webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

64.) Rencana

Jam 2.00

"Ayo Saki chan kita berangkat dulu ke tempat cetak undangan pernikahan" teriak ku dari ruang tamu

"Bentar ini masih berias diri"

"Aku tunggu di mobil ya"

"Oke"

Jam 2.05 kami berangkat dari rumah

"Pilih yang mana Haruka kun?"

"Aku pilih percetakan yang di usulan Mimasaka, tokonya dekat dengan Sekolah katanya"

"Namanya? Biar ku cari di maps agar lebih cepat sampai ke lokasi"

"Namanya Perfect Digital Painting"

"Ok akan ku cari"

Saki mencari di maps.

"Ini, jalan timur sekolah masuk lalu pertigaan pertama belok kanan"

"Oke" ucap ku

Jam 2.10 kami tiba di depan tokonya.

Kami masuk berdua dan langsung menanyakan apa melayani pembuatan undangan pernikahan.

Mereka menjawab bisa, lalu kami di bawa ke satu ruangan untuk melakukan diskusi.

"Perkenalkan nama saya Rika Risaki, saya yang akan bertanggung jawab mengenai pemesanan undangan pernikahan anda"

"Perkenalkan juga saya Haruka Shinomiya dan ini istri saya Saki Shinomiya" ucap ku

"Kalian sudah menikah? Lalu kalian buat apa buat undangan pernikahan?"

"Kami hanya menikah secara sipil dan belum melakukan resepsi"

"Oh begitu ceritanya, pertama tama bolehkah saya tanya undangan pernikahan apa yang anda inginkan?"

"Saya ingin yang konsepnya elegan dan cantik, tentunya dengan tulisan yang jelas" kata Saki

"Oh nona yang menjawab ku kira yang laki laki, konsep itu masih luas, mari kita perkecil lagi cakupannya, pilih yang murah antara 100-1000 yen, sedang 1000-2500 yen, atau mahal lebih dari 2500 yen?"

"Uang bukan masalah, yang kami inginkan hasil yang bagus dan menarik" ucap Saki

"Jika seperti itu maka saya akan milihkan yang mewah, dengan konsep seperti itu masih banyak model yang dapat saya tawarkan, silahkan coba lihat contoh di tab saya ini" kata Rika sambil memberikan tab nya

Aku dan Saki melihat lihat modelanya, memang benar contoh yang di berikan sesuai dengan cantik dan elegan.

"Anda bisa memilih di antara 20 tipe itu dimana yang kiranya cocok dengan selera anda, tetapi jika masih tidak suka juga kami juga bersedia membuatkan bentuk baru, tentunya juga dengan tambahan dana"

"Ini boleh custom jenis hurufnya kan?" Tanya Saki

"Tentu boleh, yang saya maksud mengubah bentuk itu mengubah bentuk dari kertas undangannya"

"Oh begitu"

"Saya mau tanya dulu apa saya boleh memasan tapi jangan di cetak dulu" tanya ku

"Maksud anda pre order?"

"Bukan, lebih tepatnya saya pesan mengenai perkiraan jumlah undangan dan bentuk gayanya namun masih menunggu tanggal pernikahannya"

"Bisa, dengan ketentuan berapa pesanan dan tidak boleh mendadak"

"Jika kira kira untuk 400 undangan maksimal saya harus menyerahkan data tanggal berapa?"

"Ya lebih baik 1 minggu sebelum tanggal dimana anda mulai menyebar undangan, sebeb kemungkinan jika sebanyak 400 pcs memerlukan paling cepat 4 hari pengerjaan karena anda memilih yang mewah sehingga kami lebih berhati-hati dalam pembuatannya"

"Oh aku paham"

"Kami sudah yakin mau pilih yang tipe pertama saja dengan harga 4500 yen, tapi aku minta untuk membuat huruf nya di jelaskan tidak perlu mengganti huruf cukup di perjelas saja"

"Jika kami agak memudarkan warna background apa anda punya masalah?"

"Tidak apa yang penting jangan terlalu pudar"

"Baiklah, Saki san bolehkah saya minta no wa anda agar saya lebih bisa berkonsultasi dengan tampilan yang anda inginkan hingga puas"

"Ini no wa ku..."

"Ok sudah ku catat, untuk pembayarannya 30% dari total"

"Anda tidak di bayar?" Tanya ku

"Tidak perlu, karena gaji saya juga sudah termasuk dalam harga dalam undangan"

"Oh baiklah jika begitu"

"Iya, Total uang yang harus di bayar adalah 600 rb yen dengan perincian sebagai berikut Haruka san" tunjuknya lagi pada tabnya

"Ok, akan ku transfer"

"Silahkan mentransfer sebesar 600 rb yen ke no rek ini ... atas nama Rika"

Aku menuliskan no rek nya dan ku lihat namanya sudah sesuai dengan yang di katakan, barulah 1juta 800rb yen aku tranfer.

"Aku mentransfer cash" ucap ku

"Eh baiklah kami malah senang dengan sifat anda ini"

Jam 2.50 kami pergi menuju tempat pembuatan pakaian pernikahan.

"Saki kamu duluan saja mengukur badanya" ucap ku

"Baiklah"

Di dalam ruangan.

"Angkat tangannya nona"

Saki mengangkat tangan.

"Nona kelihatan masih muda, apa benar nona ini akan jadi pengantin?" Ucap pemilik toko sambil mengukut

"Benar Fubuki san"

"Umur mu baru 20 an?"

"Tidak, aku baru 15 tahun"

"Astaga lebih muda dari yang ku bayangkan, tapi calon mu terlihat besar apa dia yang berumur 20an?"

"Bukan juga, dia baru berusia 16 tahun"

"Kalian masih sekolah?"

"Iya tapi kamu juga bekerja"

"Hmm bagus bagus walaupun masih muda tapi sudah menikah yang penting bisa tanggung jawab akan keputusan kalian, nah mengukurnya telah selesai tolong panggilkan calon mu ke sini"

"Baik"

Saki keluar dan giliran aku masuk.

Ukuran tidak terlalu di ditekankan karena pada akhirnya kami kan mengunakan pakaian yukata yang longgar, namun pengukuran akan membuat penampilan kami lebih presisi dan tidak ada kata yukata ini kekecilan atau yukata ini kebesaran.

Pengukuran selesai jam 3.10

"Pakaian pengantin kalian akan jadi 2 minggu dari sekarang, pembayarannya transfer saja ya aku enggan menerima uang cash"

"Baik Fubuki san, berapa biayanya"

"Satu set yukata pernikahan untuk 2 orang seharga 6 juta yen"

"Baik, ke no rek mana?" Tanya Saki

"Kamu yang bayar?" Tanya ku

"Iya, kan ini uang mu juga"

"Ke no rek..... Atas nama Nami Fubuki"

Saki mengirimkan uang sebesar 6 juta yen.

"Ok sudah ku terima, padahal aku hanya meminta dana awal di muka 30% pun cukup"

"Tidak apa langsung full saja supaya anda lebih giat bekerjanya" kata Saki

"Baiklah akan ku buat yang terbaik untuk kalian"

"Harus dong" ucap ku

Jam 3.30

"Saki masih ada 30 menit mau kemana kita?"

"Yang perlu untuk nikahan apa lagi memangnya?"

"Hadiah sovenir apa perlu?"

"Tidak usah saja Haruka kun"

"Lalu?"

"Ah benar juga penata rias kita belum menyewa mereka" kata Saki

"Benar juga, ayo cari penata rias pengantin dulu" ucap ku

Aku tanya Kyouko san apa punya kenalan penata rias pengantin, dia berkata ada dan rumahnya dekat dengan taman.

"Oke belok kanan dan sampai juga di sini" ucap Saki

"Beauty wedding make up"

Kami masuk ke dalam, kami langsung memesan pelayanan full servis 2 hari satu malam.

"Nanti staf mu biar ikut rombongan pengantin saja" ucap ku pada Kotomi san

"Jika memang itu mau anda kami akan menerima dengan senang hati hitung hitung hemat biaya transport"

"Lalu biayanya berapa?" Tanya Saki

"Untuk biaya awal kami mematok 500rb yen, tapi dana tersebut mungkin akan meningkat seiring berjalannya waktu siapa tau ada hal tidak terduga seperti hujan yang membuat riasan rusak dan harus dibtata ulang, angin kencang dan lain lain"

Saki menbayar uang tagihan dan sementara aku mengatakan perkiraan tanggal dan alamat rumah ku, Kotomi san pun juga meminta nomor ku agar tidak ada miss komunikasi nantinya.

Jam 4.00 tepat.

Aku dan Saki berhenti sebentar di restoran.

"Hanya sandwich dan air limun Haruka kun?"

"Iya hanya itu saja aku, tolong ambilkan" suruh ku

Saki masuk ke restoran sementara aku menunggu di mobil.

"Saki san ada urusan apa kemari lagi?" Tanya Takanashi

"Itu aku mau pesan makanan" jawab Saki

"Mau pesan yang mana? Bungkus atau makan di sini?"

"Pesan sandwich 2 porsi lalu air limunnya 2 cup"

"Sebentar akan ku ambilkan"

"Baik akan ku tunggu di sini"

Beberapa menit berselang.

"Ini makanannya Saki san"

"Terima kasih ya sampai jumpa lagi"

"Iya sampai jumpa"

"Dia tidak bayar?" Tanya Saiki

"Saki san kan pemilik resto bersama dengan Haruka san jadi gak bayar ya gak masalah" jelas Diasuke

"Oh jadi mereka ngutang?"

"Bukan, makanannya jadi gratis bukan ngutang"

"Aku paham" jawab Saiki (dibayangan Saiki "nanti di bayar utangnya")

"Dia beneran paham?" Tanya Chika

"Entahlah mungkin tidak" kata Takaoka

"Aku sependapat dengan mu" kata Izumi

"Ehh Izumi san kenapa kemari?" Teriak Takaoka

"Aku mau pesan sekaligus nongkrong di sini Takaoka kun" jawab Izumi

"Un silahkan biar aku yang melayani kamu" ucap Takaoka dengan agak grogi

"Jangan grogi dengan kakak ini, kita kan masih bisa di bilang seumur bukan" ucap Izumi sambil mengedipkan mata (Izumi 20, Takaoka 15)

"Sudah gas aja kalau suka" ucap Kyouko yang mengintip dari dalam

"Apa maksudnya gas saja?" Tanya Miyakoshi

Kyouko jadi salah tingkah.

"Maksud ku gas adalah jalan dengan motor"

"Oh ngebut ya, tapi itu bahaya lebih baik jalan pelan saja"

Kembali ke mobil.

"Ini sayang makanan mu, langsung saja makan sambil menunggu ibu"

"Iya" balas ku

Jam 4.15 ibu datang menghampiri mobil kami.

"Ibu tidak terlambat kan?"

"Tidak ibu tadi kami juga baru saja sampai sini untuk makan dulu" kata Saki

"Baiklah ayo langsung berangkat saja" kata Ibu

"Baik bu, tolong kenakan sabuk pengaman dulu" balas ku

Di perjalanan.

"Kalian sudah mempersiapkan sampai mana?" Tanya ibu

"Kami sudah bikin pakaian pernikahan, pesan undangan, dan menyewa penata rias" kata Saki

"Lalu nanti yang akan di diskusikan apa saja?"

"Ya paling kan tempat waktu dan biaya" balas Saki

"Sebenarnya ibu sih ikut kalian saja yang terpenting kakek dan nenek bisa hadir" kata ibu

"Ya jangan bu ibu kan orang tua ku juga, suara ibu juga penting dalam diskusi ini" ucap ku

"Benar bu, ibu kan akan jadi wali ku saat nikah nanti juga, posisi ibu juga sangatlah penting"

Ibu menundukan kepala.

"Saki pindahlah ke belakang aku akan menurunkan kecepatan ku" bisik ku pelan

Saki dengan hati hati pindah ke belakang

Dilihatnya ibu memang sedang menahan tangis.

"Jangan menangis ibu kenapa menangis juga" ucap Saki

"Kebahagiaan orang tua adalah ketika melihat anak mereka berhasil dalam hidupnya, apa menurutmu ibu sudah menjadi orang tua yang berhasil?"

Saki tertegun sejenak, air mata juga ikut menetes di matanya.

"Ibu sudah berhasil kok anakmu sekarang sudah dewasa dan bisa bahagia akan hidupnya" ucap Saki lalu memeluk ibunya

Setelah beberapa menit.

"Kamu anak ibu yang tersayang jagalah suami mu jangan sampai ada perselisihan kecil dapat meretakkan hubungan kalian apalagi memutukan hubungan dan Haruka kun sekali lagi aku katakan mohon rawatlah Saki chan untuk ku, sudah lama aku bersamanya dia anak yang baik dan ceria jagalah senyumnya"

"Aduh jika ibu mengatakan seperti itu hatiku terasa sangat tidak enak" balas ku

"Jangan ceritakan Haruka kun aku sudah menerimanya yang penting kamu tidak mengulangi" kata Saki

"Umm"

"Ada apa memangnya sayang?"

"Tidak apa ibu, lihat rumah ibu dan ayah Haruka ada di kiri itu" tunjuk Saki lwat kaca mobil

"Yang besar itu?"

"Itu bukankah sebesar gedung perusahaan ibu?"

"Lebih besar lagi kalau kita lihat luasanya" kata Saki

Jam 4.50 kami sampai di depan mansion.

"Bolehkan saya tau kedatangan anda untuk apa tu..., eh Haruka sama"

"Iya pak Deko, bisakah aku minta tolong buka kan gerbang" ucap ku

"Tentu tentu tunggu sebentar"

"Oke"

Gerbang terbuka aku langsung masuk ke dalam dan parkir di depan samping rumah.

"Ayo turun ibu, Saki chan"

"Iya"

Kami masuk ke dalam rumah dan seperti biasa disambut oleh maid utama rumah.

"Tidak usah di antar kami akan masuk sendiri saja ke ruang keluarga" ucap ku

"Baiklah jika itu keinginan Haruka sama, saya pamit izin undur diri"

"Um"

"Ayah ibumu punya maid Haruka kun??" Tanya ibu

"Punya tapi hanya ibu, kakek dan nenek, ayah tidak punya, yang lain juga ada tapi hanya sejenis pembantu rumah tangga biasa"

Di ruang keluarga sudah berkumpul ibu kakek nenek Hiyori dan ayah yang masih tepar di sofa karena kelelahan mungkin.

"Akhirnya kalian datang" ucap ibu

"Kamu kejam Haruka membiarkan ayah pulang pergi Tokyo Miyagi dalam satu hari" ucap Ayah yang masih rebahan

"Sayang Nihara san ada di sini loh, jaga sikap mu" bisik ibu

"Eh eh maaf maaf" ayah langsung duduk

"Kalian mau makan dulu sebelum pembicaraan berat?" Tanya Nenek

"Tidak usah nek, minum saja sudah cukup" kata ku

"Baiklah, kalian ambilkan minum ya" suruh nenek pada pembantu

"Baik Yuki sama"

"Baiklah sembari menunggu silahkan kalian duduk dulu"

"Baik"

Kami duduk di sofa saling berhadapan.

Minum datang cepat, kami minum dulu tentunya.

"Baiklah tolong jangan tegang, jika kalian tegang aku akan grogi mengatakannya" ucap ku

"Kamu yang tidak mulai mulai membuat suasana jadi tegang Haruka kun" kata Ayah

"He he maaf maaf, hari ini keluarga besar akan mengadakan rapat projek rencana resepsi pernikahan ku dan Saki"

"Pertama tama aku mau tanya tanggal berapa pun apa kalian semua bisa?" Tanya ku

"Kami bisa" kata Ibu ayah lalu kakek nenek

"Ibu juga bisa" kata ibunya Saki

"Aku tidak" teriak Hiyori

"Baiklah kita lupakan dia, selanjutnya..."

"Hey aku juga keluarga kakak loh" teriak Hiyori

"Tenang tenang Hiyoro kakak mu hanya bercanda, dia pasti akan memperdulikan prioritas mana, dan kamu jika memang bertepatan dengan acaramu, kamu juga harus memilih prioritas" kata ibu

"Umm baik ibu" Hiyori langsung diam setelah berucap

"Aku dan Saki memutuskan tanggal 15 agustus apa ada yang menolaknya?"

"Kami seperti tadi, kami bisa di setiap tanggal, kan sayang" ucap ibu

"Benar"

"Ibu juga bisa kan?"

"Aku bisa" ucap ibu Saki

"Baiklah.. lanjutan"

"Aku tidak di tanyai?" Tanya Hiyori

"Kamu memangnya tidak bisa Hiyori chan?" Tanya Saki

"Aku bisa Kak Saki"

"Jika bisa maka diam saja" ucap ibu

"Baik bu"

"Lalu kalian akan merancang konsep apa?" Tanya ibu Saki duluan

"Aku dan Saki akan merancang konsep tradisional dengan pesta utama secara outdoor bu"

"Tradisional? Maksudnya dengan pakian Yukata?" Tanya Ayah

"Benar yah" balas ku

"Kenapa tidak memilih yang modern saja?" Tanya Nenek

"Aku dan Saki berniat ingin mengukir kenangan yang indah dan tak terlupakan, di Jepang sekarang sudah jarang yang mengangkat konsep tradisional"

"Kami sih tidak menolak konsepnya, tapi kalian apa yakin? Pakaian tradisional itu berat dan gerah apalagi jika di pakai di luar" kata Kakek

"Kain yang ringan dan sejuk saat di pakai ada kok kek" kata Saki

"Oh jika begitu aku tidak akan protes, sebab kalian yang memakainya aku hanya ingin kalian nyaman karena pesta tidak hanya 1 atau 2 jam melainkan berjam jam pastinya"

"Nah kita lanjutkan iti nanti, sekarang aku sedang bingun memilih tempat"

"Pilih saja Resort Totsuki seperti yang ibumu sarankan Haruka kun"

"Apa ibu setuju?" Tanya ku dulu

"Ibu setuju saja" balas ibunya Saki

"Kan sudah setuju kita tinggal boking tempat 1 resort penuh dan buat dekorasi yang menarik" kata ibu

"Ibu kira kira berapa untuk menyewa resort sebesar itu?" Tanya Saki

"Jika kita menyewanya hanya beberapa bagian pastinya lebih murah dan akan mahal jika yang di sewa areanya lebih luas"

"Lalu ibu menyarankan kami untuk menyewa penuh atau separuh?" Tanya ku

"Cukup sewa hotal utama dan halaman utama saja" kata ibu

"Berapa biaya yang harus di keluarkan?" Tanya ku

"Jika ibu lihat lagi karena pemilik resort adalah teman ibu, ia mampu menyewakannya dengan harga 340 juta yen, dengan keuntungan makan pagi siang malam dan pagi lagi, lalu di situ juga sudah di sisipi makanan saat resepsi, dengan kamar yang di sewakan 900 normal, 25 sedang, dan 10 premium"

"Jasa jemput apa ada juga itu Kiyoko san?" Tanya ibu Saki

"Ada namun dengan dana tambahan lain tergantung dimana lokasi jemputannya"

"Ah akhinya satu masalah telah selesai" pikir ku

"Bagaimana Haruka kun tertarik?"

Aku melihat Saki dan dia mengode iya.

"Aku dan Saki menerimanya ibu, lalu tamu yang akan ibu undang ada berpaa banyak?"

"Sebanyak 1200 orang" kata ibu

"Hmmmmm membludak dong ibu" ucap ku

"Maka dari itu aku sendiri yang akan menyewa hotel tambahan selain di hotel utama untuk tamu ku yang lain menginap"

"Eh tidak tidak, ini pesta ku jika itu tamu ibu maka itu tamu ku juga, akan ku bayarkan juga hotel lain"

"Nah itu baru anak ibu, lalu tamu mu dan tamu Nihara san ada berapa"

"Untuk tamu ku aku hanya ingin mengundang ayah ibu ku serta kerabat dekat di desa" ucap ibunya Saki

"Bukankah anda sudah mendirikan perusahaan Nihara san?, Undanglah juga beberapa karyawan yang kamu percayai juga untuk ikut" kata Ayah

"Iya ibu tidak apa mengundang lebih" kata ku

"Jika begitu maka ibu totalkan sebanyak 40 orang saja"

"Lalu tamu mu Haruka?" Tanya Ayah

"Aku ada, Saki teman sekelas di undang?" Tanya ku

"Undang saja Haruka kun"

"Baiklah totalnya ada 120 orang" jawab ku

"Lalu kakek nenek ada?" Tanya ibu

"Kenalan kami sudah tua jadi tidak perlu mengundang mereka"

"Baik lalu Hiyori ada tidak?" Tanya ibu

"Berikan aku undangan sebanyak 20 buah"

"Kamu tidak akan menjualnya kan?" Tanya Ayah

"Tidak ayah ini undangan untuk teman dekat ku dan beberapa teman voli ku"

"Baiklah jadi totalnya ada 1380 ya" ucap ku

"Iya, lalu untuk jemputan ibu harap masing masing dari kalian bisa segera menyetorkan alamat kumpul tamu yang akan kalian undang dan pastikan mereka berkumpul dalam satu titik" ucap ibu

"Baik ibu"

"Langsung ibu?" Tanya Hiyori

"Iya langsung saja, biar ibu catat sekalian, mulai dari kamu Hiyori"

"Titik kumpul di depan sekolah ku sebanyak 20 orang aku akan ikut di sana"

"Lalu Haruka dan Saki"

"Depan sekolah ku juga sebanyak 90 orang, lalu di tempat Suki san"

"Siapa Suki san?" Tanya Ayah

"Dia pengacaranya Haruka sayang" kata ibu

"Oh yang kamu tolong dulu"

"Diam dulu sayang biar ini selesai"

"Baik"

"Jadi di tempat Suki ada berapa orang?" Tanya ibu

"30 orang"

"Baik sudah pas 120 lalu Nihara san?"

"15 orang dari Arakanawa, Saitama yaitu Nenek dan Kakek Saki"

"Sebentar karan jauh berikan alamat lengkap dan nama keluarganya"

"Rumah keluarga Yoshdia, jalan pedesaan setelah stasiun lurus ikuti jalan kira kira 800 meter belok kanan ke arah permukinan nama dusunya Dusun Kishiki"

"Baik sudah ku catat laku sisanya?"

"Sisanya sama dengan di sekolah Haruka saja sebanyak 25 orang"

"Baiklah sudah ku catat karena khusus di dareah ini dan Saitama paling tidak memerlukan pesawat ibu juga berpesan agar kalian mengatakan sendiri ke tamu kalian"

"Baik Kiyoko san" kata Ibu Saki

"Baik bu" kata ku dan Saki

"Ini nanti ibu yang memesankan dulu?" Tanya ku

"Iya ibu yang akan memesankan dulu, kamu cadangkan uang sebesar 1 miliar yen, nanti setelah acara selesai ibu akan meminta tagihan padamu"

"Bentar bentar" aku membuka hp ku dan langsung mengirimkan 1 miliar ke no rek ibu.

"Apa yang kamu lakukan Haruka kun?"

"Ini ibu aku mengirimkan langsung 1 miliar ke no rek ibu"

"Kenapa di kirim duluan!"

"Ya nanti ibu pasti akan mengatakan tidak usah saat akan ku bayar jadi ku kirimkan saja sekarang"

"Hmm dasar putra ku" kata ibu sambil tersenyum

"Lalu apa lagi yang ingin kamu diskusikan Haruka kun?" Tanya Ayah

"Jadwal acaranya"

"Ibu sarankan sih memikirkannya jadwal keberangkatan tamu dulu Haruka kun karena beberapa tamu datang dari jauh" kata ibu Saki

"Begitu ya?" Tanya

"Iya begitu saja Haruka" kata ibuku

"Sarannya membiarkan tamu menginap dulu atau berangkat langsung acara?" Tanya ku

"Ibu sarankan menginap dulu agar saat acara para tamu tidak kelelahan karena perjalanan jauh" kata ibuku

"Ibu juga sependapat dengan Kiyoko san" kata Ibu Saki

"Baiklah maka menyewanya jadi 3 hari 2 malam?" Tanya ku

"Iya segitu sudah cukup" kata Ibuku

Kami mendiskusikan tentang jadwal keberangkatan di setiap titik kumpul, tentunya juga nantinya akan ada dari pihak report yang mengarahkan lewat grub chat dan secara langsung saat hati h keberangkatan.

Selanjutnya adalah jadwal acara, dimana bagian inilah yang paling lama membuat berpikir.

Jam 6 malam kami break dulu untuk makan barulah jam 7 di lanjutkan diskusi tentang jadwal acara sampai jam 8.30.

Jam 9 kami pamit pulang karena besok sekolah.

"Akhirnya selesai diskusi panjangnya" ucap ku saat ada di luar rumah

"Hahaha berat ya pastinya saat nikah?" Tanya ibu

"Sangat berat ibu" kata ku dan Saki

"Bertahanlah kalian akan melihat kebahagiaan ke depannya, susah sekarang tidak apa tapi hasil akhirnya memuaskan"

"Umm" kata Saki

.

"Ok sudah sampai ibu" ucap ku

"Terimakasih Haruka kun dan sayang telah mengajak ibu, jika ada apa apa jangan lupa kabari ibu ya"

"Baik bu, kami langsung pamit ya besok mau sekolah"

"Iya hati hati di jalan jangan ngebut"

"Iya ibu" balas ku

"Bye" ucap ibu

Aku pun menjalankan mobil menuju ke rumah.