Happy Reading gengs 💋
❤️❤️❤️❤️❤️
"Gue rasanya baru aja kena serangan jantung mendadak!" ucap Grenda ke semua orang di ruangan itu.
"Huft... Gue nggak habis pikir. Ternyata..." Gisella menghela napas berat dengan mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Gue juga nggak nyangka kalo selama ini Augfar suka sama Cla! Dari dulu bahkan!" kata Danisha sambil memijit pangkal hidungnya pelan.
Dima dan Gio sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dima sebenarnya sudah mulai menduga-duga sejak lama. Dima memang bukan salah satu member geng most wanted. Tapi Dima cukup baik mengenal sosok Augfar, karena mereka sering berkumpul bersama ketika ada acara kantor orang tua mereka masing-masing.
"Dua sahabat gue itu sama-sama nggak bisa ditebak. Nicolas dengan sifat ramah, ternyata doi juga kejam bahkan si pangeran es pun begitu. Gue ngerasa gagal jadi sahabat mereka berdua," Keluh Alex.
Gio menepuk pundak Alex, "Jadi Nico gimana?"
"Gue nggak tau. Tadi sih dia masih di luar. Paling-paling merenungi nasib kalo sekarang nggak tau gue," ucap Alex lelah.
Alex memberi kode pada Grenda untuk pindah duduk di dekatnya, dan Grenda segera pindah tepat di sebelah Alex. Model itu memeluk erat pinggang Grenda dan mencium bibir pujaan hatinya. Gisella, Danisha, Gio dan Dima serentak menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dua temannya tersebut.
Danisha menyenderkan kepala di dada Dima, "Kita kayak kena petir mendadak deh. Hari ini penuh kejutan. Kejutan yang bener-bener bikin heboh," ucap Danisha lirih.
Dima mengelus puncak kepala Danisha sayang, dan mengecup dahinya, "Jangan terlalu dipikirin. Cla, Augfar sama Nico sekarang udah besar. Jadi mereka bisa menentukan jalan hidupnya masing-masing. Pasti mereka bakal milih yang terbaik ," ucap Dima bijak.
"Tapi semua ini beneran kayak mimpi," kata Gisella dan Gio hanya mengelus punggungnya lembut.
"Udah, kita lupain dulu aja masalah Cla, Augfar sama Nico. Gue barusan di dapet chat Whatsapp dari Jammie, kalo lusa kita harus datang ke acara tunangannya," kata Alex mengubah topik pembicaraan dan yang lain sontak bersemangat lagi.
"Jadi beneran Jammie mau tunangan? Si brengsek cepet banget tobatnya," kata Grenda.
"Lusa acaranya dimana?" tanya Gio pada Alex.
"Hotel Mulia, Bro. Jam tujuh malam," jelas Alex dan ditanggapi dengan anggukan tanda mengerti dari Gio.
"Duh, Guys! Ini makanan kita sayang banget tau nggak dimakan. Yuk ah makan dulu. Males banget mau masak pas udah sampe rumah," Gisella mengalihkan topik pertunangan Jammie dengan makanan yang telah mereka pesan sebelumnya.
Dan mereka semua kembali lagi seperti biasa, mengobrol ringan tentang apapun dan melupakan sejenak permasalahan yang baru saja terjadi.
🍃🍃🍃
Keheningan menjadi pengiring jalannya Clarista dan Augfar. Tidak ada satu pun diantara mereka berdua yang ingin membuka obrolan terlebih dahulu. Clarista terlalu canggung dan masih sulit mempercayai kebenaran yang sudah dibongkar oleh Augfar tadi.
Clarista sedikit melirik wajah tampan pria yang berjalan di sebelahnya, namun tidak menemukan raut wajah emosi melainkan wajah tenang dan damai.
Augfar membukakan pintu mobil untuk Clarista. Clarista sudah duduk nyaman di jok mobil tersebut dan Augfar pun bersiap di balik kemudi. Augfar menoleh ke arah Clarista dan tersenyum simpul membuat sang desainer mengerutkan dahi, bingung.
"Kamu kayak anak kecil aja. Nggak bisa pasang seatbelt sendiri," ucap Augfar, dan Clarista seperti terhipnotis sehingga ia hanya diam membatu ketika Augfar memasangkan seatbelt ke tubuhnya.
Wajah mereka hanya berjarak sepuluh sentimeter. Clarista memandang wajah tampan yang kini tepat dihadapannya. Tanpa aba-aba Augfar mendaratkan Ciuman singkat di bibir merah milik Clarista yang membuat gadis itu terkejut.
"Kamu menggemaskan," ucap Augfar santai.
Clarista hanya memutar bola mata menanggapi ciuman tiba-tiba itu.
"Dan kamu membingungkan," batin Cla saat melihat senyum manis di wajah tampan Augfar.
Pria dingin penuh dengan kejutan yang bahkan tidak terbayangan oleh Clarista meski dalam mimpi sekalipun. Sulit dipercaya, semuanya tiba-tiba bagaikan mimpi.
🍃🍃🍃
Flashback on
Saat itu Danisha dan Cla sedang duduk di pinggir lapangan basket. Mereka berdua sedang menonton tim basket sekolah yang sedang latihan untuk kejuaraan tingkat provinsi. Cla berada disana hasil desakan Danisha yang ingin cuci mata melihat ketampanan para member most wanted sekolahnya.
"Kalo disuruh milih diantara empat orang itu, lo milih siapa Cla?" tanya Danisha tiba-tiba.
Cla menoleh kearah Danisha dan menggeleng gugup. Wajah Cla mendadak bersemu merah.
"Cie~ muka elo kenapa jadi merah gitu sih? Elo naksir satu diantara mereka, ya?" goda Danisha dengan nada becanda.
Clarista makin terlihat salah tingkah dengan menyenggol lengan Danisha, "Ih apaan sih lo, Dan, nggak kok!" sangkal Clarista.
"Ciyeee... iya juga nggak apa-apa kali. Lo naksir siapa sih?" cecar Danisha.
Wajah Clarista bertambah merah padam, menahan malu. Entah apakah terlalu kentara perasaan yang disimpannya untuk salah satu orang diantara orang itu? Ataukah apa? Ia tidak tahu.
"Kayak gue ini ember bocor aja. Lo takut curhat ke gue? Lo nggak percaya gue?" ucap Danisha dengan nada dibuat kecewa.
"Nggak gitu, Dan. Gue cuma...Gue... Gue nggak suka kok sama mereka," kata Clarista tergagap.
"Ngeles aja, udah jujur aja kali. Lo naksir siapa? Kali aja gue bisa bantu jodohin lo sama doi?" kata Danisha meyakinkan.
Cla menghela napas panjang, pandangannya lurus ke depan tepat memandang para member geng most wanted sedang bermain basket.
"Gue suka Augfar," lirih Clarista.
Danisha langsung menoleh cepat ke arah Clarista. Dan memutar bahu Clarista agar wajahnya menghadap ke arah Danisha.
"Cla, doi itu kayak gunung es. Nggak akan tersentuh sama sekali. Bukan maksud gue buat matahi semangat elo sih, tapi pengalaman gue nih yah, suka sama gunung es gitu Cuma makan hati doang. Mending lo ganti taksiran aja deh. Itu tuh si Nico, dia jauh lebih ramah dan perhatian dibanding yang lain," jelas Danisha.
Clarista sudah bisa menebak jawaban dari sahabatnya apabila dia bilang kalo dia suka Augfar. Semua orang disekolah ini akan punya jawaban yang sama dengan Danisha tentunya melihat sikap Augfar yang teramat tidak peduli dengan sekitar.
Clarista tahu dan menyadari kalau menyukai Augfar adalah hal yang sia-sia. Sisi misterius dari sosok gunung es itu yang membuatnya memiliki perasaan padanya.
"Mending lupain Augfar, dia kayak orang nggak normal. Dia nggak suka cewek. Amit-amit deh," ucap Danisha dan Clarista hanya tersenyum menanggapinya.
Hari berganti hari. Semakin lama perasaan untuk Augfar yang dimiliki Clarista tersita akan sosok Nicolas yang selalu diceritakan oleh para sahabatnya.
Nicolas memang lebih bersosialisasi ke lingkungan. Beberapa kali, Clarista bertegur sapa dengannya dan ditanggapi dengan baik. Hal itulah yang membuat ia mencoba mengalihkan perasaannya untuk mendekati Nicolas.
Clarista bagai stalker yang mencari tau segala hal tentang sang pujaan hati yang baru yaitu Nicolas. Berbekal informasi yang ia peroleh, Clarista menyanggupi perjanjian yang dibuat dengan para sahabatnya.
Jika sampai akhir kelulusan mereka masih jomblo, mereka harus menembak seseorang yang ditaksir di depan publik. Apapun risikonya entah diterima dan ditolak harus ditanggung si pemegang janji.
Dan kenyataan pahit harus ditelan Clarista, ternyata Nicolas sama sekali tidak memandangnya sebagai orang yang dekat dengannya, malah mencaci makinya dengan kalimat kasar yang sama sekali tidak terbayangkan oleh Clarista sebelumnya.
Rasa kecewa, sakit dan malu bercampur menjadi satu di diri Cla. Tanpa ingin mendengar ucapan makian lebih menyakitkan yang terlontar dari mulut Nico secara langsung, Clarista meninggalkan Aula tempat dimana ia menyatakan perasaannya pada Nicolas. Ia berlari tanpa menghiraukan tatapan aneh dari teman-teman satu sekolah dan kakinya berlari menuju taman belakang yang jarang dikunjungi siswa siswi.
Clarista terduduk dengan kaki dilipat dan menyembunyikan wajah serta airmata diantara lututnya. Perasaan sakit teramat menyayat hatinya. Dia ditolak ditengah berkumpulnya murid-murid disekolah.
Saat ia menangis sesegukan, Clarista merasa ada seseorang yang mendekat kearahnya. Tanpa ingin mendongak untuk melihat siapa yang datang, suara maskulin terdengar menyapanya. Perasaan yang tidak wajar kembali hadir. Jantungnya berdetak kuat, meskipun rasa kecewa lebih besar dibanding rasa yang kini tiba-tiba muncul menyapanya.
Suara yang cukup familiar, namun Clarista tidak ingin berhalusinasi disaat keadaannya kacau seperti saat ini. Mana mungkin orang itu ada disekitarnya. Meskipun Clarista hanya sesekali mendengar suara itu, namun tiap kali mendengar suara itu, ritme jantung Clarista menggila bekerja secara abnormal. Orang itu adalah Augfar.
Flashback end.
🍃🍃🍃
Clarista kembali tersadar ketika ia sempat memikirkan masa lalu dan mengaitkan hal satu dengan yang lainnya. Clarista melirik ragu ke arah Augfar, pria yang kini duduk dengan tenang pandangan lurus kedepan mengendalikan mobil mewahnya dengan piawai. Bagaimana mungkin pria setampan Augfar menyukainya.
"Ada yang mau kamu sampaikan?" tanya Augfar tiba-tiba membuat Clarista salah tingkah dibuatnya.
Clarista pura-pura membuang muka ke arah jendela dan menatap jalanan yang tidak begitu ramai. Augfar mengelus puncak kepala Cla dengan lembut membuat jantung Clarista kembali berdegup terlampau kencang. Ia meraih telapak tangan Sang desainer untuk digenggamnya.
"Lusa aku jemput di butik atau di apartment kamu?" tanya Augfar tanpa melepas genggaman tangan Clarista.
Clarista menoleh dan mengerutkan kening bingung atas pertanyaan Augfar.
"Memang mau kemana?" tanya Clarista.
Augfar berdecak pelan, "Belum tua tapi sudah pikun. Lusa 'kan acara pertunangan Jammie dan Tania? Apa kamu beneran lupa? Padahal kamu yang buat gaun untuk Tania,"
"Astaga! Aku beneran nggak inget," ucap Clarista.
Augfar melepaskan telapak tangan Clarista dan kembali fokus ke setirnya lagi. Clarista menatap Augfar bingung karena tiba-tiba melepas genggaman tangannya.
"Kamu nggak mau kita celaka 'kan, Sayang. Setelah kita turun aku bakal genggam tangan kamu lagi," goda Augfar yang ditanggapi dengan decakan kesal Clarista.
Mobil mewah milik Augfar memasuki parkir gedung apartemen milik Clarista.
"Hei, kenapa parkir di dalam. Kamu parkir diluar aja," seru Clarista yang baru menyadari jika Augfar memarkirkan mobilnya di parkiran dalam apartemen.
"Aku laper. Kamu masakin aku sesuatu dulu. Setelah itu aku pulang. Tadi kita gak sempet makan kan," ucap Augfar santai sambil membuka seatbelt dan keluar dari mobilnya. Clarista memutar bola matanya, kesal dengan ucapan tenang dari mulut Augfar tadi.
"Memangnya aku ini koki kamu? Seenaknya minta masakin sama aku," gerutu Clarista pada Augfar.
Augfar berjalan mendekat ke arah Clarista dan meraih sebelah telapak tangannya untuk di genggam lagi dan berjalan dengan santai menuju apartment milik Clarista.
"Kamu bukan koki aku, tapi kamu calon Istri aku," ucap Augfar dengan senyum sejuta watt miliknya.
Clarista berdecih kesal dengan jawabannya namun ada sedikit rasa bahagia di hati mendengar ucapan Augfar barusan.
Clarista mempersilakan Augfar masuk ke dalam apartemennya dan Augfar mulai meneliti setiap detail isi ruangan milik Clarista.
Clarista sendiri segera berlalu menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam yang tertunda tadi untuk dirinya dan Augfar.
Clarista membuka isi lemari es. Makanan yang paling simple yang akan dibuatnya adalah spagetti bolognese dan beef lasagna panggang. Cla sama sekali tidak menanyakan apakah Augfar setuju atas masakan yang akan dibuatnya atau tidak.
Clarista sibuk dan fokus dengan acara masak dadakannya ini. Dan Augfar, entah apa yang sedang pria itu lakukan di ruang santai milik gadis itu. Pria sedingin kutub utara itu sama sekali tidak bersuara, sehingga Clarista merasa penasaran kemana perginya Augfar.
Clarista mengecilkan api kompornya dan berjalan mengendap kearah ruang santai. Di sana hanya ada tv yang menyala dan juga pria yang sedang tidur pulas disofa. Dengan sebelah lengan menutupi wajah, dadanya bernapas naik turun dengan teratur, seperti orang yang sangat kelelahan. Pemandangan yang tidak pernah terlintas dipikiran akan terjadi dihidupnya.
Clarista kembali lagi ke dapur dan segera menyelesaikan masakannya. Clarista menata makanannya di meja makan. Dengan ragu ia berjalan mendekat ke arah Augfar yang sedang tertidur pulas. Clarista menggoyangkan bahu Augfar pelan untuk mengajaknya makan bersama.
"Far, hei Augfar. Ayo, bangun? Aku sudah kelar masak," bisik Clarista pada Augfar yang tampak tidak bergeming.
Clarista mulai kebingungan dengan cara apa agar Augfar bisa bangun. Dengan penuh kehati-hatian ia mengangkat lengan yang menutupi sebagian wajah tampan Augfar, dan mencolek pipi Augfar dengan pelan.
Ternyata perbuatan Clarista berhasil membuka mata Agar. Laki-laki itu duduk sembari membersihkan ujung matanya yang tidak ada kotoran apapun.
"Cuci muka sana. Aku tunggu di meja bar," ucap Clarista meninggalkan Augfar yang sepertinya masih terlihat mengantuk.
Setelah mencuci muka, Augfar berjalan menuju meja makan. Clarista yang sudah duduk manis disana terkejut saat ada lengan kokoh memeluk pinggangnya tiba-tiba, wajah Augfar berada diatas bahu kanannya dan membuat ia panas dingin.
"Maaf, aku tadi ketiduran. Aku butuh vitamin," bisik Augfar dengan posisi masih memeluk dari belakang.
Clarista menolehkan wajahnya ke arah Augfar hendak bertanya sesuatu, namun siapa yang tahu jika Augfar memanfaatkan semua itu untuk melumat bibirnya.
Clarista yang kembali shock dengan perlakuan tersebut, hanya bisa diam tanpa menolak sedikitpun. Augfar melepaskannya dengan cengiran lebar diwajahnya.
"Vitaminnya udah dapat. Sekarang aku butuh makan," ucap Augfar sembari menatap makanan yang telah terhidang di meja tersebut dan Clarista menatapnya dengan tatapan kesal sekaligus canggung.
"Wow, beef lasagna panggang! Ini kesukaan aku, Sayang. Kamu tau aja," seru Augfar yang langsung menyantap masakan Clarista dengan semangat.
Lagi-lagi Clarista dikejutkan dengan sikap Augfar yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya di otak cantiknya.
Clarista menggigit garpu miliknya tanpa menyentuh makanan. Ia menatap laki-laki yang terlihat sangat menikmati makanannya. Augfar menoleh dan memotong bagian beef lasagna miliknya dan menyodorkan garpu kedepan mulut Clarista.
"Ayo buka mulut kamu. Kamu ngapain bengong?" ujar Augfar memerintah.
Seakan terhipnotis Clarista menuruti perintah tersebut. Augfar menyodorkan seporsi spagetti bolognese milik Clarista. Memaksanya untuk makan bersama dengan Augfar. Setelah semua selesai, Augfar membantu Clarista membawa semua piring kotor sisa mereka makan ke dapur. Menemani Clarista yang sedang mencuci piring bekas makan mereka berdua.
"Aku kenyang. Makasih buat makan malem spesialnya malam ini," ucap Augfar tulus dan Clarista hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Augfar.
Sang desainer itu masih tidak habis pikir, kemana sosok Augfar yang dulu. Dingin tidak tersentuh orang lain. Sebab kini berada di depannya hanya seorang Augfar yang amat perhatian, manja dan penuh dengan kejutan.
"Aku pulang. Lusa aku jemput kamu di apartemen aja. Inget jam enam kamu harus sudah siap. Besok banyak agenda yang harus aku penuhi, jadi banyak yang harus aku persiapkan malam ini. Kamu hati-hati dirumah," ucap Augfar pada Clarista di depan pintu apartment miliknya.
Clarista hanya mengangguk tanda mengerti. Augfar merapatkan jarak diantara mereka berdua dan memeluk Clarista dengan erat. Kedua tangan Clarista berada di sebelah kanan dan kiri tubuh Augfar.
"Ini bukan hal yang tiba-tiba. Aku ngomong apa adanya, karena aku nggak mau kehilangan kamu. Aku sayang kamu, Ta," ujar Augfar menangkup wajah Clarista untuk menatap wajah dan matanya.
"Jangan panggil aku Augfar lagi. Aku mau kamu panggil aku Dean," kata Augfar dan Clarista mengangguk.
Mata mereka bertemu dan Augfar mencium Clarista lagi tepat dibibirnya. Ciuman yang berlangsung tiga menit itu membuat napas Clarista memburu dan detak jantungnya bekerja secara abnormal. Clarista menunduk setelah ciuman itu berakhir, namun Augfar mengangkat wajahnya.
"Ilove you, Ta," ucap Augfar, Cla hanya diam tanpa membalas ucapan Augfar.
Hatinya masih kalut, bibirnya kelu dan akhirnya hanya kebisuan yang terjadi. Augfar mengacak puncak kepala Clarista dengan lembut dan tersenyum manis seraya berpamitan.
"Aku pulang dulu, ya. Have a beautiful dream, Darl," pamit Augfar.
Clarista hanya tersenyum simpul dan mengangguk ragu menanggapi ucapan itu. Punggung Augfar sudah tidak nampak lagi dan Clarista masuk kedalam apartemen dengan seribu pikiran yang ada di otaknya.
"Ini mimpi, kan?" gumam Clarista pada dirinya sendiri.
❤️❤️❤️❤️❤️
Komennya mana??