webnovel

Tragedi Dini Hari

Rama menemukan ibunya berada di sisi mobil ayahnya, tubuhnya kotor dan tangannya memegang gunting besar. "Ibu ngapain disini?", tanyanya heran. Ibunya tersenyum, "ibu sedang bersih-bersih". Tangan ibu membersihkan kotoran di bajunya. "Badan ibu kotor, baju ibu juga'', Rama memainkan stang sepeda roda tiga miliknya. Ia kembali ke halaman bersama sepedanya membiarkan ibunya menghilang di belakang rumah. Pedagang bakso muncul di pekarangan rumah, "Paman bakso, tunggu sebentar, jangan pergi ya?!" Pedagang bakso itu tersenyum dan memarkirkan gerobak baksonya di pohon mangga yang rindang.

Rama menjatuhkan sepedanya dan membiarkan sepeda itu tergeletak begitu saja di depan pintu. Anak itu berlari masuk rumah, tapi ia tak menemukan ibunya di kamar. "Ibu...Rama ambil duit di dompet ya...belu bakso!" teriaknya nyaring, ibu mungkin di kamar mandi pasti mendengar. Seperti biasa ibunya selalu memasukkan uang receh di dompet kecil di atas meja, supaya Rama bisa mengambil uang jajannya sendiri tanpa harus bilang.

Pedagang bakso itu melihat seorang wanita dengan pakaian kotor keluar dari halaman belakang kemudian dengan buru-buru pergi naik sepeda motor bersama seorang pria. Wajah wanita itu seperti tidak asing baginya, mirip wanita ibunya anak tadi.

Rama keluar dari pintu rumah membawa mangkok kaca beralaskan piring plastik. Anak itu

terlihat menahan air liurnya. Pedagang bakso itu tersenyum. "Ini baksonya...hati-hati...panas'. Rama membawa mangkok baksonya di kursi teras dan memakannya dengan lahap. Seorang wanita datang dengan barang belanjaan di tas plastik. "Ibu....darimana...kok sudah dari luar...tadi...!" Rama heran melihat ibunya. Tadi pakaian ibu kotor, ibu cepat banget ganti bajunya, pikirnya. Sudahlah. Rama tak peduli, baksonya lebih enak daripada mikir. Paman bakso juga berfikir sama dengan Rama. Tadi wanita ini pergi dengan pakaian kotor sekarang pulang dengan baju bersih dan rapi dengan barang belanjaan. Ah, orang kaya kalo ganti bajunya di toko. Pedagang bakso itu pergi meninggalkan rumah itu dengan santai membawa gerobaknya ke tempat lain.

Telepon rumah berdering, Realita setengah mengantuk mengsngkat telpon tersebut. " Halo!" Suara berat seorang pria membuatnya terkejut. 'Papa! Dimana,? oke..saya jemput...iya bersama anak-anak...malam ini juga...iya...daaghh...muach!" Realita tersenyum girang, suaminya akhirnya pulang. Sudah 6 bulan mereka terpisah. Suaminya sedang menempuh pendidikan S2 di Jakarta, sekarang pulang karena libur semester. Tentu hal ini membuatnya bahagia, anak-anak juga. "Rama, Shinta...ayo bangun ikut ibu...jemput papa!" kedua anaknya tidur nyenyak sekali, susah sekali di bangunkan. Realita menyiapkan pakaian di dalam tas lalu memasukkannya ke mobil yang sudah di panas mesinnya. "Rama...bangun...kita jemput papa!' Rama mendengar papanya di sebut segera bsngun dari tidurnya. "Cuci muka...ga usah ganti baju...ikut ibu ke mobil". Realita mengangkat Shinta yang masih tidur dan meletakkannya di kursi belakang mobil di iringi Rama di belakangnya. Anak itu berjalan dengan mengantuk. Rama sebenarnya masih belum puas tidurnya, kantuknya belum hilang, ia ingin tidur lagi, jadi ketika masuk mobil ia segera melanjutkan tidurnya kembali. Realita memasang safety belt ke tubuh Shinta di belakang, lalu memasangkan safety belt Rama yang kembali tertidur pulas kembali di kursi di sebelahnya. Realita sebenarnya tidak sampai hati membawa anak-anaknya yang masih mengantuk begitu, tapi Andy sangat merindukan mereka semua. Begitu juga dirinya dan anak-anak, merindukan Andy juga. Mereka akan istirahat di hotel bersama-sama menikmati liburan akhir tahun. Kepulangan Andy yang mendadak begini di luar dugaan dan rencana mereka sebelumnya. Seharusnya Andy pulang minggu depan. Tak apalah. Lebih cepat bertemu lebih menyenangkan. Realita tersenyum bahagia.

Pesawat Andy tiba pukul 6 nanti. Realita tiba di bandara persis ketika pesawatnya mendarat, itu 3 jam dari sekarang. Perjalanan dari Samarinda ke Balikpapan memerlukan waktu 3 jam dengan kecepatan sedang. Realita sudah terbiasa membawa mobil sendiri ke luar kota. Siapa lagi yang bisa diandalkannya sekarang selain dirinya sendiri. Suaminya jauh. Segala sesuatu ia kerjakan sendiri.

Hujan turun dengan deras, kabut tebal mempengaruhi pandangannya ke depan. Jalanan terasa lebih licin. Tak ada lampu jalan. Realita menjalankan mobil lebih pelan 30/Km ini di luar kebiasaannya. Kalau sudah begini pasti sampai ke Balikpapan bisa jadi 4 jam. Tak apalah telat sedikit. Paling Andy akan lebih lama menunggunya.

Hujan sudah berhenti ketika ia melewati jembatan Mahakam yang sepi. Udara di luar mobil sangat dingin, kabut asap akibat kebakaran hutan mempengaruhi jarak pandangnya ke depan. Terlalu bahaya perjalanan malam ini. jarak pandang yang bisa di jangkauannya berkisar 5 meter ke depan. Ia tak bisa melihat mobil lain dari arah berlawanan meskipun sudah menggunakan lampu sorot jarak jauh. Realita memilih lewat jalan gunung Lipan dari pada lewat jalan Loa Janan yang lumayan jauh bila menuju Balikpapan. Realita menambah kecepatan mobil karena jalannya lumayan menanjak, lalu mengurangi kecepatannya ketika hendak menurun. Tapi...apa yang terjadi? Rem mobil ini tidak berfungsi. Reslita panik. Kenapa bisa begini? Kabut putih menutupi pandangannya. Realita terkejut, sebuah kendaraan besar Tronton bermuatan berat ada di depannya, kendaraan itu mengalami kesulitan jarak pandangnya juga. Realita panik, Tronton itu mengambil jalannya. Realita membanting setir ke kiri menghindari Tronton itu. Mobilnya terbang melayang jauh melewati semak belukar di tepi jurang mendarat dengan keras ke tanah menabrak pohon-pohon kecil lalu terbalik. Rama menjerit dengan keras, dan Shinta menangis dengan histeris. Pandangan Realita berubah gelap lalu putih. Ia tidak tahu apa yang terjadi sesudahnya. Dia pingsan tak bergerak. Wajah Reslita dan Rama terbenam oleh airbag. Hal ini membantu mereka dari terluka parah.

....

Rama dan Shinta terbaring tak berdaya. Kedua Kaki Rama patah karena terjepit, ia menjalani operasi. sementara adiknya Shinta terluka ringan. Anak itu sangat beruntung terhindar dari pecahan kaca mobil. Wajahnya di tutupi bantal beruang besar miliknya yang tak pernah tertinggal walau kemanapun, kalau tidak, wajahnya pasti cacat seumur hidup kena serpihan kaca. Hanya tangannya lumayan terluka oleh pecahan kaca. dan ranting pohon. Realita mendampingi kedua anaknya di rumah sakit. Anehnya dia tidak terluka sedikitpun.

Semua orang tercengang mendengar ceritanya. Bagaimana bisa wanita ini tidak terluka barang sedikitpun. Bersih tanpa goresan. Sedangkan Rama yang duduk di depan di sebelahnya terluka sangat parah. Perlu waktu lama bagi Rana untuk bisa kembali sehat seperti sebelumnya. Suaminya Andy memeluknya dengan erat. Dia bersyikur istrinya terhindar dari kecelakaan maut itu. Mereka duduk dengan cemas menunggu Rama yang masih di ruang operasi. Andy tak pernah melepaskan pelukannya dari Realita., entah mengapa dalam pandangan Andy, istrinya ini terlihat lebih cantik dan langsing, setelah 6 bulan terpisah terjadi perubahan dratis terhadap fisik istrinya yang lumayan gemuk setelah 3 tahun melahirkan. Shinta. Sekarang istrinya terlihat cantik dan modis. Kecelakaan itu tidak berpengaruh buruk bagi penampilannya.