webnovel

08 - Fragmen in Eternal Line Story (Part 02)

Dari dalam tanah di dekat Pohon Suci, perlahan beberapa akar mulai tumbuh dan membentuk sebuah lingkaran sempurna berdiameter tiga meter di atas rerumputan. Akar-akar tersebut mulai menyambung satu sama lain, lalu membuat pola struktur sihir berbentuk heksagram dan beberapa Rune di dalamnya. Lingkaran tersebut mulai bercahaya terang, kemudian partikel-partikel cahaya mulai keluar. Dari dalam sana, mulai muncul sosok Odo dan Reyah.

Odo masih mengenakan pakaian yang sama dan penampilannya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya kecuali tekanan sihir yang jelas bertambah kuat. Berbeda dengan Odo, Reyah muncul dengan bentuk fisik gadis perempuan bertubuh kecil, dan sekarang Ia mengenakan pakaian daun yang menutupi tubuhnya. Sebenarnya tidak ada alasan bagi Dryad itu mengenakan pakaian seperti gaun pendek yang terbuat dari serat daun seperti itu, tetapi karena permintaan Odo untuk tidak telanjang Reyah pada akhirnya mengenakan pakaian yang terbuat dari bagian Pohon Suci tersebut.

Yang pertama melangkah keluar dari lingkaran akar adalah Odo, Ia berjalan menginjak rerumputan dan menatap ke arah hamparan bunga Morning Glory dengan sorot mata yang seakan terlihat lelah. Reyah mengikuti, berdiri di belakangnya dan terdiam. Hembusan angin ringan bertiup dari depan, mengibarkan rambut mereka dengan lembut.

Melihat sosok Odo yang berdiri di depannya, untuk sesaat Reyah merasakan hal nostalgia yang aneh. Ia memalingkan pandangan dengan ekspresi sedih, kemudian menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Tidak diriku sangka engkau setuju dengan cepat dan mau mendengarkan, wahai anak manusia."

Pada saat di dalam, selain mendengar penjelasan Reyah tentang beberapa hal seperti bijih dan buah Pohon Suci, mereka berdua juga telah membahas strategi dan rencana melawan Naga Hitam. Rencana yang dibuat Reyah memang sederhana, tetapi persiapannya bisa dikatakan matang. Odo sangat tahu itu, dan karena hal tersebutlah Ia setuju.

"Reyah ..., jangan panggil aku seperti itu terus .... Aku Odo ..., Odo Luke. Putra dari Sang Ahli Pedang dan Penyihir Cahaya. Kalau kau benar-benar ingin bekerja sama, paling tidak panggil namaku dengan benar," ucap Odo. Ia berbalik, melihat ke arah Reyah dengan tatapan datar.

"Odo ...? Odo .... Kenapa ya nama itu terasa nostalgia?" Sorot mata Dryad itu terlihat berkaca-kaca dan seakan terlihat sedih. Reyah sendiri terlihat bingung, tetapi saat mendengar nama itu, Ia merasa sangat bahagia. Paling tidak itulah yang Odo lihat darinya.

"Bukanya kamu yang pertama memanggil namaku? Ku kira kamu sudah tahu aku dari awal ...."

"Tidak ..., diriku tidak kenal engkau, sungguh. Saat itu memang pertama kalinya bertemu, tetapi entah mengapa rasanya sangat mengharukan .... Jujur, ini sering terjadi ..., dalam hati ini terkadang seperti merindukan sesuatu, tetapi diriku sendiri bingung sedang merindu-rindukan apa. Mungkin ini karena diriku adalah Dryad yang lahir dari Pohon Suci ini ..., ingatan dari pohon ini ...."

Odo dan Reyah melihat ke arah Pohon Suci. Angin kembali berhembus ringan kembali, dan mengibarkan rambut mereka. Sebenarnya Reyah sadar dan paham perasaan rindu apa yang sering dirinya rasakan, dan perasan nostalgia saat bertemu Odo, tetapi Ia tetap diam dan tidak mengatakannya pada anak berambut hitam itu.

"Memang diriku tidak tahu semuanya soal itu, tetapi paling tidak diriku paham akan hal tersebut .... Mungkin ini ingatan dari Alur Lainnya. Pohon Suci adalah pohon yang tumbuh melalui berbagai dunia, mungkin saja ...."

"Apa mungkin karena Pohon Suci ini?" ucap Odo. "Eh ...?" Reyah lekas menoleh dengan terkejut akan apa yang dikatakan anak berambut hitam tersebut.

"Pohon ini tumbuh melewati berbagai dimensi, bukan? Setahuku di Dunia Manusia juga ada. Yah, meski namanya beda, sih," lanjut Odo. Mendengar itu Reyah merasa lega karena Odo tidak menebak dengan tepat. Untuk Roh Agung yang berumur ribuan tahun, dibuat terkejut seperti itu oleh seorang anak manusia sangatlah jarang, bahkan bisa dikatakan tidak pernah.

"Y-Ya .... Pohon Suci memang tumbuh melalui berbagai dimensi. Di Dunia Astral disebut Pohon Suci, di Dunia Nyata disebut Pohon Dunia, dan di dunia para dewa-dewi tinggal disebut Pohon Dewa."

"Hmm, tapi aneh ya. Padahal puncaknya terlihat, kok kenapa bisa tumbuh sampai melewati dimensi?" Odo mendongak ke atas dengan penasaran.

"Engkau tahu, Odo. Pohon itu tidak selalu tumbuh ke atas, mereka juga tumbuh ke bawah ...."

"Hmm ..., akar ya?"

"Ya, akar. Akar Pohon Suci tumbuh sangat luas di dalam tanah, dan bahkan sampai melewati dimensi. Itulah yang membuat pohon ini sangat sakral. Pada dasarnya keempat pohon yang ada adalah satu, hanya saja mereka tambuh di tempat yang berbeda dan memiliki karakteristik tersendiri."

Odo terdiam sesaat, sorot matanya langsung mengarah ke Reyah dan mata mereka saling bertemu. "Bukannya ada tiga pohon? Apa maksudmu empat?" tanya Odo.

"Ya, memang benar ada tiga. Pohon keempat memang terpisah dari ketiga pohon karena memang sifatnya yang terlalu menyimpang."

"Pohon keempat? Memangnya ada yang seperti itu?"

"Ada .... Kalau di tanah roh, dewa, dan manusia ada, kenapa engkau tidak berpikir di tanah para iblis tidak ada? Engkau tahu, di sana juga Tumbuh .... Kebanyakan memang tidak tahu, tetapi para Iblis dulu memanggilnya Pohon Permulaan."

Odo terdiam, mendengar fakta yang mungkin tidak perlu Ia ketahui. Dengan tatapan tenang, Ia berbalik dari Reyah seraya berkata, "Yah, kurasa itu tidak terlalu penting sekarang. Kita harus segera menyiapkan rencananya, jujur aku tidak terlalu peduli masalah pribadimu."

"Dinginnya, diriku tidak menyangka ada manusia yang bisa berkata seperti itu." Reyah tersenyum kecil, Ia tahu kalau perkataan yang keluar dari mulut Odo bermaksud memberitahunya untuk tidak terlalu memikirkan hal lain sebelum rencana berlangsung dan menambah tekanan psikis. Meskipun pada kenyataannya hal tersebut tidak terlalu berguna bagi Reyah karena dia seorang Dryad.

"Ngomong-ngomong, Odo .... Kenapa engkau sangat ingin membunuh Naga Hitam? Apa sama seperti Sang Ahli Pedang, engkau ingin mengambil Taring dan Tanduk Naga Hitam untuk obat kutukan Penyihir Cahaya?"

"Oh, kau bahkan tahu itu ya ..., Reyah?"

"Ya, Ahli Pedang memberitahukan itu padaku."

"Meski telah mendengar penjelasan Ayah, dia tetap tidak memberikan Mata Air Pohon Suci, ya? Apa Ayah sangat barbar saat memimpin pasukan sampai-sampai jasanya tidak dianggap di sini?" pikir Odo.

Odo mendongak ke atas. Sesaat Ia diam, angin kembali berhembus ringan dan mengibarkan rambut hitam pendeknya dengan lembut.

"Aku hanya ingin melakukan apa yang seharusnya dilakukan, aku hanya ingin melindungi apa yang diriku miliki sekarang ..., tidak lebih dari itu. Kau tahu, Reyah. Melindungi sesuatu itu berarti siap untuk membenci sesuatu. Oleh karena itu, aku harus membenci Naga Hitam itu dan membunuhnya, demi apa yang ingin aku lindungi."

"Begitu, ya. Jelas saja engkau mengarahkan kebencian padaku saat pertama kali bertemu ...."

Reyah berjalan mendekat, lalu berdiri di samping kanan Odo. Dalam benak Roh Agung tersebut, dirinya juga masih memendam perasaan aneh dan bingung.

"Yah, sebenarnya ..., saat baru pertama kalinya bertemu dengan anak ini, tetapi menyebut langsung namanya dan mengucapkan hal aneh yang tidak dikira ..., hal semacam itu hanya kebohongan belaka, sih. Diriku tahu siapa engkau yang sebenarnya, dan akan menjadi apa nantinya. Karena itu, paling tidak diriku berharap bisa sedikit mengubahnya demi menghindari akhir terburuk itu," pikir Reyah. Dryad itu melihat wajar Odo dari samping, kemudian tersenyum kecil dengan rasa bahagia.

"Kali ini adalah giliranku, jangan pikir makhluk itu bisa berdiri di sampingnya seperti sebelumnya. Dengan diriku ada di sampingnya ..., pasti takdir pada titik itu akan berubah dan malapetaka itu tidak harus terulang lagi ...."

Reyah terhubung dengan Pohon Suci, pohon tersebut juga terhubung dengan Pohon Sakral lain di berbagai dimensi. Ingatan dari semua pohon saling terbagi memalui akar dari pohon berumur jutaan tahun tersebut, karena hal tersebut Reyah dengan sangat jelas tahu sejarah sebenarnya dan rahasia yang bahkan disembunyikan dari hampir seluruh makhluk yang ada.

"Kali ini akan berubah. Memang ini hanya Re dan merupakan satu-satunya kesempatan, tapi kali akan diriku akan membuatnya sangat berbeda dari sebelumnya. Pasti..., akan diriku pastikan itu. Tidak akan diriku biarkan dia mengubah segalanya seenaknya lagi."

Saat Odo menoleh dan melihat Reyah senyum sendiri dengan wajah senang, Odo sedikit merasa takut akan hal aneh. Dengan tatapan mata yang terlihat mengantuk, anak berambut hitam itu kembali memalingkan pandangannya.

"Kesurupan apa nih Dryad ....?"

Setelah itu, dengan percakapan berat sepihak dari Reyah, mereka melakukan persiapan melawan Naga Hitam. Odo menyiapkan peralannya yang disimpan pada Jubah Dimensi, sedangkan Reyah memeriksa sinkronisasinya pada Pohon Suci dan menyiapkan beberapa Material Sihir untuk penggunaan sihir pada kondisi jauh dari pohonnya.

Odo menyiapkan racun dari monster Giftmelata, Pedang Sihir dan Belati Sihir yang diambil dari Gudang Penyimpanan, serta menyesuaikan perkembangan Inti Sihir dengan meditasi singkat. Untuk Reyah sendiri, Dryad itu melakukan persiapan di tempat terpisah karena memang dirinya harus melakukan hal tersebut agar mereka tidak saling mengganggu.

««»»

Bagian barat Hutan Pohon Suci, Lembah Api. Tempat dataran rendah yang dihimpit oleh dua gunung berapi sangat aktif yang selalu menyemburkan magma setiap harinya dan tanahnya selalu berguncang. Tanah di tempat itu terbakar berwarna merah, tidak ada Roh yang berkeliaran karena wilayah tersebut merupakan tempat tinggal Naga Hitam, dan hanya keberadaan Makhluk Surgawi itu saja bisa langsung melenyapkan keberadaan Roh Tingkat Rendah dengan mudah. Tidak ada tanaman yang tumbuh di tempat tersebut, kecuali beberapa Bunga Api yang mekar membara di atas bebatuan terbakar.

Di depan mulut Lembah Api, Odo dan Reyah berdiri di depan hamparan tanah merah terbakar yang menyemburkan api di beberapa titik. Raut wajah Odo berubah malas dengan cepat, apa yang dilihatnya lebih parah dari apa yang dijelaskan Reyah sebelumnya.

Tanpa berkata apa-apa, Odo melepaskan alas kakinya, kemudian melemparkannya ke daerah Lembah Api. Bouh! Dalam hitungan detik, sepasang sandal kulit tersebut terbakar habis menjadi abu oleh kobaran api yang menyembur dari tanah.

"Apa-apaan ini ...?" tanya Odo seraya menoleh ke arah Reyah. Berbeda dengan sebelumnya, Dryad itu sedang dalam penampilan perempuan Dewasa, tentu saja mengenakan pakaian berupa gaun panjang sampai mata kaki berwarna hijau rumput.

"Seperti yang engkau lihat, inilah tempat tinggal Naga Hitam."

Mendengar itu, Odo kembali melihat ke arah lembah dengan tatapan malas. Ia benar-benar habis pikir pada ayahnya yang melawan Naga Hitam dalam kondisi medan seperti apa yang dilihatnya sekarang.

"Kalau tiba-tiba api menyembur dari tanah, kita langsung mati, loh. Bagaimana cara melawannya di tempat seperti ini...?"

"Hmm, tinggal jalan saja dan jangan sampai terkena semburan api dari bawah, mudah bukan?" Reyah berjalan dulu terlebih dulu. Saat kakinya melangkah di atas tanah merah bersuhu tinggi, kakinya memang terbakar dan asap keluar. Tetapi, pada saat yang sama kakinya tersebut beregenerasi dengan cepat dan Dryad tersebut terlihat tidak peduli akan kakinya yang terbakar.

"Wah, dia tidak bisa merasa sakit apa?" pikir Odo.

Reyah berbalik, kemudian menatap Odo seraya berkata, "Kenapa diam saja, ayo cepat. Yah, jangan khawatir ..., tubuhmu sudah mengalami peningkatan, paling tidak insting pendeteksi bahayamu pasti bertambah tajam. Semburan api dari dalam tanah seharusnya dengan mudah engkau hindari ...."

Perkataan Reyah tidak mengubah fakta kalau Odo harus berjalan di atas tanah panas. Dengan tatapan malas, anak itu berjongkok dan berpikir sejenak untuk menghindari hal tersebut.

"Reyah, apa kau tahu letak persisnya Naga Hitam itu?" tanya Odo.

"Ya ..., kurang lebih."

"Hem, kalau begitu ...."

Odo kembali bangun, lalu meloncat-loncat pemanasan. Pada saat yang sama, anak berambut hitam itu juga meningkatkan tekanan sihirnya sampai batas tertentu.

"Kita akan langsung menyerangnya. Kalau kau melihatnya, beritahu aku."

"Eh ...?"

Odo berhenti pemanasan. Dalam hitungan detik, tepat di bawah kedua kakinya keluar lima lingkaran sihir yang menyatu dalam satu struktur. Lingkaran formula itu terlihat sangat rumit, tetapi dasarnya sangat sederhana. Hanya dengan melihatnya, Reyah tahu kalau sihir itu merupakan sihir tak beratribut.

"Fivefond Boundering ..., Save Quadruple ... Drei!"

Seketika formasi lingkaran sihir menyempit dan semua lingkaran sihir menjadi satu. Odo memasang kuda-kuda dengan kaki kanan lebih maju ke depan, sedangkan tubuh sedikit membungkuk ke depan. Lingkaran sihir dengan cepat bergeser ke bawah kaki kirinya, lalu mulai memancarkan aura tekanan sihir yang kuat sampai tanah retak. Melihat lurus melewati Reyah yang berdiri di depan, anak berambut hitam itu memperhitungkan ruang lajunya.

"Hebat ..., bahkan struktur sihir serumit ini tidak perlu lagi mantra panjang. Hanya dengan menyusun dan membayangkan formula sihirnya saja ...," pikir Odo seraya menyeringai.

"Reyah, tetap berdiri di situ ...."

"Eh ..., a⸻"

"Load!"

Syuusz!!

Dalam hitungan kurang dari satu detik, seketika sihir pelontar di bawah kaki kiri Odo dilepaskan dan membuatnya melesat sangat cepat ke depan. Odo langsung membungkuk dan memeluk Reyah pada bagian pinggang, lalu memanggulnya dan membawanya ikut melesat. Tidak ada tekanan momentum yang membebani tubuhnya saat Odo mengangkatnya karena Ia telah memperhitungkan titik tekanan dan gravitasi. Saat melesat cepat juga, mereka tidak terlalu mengalami tekanan angin yang kuat karena Odo memasang pelindung Mana untuk mengurangi dampak angin. Terbang melesat beberapa sentimeter di atas tanah api, mereka memasuki Lembah api dengan tinggi.

Mereka terus melesat, dengan sangat cepat di atas tanah merah membara. Saat ada semburan api dari dalam tanah yang menghadang, Odo tetap melaju dan menerjang. Berkat kecepatan yang ada, tubuh mereka tidak terbakar ataupun merasa panas. Sebelum Reyah benar-benar sadar kalau dirinya dipanggul, kecepatan laju mereka semakin melambat dan perlahan mendekat ke permukaan tanah membara. Saat dirasa jarak dengan permukaan tanah sudah terlalu dekat, Odo memindah formula sihir yang tersimpan pada telapak kaki kiri ke tangan kiri yang sedang tidak memanggul Reyah.

Saat lingkaran sihir berpindah ke telapak kiri, Odo langsung mengayunkannya ke permukaan tanah dengan cepat. "Load!" Syuusz!! Mereka langsung melesat ke atas dengan cepat, terbang tinggi beberapa meter di udara. Saat berhenti, Odo dan Reyah sudah berada beberapa ratus meter di atas Lembah Api.

"A-Apa yang engkau lakukan!!!?" teriak Reyah dengan panik. Roh Agung yang dipanggul Odo itu benar-benar tidak percaya kalau anak berambut hitam itu bisa bergerak sangat cepat dan melakukan hal seperti itu.

"Aku hanya menyimpan struktur sihir dalam susunan, lalu membuat formula yang memudahkan penggunaannya. Ya, intinya cara mudah untuk menyimpan sihir supaya bisa digunakan secara beruntun. Meski hanya baru bisa menyimpan tiga sampai empat struktur, tapi kalau ada medium bisa lebih banyak lagi ..., mungkin."

"Eng ..., diriku tidak tanya itu sekarang ...."

"Begitu, ya .... Daripada membahas itu, Reyah .... Apa kamu tahu dimana posisi Naga itu? Dari atas sini semuanya kelihatan, bukan ....?"

"Kurasa tidak perlu dari atas juga sudah kelihatan ...."

"Kenapa?"

"Itu ..., di belakangmu ...."

Odo menoleh ke belakang. Tepat di belakang mereka yang perlahan jatuh ke bawah, sang Naga Hitam terbang dan menatap dengan tajam. Ukurannya sangat besar, hampir bisa memenuhi lebar Lembah Api yang mereka lewati tadi. Sisiknya sekeras baja berwarna hitam, matanya merah membara, sayapnya membentang dengan lebar dan gagah, serta pada mulutnya terlihat asap panas dan bisa memuntahkan api, itulah sosok Naga Hitam yang Reyah dan Odo lihat saat ini. Meskipun kedua tangan kecilnya membuatnya hanya seperti reptil purba karnivora yang bisa terbang, tetapi tekanan sihir dan aura mengerikannya sangat jelas terasa.

"Ahaha ..., serangan kejutan gagal sudah."

"Ya, suruh siapa juga langsung menyerobot masuk ...."

Menyadari keberadaan mereka berdua, Naga Hitam langsung membuka mulutnya dan mulai mengumpulkan Ether dengan kecepatan dan kepadatan diluar nalar. Sekumpulan energi itu bersatu dengan Mana Naga Hitam dengan cepat, lalu memadat dan berubah sifat dasarnya. Melihat Mana dalam jumlah besar bisa memadan dan memencarkan panas sangat tinggi, Odo dan Reyah langsung sadar kalau keadaan mereka berdua dalam bahaya.

"Load!"

Ngiiing!! Duark!!!!!

Sebuah semburan bola plasma raksasa ditembakkan Naga Hitam dari mulutnya. Bola bersuhu tinggi yang ukurannya tidak lebih besar dari tubuh Odo itu melesat dengan cepat. Tetapi, pada detik terakhir Odo menggunakan struktur sihir pelontar terakhir yang ada pada telapak tangan kirinya, lalu melesat ke bawah dan menghindari serangan Naga Hitam itu.

Bola plasma yang ditembakkan melayang, lalu setelah beberapa meter langsung membuat ledakan di udara dalam radius ratusan meter dan membuat laju angin di Lembah Api langsung menjadi tidak beraturan. Gelombang hempas dari ledakan itu mencapai radius sampai beberapa kilometer, dan bahkan sampai daerah Hutan Pohon Suci.

Sebelum Odo mendarat di permukaan tanah membara, Ia menggunakan membuat lingkaran sihir sebagai pijakan dan langsung meloncat pergi menjauh dari Naga Hitam tersebut dengan cepat. Ia secara beruntun menggunakan sihir pelontar, dan benar-benar kabur. Secara insting, anak berambut hitam tersebut sadar kalau Naga Hitam bukanlah makhluk yang bisa dilawan secara langsung dari depan.

"Reyah ..., bu-bukanya Naga Hitam itu naga api? Ke-kenapa dia ... bisa menembakkan bom plasma berakselerasi seperti itu?" tanya Odo dengan gemetar. Rayah yang ada di panggulannya dengan jelas merasakan rasa takut yang ada pada anak tersebut.

"Bukannya sudah diriku bilang, Naga Hitam itu sangat kuat. Engkau tahu ..., jujur diriku tidak berdaya kalau makhluk surgawi itu menyerang Pohon Suci."

"Kita gunakan rencanamu ...."

"Hah, memang itu tujuan diriku dari awal .... Naga itu sangat peka pada daerah teritorialnya, tanpa diprovokasi juga makhluk itu akan cepat menghampiri kita."

===================================

Next chapter