webnovel

CH.8 Ephemeral

Setelah pertemuan dengan kasir minimarket itu, akhirnya aku dapat mengendalikan pikiranku juga menormalkannya.

Benar-benar sebuah kebetulan yang tidak terduga, tetapi justru membuatku menenangkan diri dari shock yang kualami atas beberapa masalah pagi dan siang ini.

Masih saja aku berbincang dengan perempuan ini sambil memakan steak hamburg yang kubeli barusan saja. Tidak ada pembahasan serius, hanya pembahasan pribadi.

Intinya dia mengatakan bahwa awalnya dia bukan penduduk negara Jepang. Hanya saja ketika dia sudah berumur 15, dia pindah dari negara asalnya ke wilayah ini.

Katanya kakeknya adalah seseorang warga asli Jepang dan dulu tinggal di wilayah ini sebagai tempat kelahirannya.

Hanya saja sekarang dia yang masih seusiaku, sudah bekerja di minimarket seperti ini karena seluruh kerabatnya sudah meninggal.

"Walau kau punya kekayaan yang cukup dari peninggalan kakekmu, tetap saja kau memilih untuk bekerja keras karena peninggalan itu tidak akan cukup? Hebat sekali."

"Normalnya manusia akan termakan godaan uang. Tapi aku hanya suka bekerja, jadi ya begitu saja. Semua koneksiku didapatkan sejak kakekku masih hidup."

Kakeknya yang katanya seorang konglomerat dan punya banyak koneksi di seluruh dunia sering membawanya ke acara-acara di mana banyak orang hebat berkumpul.

Dengan penampilannya yang menarik mata, dia berhasil membuat koneksinya sendiri hanya karena sedikit dorongan dari kakeknya.

Satu informasi lagi, katanya orang tuanya meninggal ketika dia masih muda, umur dua tahun sesuai dari cerita yang diberitahu kakeknya.

Hanya kakeknya yang tersisa sebelum baru saja meninggal satu tahun yang lalu. Mentalnya luar biasa, bukan yang lemah sepertiku ini.

"Jadi, apa motivasimu menjadi seorang informan? Tidak mungkin bukan memilih pekerjaan ini tanpa alasan atau mungkin tanpa ditawari."

"Hmm, biar kupikir, tidak ada yang spesial juga. Hanya saja boleh dikatakan pekerjaan ini cocok buatku di luar terkait soal aku mempunya koneksi."

Hoo? Humm, bisa ya pekerjaan seperti itu cocok untuknya? Bisa kupahami sih menjadi perempuan yang mengumpulkan informasi, distraksinya akan lebih mudah.

Itu sudah hal yang penting. Kedua juga ada bahwa informan agar dia bisa mencari informasi soal masalah terkait apa pun itu.

Tentu, semua itu masih tebakan. Hanya saja memang kemungkinan yang tidak ingin diumumkan oleh seorang bernama Liyana Kiera ini.

Terkadang apa yang tak pernah terbayangkan justru terjadi kepada siapa pun di seluruh penjuru dunia ini, tanpa diingini tentunya.

"Aku tertarik padamu setelah mendengar semua itu. Tetapi, apa tidak apa kau memberikan informasi seberharga itu dengan cuma-cuma kepadaku?"

"Hahaha, kau pikir aku akan memberikannya tanpa bayaran? Tentu saja aku akan meminta harga."

"Sudah kuduga. Lalu harga apa yang kau ajukan kepadaku?"

Mengesalkannya ketika kau sudah meminta sebuah informasi kepada seorang informan, dia pasti akan meminta harga di atas yang seharusnya hanya karena kita mampu.

Makanya terkadang kalau ingin bertemu dengan informan, tawar-menawarlah dulu sebelum meminta informasi tersebut.

Apalagi yang barusan aku tanyakan dan aku dapatkan adalah informasi klasifikasi tingkat tinggi tentang dirinya, yang pasti dilabeli 'Top Secret'.

Sekarang makanya aku hanya bisa berharap atas kebaikannya untuk memberiku keringanan. Semoga saja sih begitu.

"Tidak banyak, ajak aku jalan-jalan bersamamu. Di mobil itu juga."

Matanya menuju satu arah yang tampak. Yap, benar, itu mobilku yang terparkir di luar. Aku tidak tahu maksudnya apa atau apa tujuannya, tetapi aku tak mengalami kerugian di sini.

Informasi dirinya dihargai dengan jalan-jalan? I take that. I mean, like, there is no such reason I have to deny this offer.

Aku tidak bisa meminta harga yang lebih murah. Kalau ada kemungkinan dia akan memerasku nanti, aku biarkan saja. Toh aku hidup di dunia di mana semuanya serba tiada batasan yang jelas.

"Hanya itu? Aku ambil tawaran harga itu."

"Bagus, tapi tunggulah sesaat. Hanya 5 menit sebelum staff lain datang menggantikanku."

"Boleh, baiklah. Berikan aku sebuah minuman yang enak menurutmu di sini."

Setelah memakan hal yang cukup memenuhkan, aku butuh pelancar apa pun itu. Kalau tidak, bisa kesedak aku oleh makanan yang tidak didorong oleh air.

Mengobrol terlalu lama memang membuat tenggorokan jadi kering saja. Walau begitu, aku memikirkan pembicaraan ini menyenangkan di atas mendapatkan informasi.

Sudah lama aku tidak berbicara sebebas ini dengan orang asing sepertinya. Anehnya, dirinya seperti memiliki sebuah daya tarik yang aku tidak bisa jelaskan, membuatku semakin terpancing.

Luar biasa sekali perempuan ini, padahal umurnya masih sebaya denganku kalau aku lihat. Entah kenapa dia bekerja dibanding sekolah.

Ah tidak, aku tahu kenapa. Pada dasarnya dia sudah memiliki intelegensi tinggi karena dia informan. Makanya sekolah sudah tidak ada nilainya dan membuang waktu.

Cara yang unik juga licik, tetapi aku akan menerima itu. Toh, mau bagaimana pun, tidak ada hak untukku memberikan sebuah masukan apalagi memintanya untuk berubah.

"Nih, 30 yen. Aku paling suka ini. Soda terbaik yang aku ketahui."

"Hoo boleh juga, aku ambil itu."

"Kiera! Ah maaf membuatmu menunggu, aku agak ketiduran tadi. Dan ini… ahh maafkan aku, kukira tidak ada pelanggan siang-siang."

"Bukan masalah. Baiklah Kiera, ayo. Kutunggu di luar."

Karena tidak ada urusan untuk aku menunggu di dalam lagi, maka langsung saja aku berjalan menuju ke luar.

Namun, secara tidak sengaja aku mendengar sebuah kalimat yang membuatku sedikit terkikik. Satu kata yang tidak akan pernah terpikirkan apalagi untuk diriku.

'Hei, apa orang itu pacarmu? Kenapa dia mengajakmu?' itu yang orang yang barusan datang bilang. Wajar sih, perempuan mah selalu ingin mencari gosip ataupun rumor sekecil apapun.

Prefektur ini cukup kecil, kalau ada sebuah informasi yang beredar, bisa-bisa aku akan jadi bahan pembicaraan satu kelas bahkan satu sekolah kalau sampai terdengar oleh seorang saja.

Sejak kejadian tadi, aku yakin, orang mulai menaruh perhatian bukan hanya kepada Shin, tetapi Jurai dan diriku. Luar biasa ya orang yang punya influensi seperti ini, sungguh merepotkan.

"Haha, mungkin. Ya sudah, aku tinggal dulu."

"Ehh… tapi kan aku mau tahu lebih."

Jujur, aku benar-benar tak perlu menunggu lama. Dia hanya membutuhkan waktu 4 menit 37 detik tepatnya untuk bersiap-siap dan keluar dari dalam minimarket.

Oh… jadi ini alasan kenapa aku tadi berpikir bahwa rasanya ada yang menarik hatiku. Tentu saja, perempuan dalam gaun anak remaja dengan warna cerah juga sedikit sentuhan kosmetik.

Dia terlihat sangat normal dan wajar, tetapi malah itu yang kusuka. Hidupku sudah sering dipenuhi oleh semua masalah dalam tempo yang aneh dan cepat. Ini sedikit menstimulasiku.

Kecantikannya entah kenapa membuatku sedikit menganga walau aku sudah cukup kebal dalam serangan mental apalagi sejak kejadian beberapa waktu lalu.

Kurasa… kurasa aku memang harus berhati-hati kalau tidak ingin termakan jebakan iblis buatannya, dan menyebabkanku rugi besar secara profit atau profil.

"Bagaimana diriku? Tidak terduga kah setelah aku memakai gaun?"

"Ehem… tidak juga, ayo, masuklah."

Aku membukakan pintu untuknya supaya terlihat sopan. Walau ini di prefektur yang kecil, kemunculan orang-orang hebat malah banyak.

Sudah ada aku, Shin, Jurai, dan sekarang informan handal bernama Liyana Kiera ini. Sebenarnya apa yang terjadi pada prefektur ini sampai muncul banyak orang hebat?

Apakah karena sesuatu yang sudah direncanakan? Tidak mungkin juga, semuanya hanya kebetulan semata saja.

Sejak dulu, aku tidak percaya apa yang namanya takdir atau nasib. Kalau aku mempercayainya, maka pupuslah harapanku karena kehilangan orang tua.

Takdir orang yang tidak memiliki orang tua dan tinggal di panti asuhan hanyalah berserah. Namun aku menolak takdir itu, dan berusaha untuk membuat perusahaan Guirusia.co sampai sejauh ini.

"Jadi, mau ke mana kita?"

"Bagaimana kalau kita ke taman yang ada di titik tertinggi prefektur ini? Pemandangannya sangat bagus."

"Houu, boleh. Pakailah sabuk pengamanmu, kita berangkat."

Mobil ini sebenarnya sudah dilengkapi dengan mekanisme penetralan gravitasi membuat semua dorongan menjadi minim bahkan nol.

Secara fisika ini mustahil, tetapi apa yang tidak sih kalau mau berusaha? Otak yang jenius ini hanya bisa digunakan seperti ini.

Dengan kecepatan 70 km/jam, aku melaju melewati jalan sepi yang semi basah bekas hujan tadi. Seolah ketika sudah jam siang, pasti tidak ada yang keluar dari ruangan atau sekolah atau rumah.

Hidup di prefektur ini semi modern. Tentu, itu terbantu karena perusahaanku yang membangun semua fasilitas karena untuk bisa menjalankan perusahaanku, listrik tentu dibutuhkan.

Bagaimana bisa aku membiarkan wilayah di sekitar perusahaanku tidak terawat? Nantinya, malah bisa menjadi masalah buatku jika tidak kutangani.

"Mobil ini hebat, seperti yang sudah kuduga. Banyak yang melihat mobil unik di sekitar sini dan sangat kencang juga keren, tapi kenyamanannya masih terjaga."

"Produk buatan perusahaanku hanya menyediakan yang terbaik dari yang terbaik. Maka itu, kami harus selangkah lebih cepat dari perusahaan dunia lain."

Sumber mata pencaharianku berasal dari sini. Kalau sampai bangkrut atau tidak berjalan lagi, bisa repot urusannya.

Sekejap saja aku menerbangkan mobil ini menuju titik yang diinginkannya. Tidak butuh lama karena wilayah itu di dekat rumah Shin, jadi ini sudah familiar buatku.

Tanpa basa-basi, kami menuju ke pembatas taman setelah keluar dari mobil. Seharusnya aku tidak perlu memberikan perlakuan seperti ratu ini, tetapi rasanya aku harus.

Iya, aku membukakan pintu dan menerima tangannya seperti cerita dalam donger kerajaan-kerajaan saja. Bukankah itu yang seharusnya dilakukan? Setidaknya secara tata norma.

"Pemandangan yang bagus, sungguh nostalgia."

"Kau pernah ke mari?"

"Dulu. Terakhir kaliku adalah ketika aku bersama kakek di sini, menikmati indahnya langit."

Keindahan ya? Kalau soal itu, yang di sebelahku lebih dari sekedar indah, dia itu cantik. Aku mengaguminya sebagai seorang pria.

Walau aku yakin, tidak setiap hari dia selalu begini. Untuk kali ini saja, aku akan biarkan dan menikmati waktu yang singkat bersamanya ini.

Kecantikan mungkin tidak kekal, tetapi bukan berarti berujung insecure. Yang paling penting pun hanya satu, menjadi dirimu sendiri dan lakukan yang terbaik.