webnovel

Terjaga Siang dan Malam

"Tuh, 'kan sudah kubilang. Selain Istri dan anakku, sekarang para polisi juga kena getahnya. Ah, jika dipikir memang sangat sulit untuk menangkap pelaku ledakan itu. Apalagi sekarang ... Re Time terjadi padaku."

Pukul 2 Dini Hari. Masih berada di tempat yang sama. Owen mengulangi waktu di pagi hari ini. Perubahan waktu secara mendadak dan tak sinkron. Tapi sedikit demi sedikit, Owen mengetahui sesuatu di balik kejadian tragis ini.

Owen menyalakan lampu di kamarnya. Sontak, hal itu membuat Tris terbangun.

"Kau terbangun? Maaf."

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa bangun di pagi-pagi buta begini?" tanya Tris dengan sedikit menguap.

"Aku hanya terbangun saja. Atau aku harus mematikan lampunya?"

"Kau ingin menulis sesuatu? Jika iya, maka nyalakan saja lampunya. Dan tetaplah temani aku." Tris meminta.

"Baiklah. Aku akan mengambil pena dan kertas di ruang keluarga dulu."

Segera setelah Owen mengambil pena dan kertas di meja ruang keluarga. Telepon rumahnya berdering, menandakan ada seseorang yang menelpon di jam segini. Padahal, Owen sama sekali tak menghubungi seseorang apalagi orang asing itu.

"Ternyata Pak Seta?"

Setelah melihat bahwa nomor itu tercatat, segera Ia mengangkatnya.

"Maaf, sepertinya salah sambung."

"Loh?"

Padahal jelas saja nomor itu tercatat di memori telepon. Dan itu adalah Pak Seta, Direktur Perusahaan. Namun orang itu mengatakan bahwa dirinya telah salah sambung.

Ia pun mengabaikan hal itu. Lantas meletakkan kembali teleponnya dan bergegas masuk ke dalam kamar lagi.

Owen hendak menuliskan sesuatu yakni kejadian yang terjadi di dini hari seperti ini. Dengan meja kecil di samping ranjang tidur sebagai tatakannya.

"Sebagai rasa terimakasih karena telah membuatku mati berulang kali. Aku menuliskan setiap kejadian yang aku ingat sesaat sebelum kejadian tragis itu terjadi. Meskipun ini percuma saja."

Tris kembali terlelap dalam tidurnya yang nyenyak. Dini hari ini, Owen tak lupa berdoa sebelum melakukan kegiatan hari ini. Mendengar kicauan burung sesaat membuat Owen berpikir ini sudah siang.

Langit gelap menandakan malam, rembulan kian meredup seiring waktu. Tak lama lagi, matahari akan segera terbit. Fajar akan tiba menggantikan gelapnya malam.

Owen berulang kali menulis nomor asing itu di balik kertasnya. Agar suatu saat, Owen akan mengingat dengan jelas. Yang pasti nomor asing itu sangatlah penting, dan sangat berhubungan dengan ledakan berantai yang terjadi pada tahun ini.

Setelah menulis nomornya hingga memenuhi kertas itu, Owen kemudian berpikir suatu hal.

"Tunggu. Apakah tahun ini adalah musimnya musim ledakan?"

Lihat? Betapa gilanya Owen sehingga berpikir seperti itu. Meski ada benarnya namun kalimatnya terdengar kasar untuk para korban ledakan di sana.

Mungkin kini Ia berpikir, kembang api adalah festival kali ini.

"Membuatku kesal saja."

Jam 7 pagi, mereka pergi berziarah di halaman belakang untuk putra tertua mereka. Jam 8, salah satu anggota keluarga mereka yakni Mia pergi untuk bermain ke rumah tetangga. Sedangkan, Tris membaca buku seperti biasa. Namun kali ini Ia duduk di kursi sendiri.

Tidak dengan Owen yang letih akan kejadian berulang. Ia pun memilih bersantai, tidur di sofa yang empuk sembari mendengarkan berita harian di televisi.

"Niatnya aku ingin mengajak mereka pergi berlibur. Tapi ini terlalu resiko. Kalau orang itu tahu kalau targetnya pergi dari rumah, bisa jadi akan terjadi sesuatu yang lebih buruk dari biasanya."

"Kau bilang apa barusan?"

"Eh, ah, tidak."

Owen mendadak gagap saat tahu bahwa Tris mendengarnya berbicara sesuatu yang ambigu.

"Tidak baik jika berbicara sendiri."

"Tolong jangan menganggap aku adalah orang gila, Tris. Aku masih waras hingga saat ini."

"Kalau waras kau seharusnya tidak berbicara aneh-aneh seperti itu tahu. Atau jangan bilang kau berbicara dengan televisi?"

"Mana ada. Aku hanya berpikir sesaat. Daripada hanya terus-menerus membaca sesuatu yang tidak berguna justru membuatku pusing."

"Jangan anggap novel ini tidak berguna. Dari setiap cerita pasti ada hikmahnya."

"Ya, baiklah. Terserah saja. Kalaupun cerita romantis ada hikmahnya?"

"Hei, ini misteri!" Tris menyangkalnya.

"Oh, misteri rupanya? Biar kutebak itu pasti soal misteri cinta, bukan?"

"Bukan! Ini misteri tentang penjelajah waktu yang menggunakan mesin untuk kembali ke waktu tertentu. Ini sangat menarik!"

"Menarik? Aku pikir itu akan membuat waktunya kacau. Apalagi mesin? Haha, aku tak ingat ada waktu yang menggunakan mesin."

"Inilah mengapa aku tidak suka kau duduk di dekatku saat membaca. Kau bahkan tak pernah membaca artikel tentang mesin waktu. Dasar kolot," ucap Tris kesal.

"Jangan kesal begitu, Tris. Aku hanya bosan maka dari itu aku menggodamu. Huh," kata Owen tak merasa bersalah.

Pada pukul 10 malam, Owen dipanggil oleh atasan yaitu Direktur untuk datang ke kantor. Pada pukul 1 malam, Owen pulang ke rumah usai mengerjakan tugas di kantor yang telah diberikan sebelumnya. Sekaligus menyiapkan layar ponsel, yang dengan cepat akan menyiapkan nomor telepon 110, polisi.

"Tris? Apa kau sudah tidur?"

Pintunya tidak terkunci, karena itu Owen langsung masuk dan menutup pintunya kembali. Owen melupakan sesuatu yang penting saat membuka pintu yang tidak terkunci.

Lewat dari 5 menit setelahnya, ketukan pintu rumah terdengar. Lantas, Owen membuka pintu dengan penuh kehati-hatian serta menelan ludah karena gugup.

Dan ketika Owen berhasil membukanya, Ia tidak melihat ada siapa-siapa.

"Apa? Tidak ada?"

DUAR!

Kemudian, suara ledakan terdengar dari jendela ruang tamu. Owen terkejut, saat Ia hendak menoleh ke asal ledakan tersebut. Lantas, Owen terjatuh ketika sesuatu membentur belakang kepalanya dengan sangat keras.

Pandangannya memburam. Sehingga Ia tidak dapat melihat seseorang yang telah melakukan hal ini padanya. Apalagi, sekarang ledakan itu telah terjadi pada pukul 1 dini hari.

Sirine polisi terdengar tak lama setelah itu. Bersamaan dengan suara jeritan Mia yang berasal dari kamar.

Tris merintih kesakitan saat lehernya dijerat tali oleh seseorang. Tanpa disengaja, Mia terjatuh dari jendela saat perlahan memundurkan langkahnya. Sehingga Ia tewas di tempat saat kepalanya terbentur lebih dulu.

Perlahan, Owen merangkak ke arah telepon. Bahkan Ia tak peduli dengan api yang membakar rumahnya. Sekalipun, Ia terbakar karena itu.

"Jam 1 lebih 5 menit. Tanggal 23. Elysian Residence. 0xxxxxxxx. Telepon, teleponnya."

Di penghujung akhir riwayatnya, Owen mati-matian untuk berjalan merangkak menuju telepon rumah. Dengan menunjuk ke arah sana, kedua matanya perlahan menutup.

Tak lama Owen kembali mengulangi waktu di detik-detik akhir!

Sebenarnya para polisi tidak sepenuhnya datang terlambat. Bahkan Owen saja sudah kewalahan karena ini pertama kalinya menghadapi sosok penelepon atau pembunuh misterius tersebut. Namun, kabar baik Owen melihat kejadian langsung pada waktu yang sebenarnya.

Tetapi, apapun yang telah terjadi. Meski disesali pun itu sudah lama berlalu. Namun bagaimana kejadian selanjutnya jika Owen adalah penjelajah waktu.