, "ternyata salah dengar."
"Kamu tidak salah dengar Nita, Sany sudah sering melec— UHUK! Menciumku setiap hari selama setengah bulan ini." Raia berkata dengan ekspresi polos, sementara Nita yang mendengarnya sudah mengeluarkan jiwa dari mulutnya.
"Baik-baik, sudah sampai disini, mari kita makan terlebih dahulu, dan Nita hei sadarlah!" Raia mendekati Nita.
Nita kembali sadar dan menatap Raia yang duduk di kursi lain menghadapnya.
Raia mengernyitkan dahinya. "Aku mengerti semua yang kalian pikirkan karena kalian sudah mengurusku selama 2 tahun, jadi Nita jangan coba-coba mencium bibirku hanya untuk bersaing dengan saudarimu."
Nita, terdiam dan menatap Raia dengan terkejut, tetapi jejak kebahagiaan terlihat pada senyumnya.
Nita perlahan kembali bangun dan menyadari bahwa Raia membawa bubur yang terlihat lezat.
"Baik-baik aku tahu itu, tapi bisakah kamu mengusap air liurmu terlebih dahulu?"
Tanpa penundaan, Nita mengelap air liurnya dan mengambil semangkok bubur tersebut. Tetapi ia hanya mengambil udara, karena Raia tiba-tiba menarik bubur itu dan tidak membiarkan Nita membawanya.
Raia melihat tangan kecil dan kurus kering di depannya, ia ragu tangan ini bisa menahan berat mangkok ini.
"Kenapa?" Nita melihat Raia dengan mata anjing.
Raia menghela nafas dan berkata, "Kamu istirahat saja, biarkan aku yang merawatmu selagi kamu sakit."
"Tuan muda ..."
"Baik-baik jangan menangis." Raia mengusap air mata yang hampir jatuh disudut mata Nita.
Ia menyendok bubur dengan sendok dan meniupnya terlebih dahulu sebelum berkata, "buka mulutmu."
"Baik! Aaaahhh~"
Raia tersenyum dan menyuapi Nita sesendok bubur itu.
"Bagaimana rasanya?"
Tidak ada suara lain disini dan Nita tiba-tiba meneteskan air mata sebelum berkata, "Surga." dengan wajah penuh kepuasan.
"Lagi!"
"Baik."
"Lagi! Lagi!"
"Baik! Baik!"
"Lagi! Lagi! Lagi!"
"Hey makan pelan-pelan!"
"Lagian masakan tuan muda terlalu enak. Tolong lagi!"
"Baik!"
...
Mereka melakukan itu dengan sangat gembira, terutama melihat saat kakaknya tertawa seperti itu, tentu saja Sany merasa gembira tetapi disudut pemikiran ia merasa itu sedikit sakit.
Ia merasakan sakit tapi tidak tahu sakit apakah itu.
Ia memnyentuh dadanya, dan mencoba tersenyum tetapi rasa sakit ini semakin menyakitkan.
Ia tidak ingin momen mereka terganggu hanya karena melihat ekspresi Sany yang kesakitan, jadi karena itu Sany menahannya dan mengalihkannya dengan senyum.
"Sakit ... Apa-apaan ini?" pikir Sany saat ia mulai membaca buku untuk mengalihkan rasa sakitnya.
...
2 hari kemudian ... Raia selalu kembali ke ruang bawah tanah untuk merawat Nita, memandikannya(walau hanya sebatas mengelapnya dengan kain basah), menyiapkan makanannya, menggantikan pakaiannya.
Selama dua hari ini Raia merasa sangat lelah, tetapi ia merasa senang pula melihat kondisi Nita yang semakin membaik.
Hingga akhirnya hari ini.
"Mungkin setelah kamu istirahat malam ini, besok kamu akan Sembuh Nita." Raia berkata saat menyuapi Nita sesendok bubur lagi.
"Weehnaaak!!! Hteeenntu hwaja."
"Hei jangan berbicara saat ada makanan dimulutmu!"
Setelah Nita menghabiskan bubur, ia mengambil segelas air dan meminumnya.
"Istirahatlah dengan baik." Raia menyelimuti tubub Nita dengan selimut hangat.
"Haha ... Terimakasih tuan muda!"
Raia mematikan lampu dan pergi keluar kamar, melihat Sany yang berdiri disisi pintu, Raia berkata padanya, "kamu harus menemani kakak mu saat ini."
Sany menggelengkan kepalanya, "Kakak ku besok akan sembuh, malam ini aku ingin bersamamu Raia."
"Kalau begitu silahkan."
Raia tidak menolak sama sekali, ia merasa bahwa ini adalah berkah yang baik.
Pergi keluar ruangan, dan menuju lantai satu melewati tangga.
Sany mengikuti setelah menutup pintu.
Setelah tiba dikamar dengan Sany dibelakang, Raia tidak memiliki kesempatan untuk terjun ke kasur, karena sepasang tanga memeluknya dengan erat.
Ia berbalik dan melihat Sany yang menangis.
Ia terkejut.
"ADA APA?!"
Sany tidak menjawab tetapi mencium bibir Raia, ia tidak berhenti bahkan setelah 5 menit.
Raia tidak berencana untuk melawan, ia menerima ciumannya dan mulai melawannya.
Raia dan Sany menyudahi sesi ciuman mereka dengan seutas air liur menggantung diantara keduanya.
"Di kasur?" Raia tidak memilih untuk mengungkit masalah ini dan memilih untuk mengikuti alurnya saja.
Angguk!
Sany mengangguk.
Raia kemudian menuntun Sany kekasur, setelah apa yang mereka alami beberapa saat lalu mereka tiba-tiba canggung. Dan hanya berani duduk dipinggiran kasur.
Bepegangan tangan dalam diam.
"Sany, ceritakan ... Kamu mempercayaiku kan?"
Sany diam sementara waktu, kemudian gumaman kecil terdengar, "Aku cemburu."
"Hah?"
"AKU CEMBURU?!"
Sany menatap Raia saat dirinya menangis, "Aku ... Merasa Sakit di sini." Sany menunjuk dadanya.
Raia terdiam ... Tanpa perlu dilanjutkan pun ia paham apa yang akan Sany katakan selanjutnya.
Ia tidak seperti Mc bodoh yang akan mengucapkan beberapa janji palsu.
Ia tidak akan melakukan hal yang mc bodoh lakukan.
"Sany!" Raia memanggil Sany dengan tegas, dan Sany yang akan mengucapkan lebih banyak kata-kata, berhenti dan melihat tatapan Raia penuh tekad.
Raia sedikit turun dari kasur dan berjinjit, "Aku cinta kamu." ia memegang kedua telapak tangan Sany dan mencium bibir merah muda Sany yang lembab.
!!
Fugyu!!
Sany terkejut dan mengeluarkan suara imut, tetapi ia tidak menolak ciuman Raia, ia menerimanya dengan sepenuh hati.
Ciuman mereka semakin dalam dan bergairah seiring waktu.
...
Sementara itu diluar kamar Raia.
Siluet wanita meringkuk disamping pintu Raia, ia bersedih dan tetesan demi tetesan air mata jatuh dari wajah cantiknya yang tertutup bayangan.