webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.334 Kehadiran Sang Penguasa

Kau tahu, lima ribu monster yang tersisa pun habis. Kalau mau tahu kenapa aku tiba-tiba bisa memburu secepat ini bahkan dalam waktu dua jam saja untuk monster sekitar lima puluh ribu, alasannya adalah 'All-In'.

Tak perlu aku menahan diri, jadi bukan hanya serangan fisik, bahkan sihir pun aku keluarkan dengan luar biasanya. Apa tidak kehabisan mana?

Pertanyaan yang bagus, jawabannya adalah mana replikasiku sudah sedikit kumodifikasi untuk bisa masuk ke alat penyerap yang menyetornya ke dalam tubuhku.

Ini adalah salah satu cara bagiku untuk bahkan tidak perlu mengecek seberapa banyak mana padaku dengan menilai sungguh-sungguh. Karena aku tahu, seberapa banyak pun aku menggunakan sihir, itu tidak akan masalah buatku.

Ujung-ujungnya aku sampai membuat cukup banyak bagian dari hutan ini menjadi rusak karena sihirku. Mungkin kalau hanya serangan fisik tidak akan, tetapi sihir angin atau air yang berelemen seperti itulah yang merusak.

Kalau bertanya bagaimana dengan sihir api atau listrik, kujawab kau ngelawak. Kau sudah tahu sendiri jawabannya, bukankah begitu?

"Huhft… kelar juga. RE: Lease."

Dengan melepas kekuatan dewaku setelah hampir sampai di dekat tempat teman-temanku berada, pertarunganku selesai juga. Oh ya, aku tidak lupa tentunya, dengan sihirku, aku mengembalikan kerusakan yang kuberikan pada hutan itu.

Tenagaku rasanya terkuras lumayan banyak juga. Karena sebenarnya kau tahu, saat menggunakan mana, itu sama saja menggunakan tenaga, intinya dua hal itu setara dan saling berhubungan.

Pada akhirnya aku setidaknya sedikit mengerti kenapa 'overused' mana membuat diriku sering pingsan. Satu dulu tubuhku belum terlalu terlatih, jadi begitulah kau mengerti.

Alasan yang lain cukup simpel karena satu, aku menghabiskan tenagaku, juga menghabiskan manaku. Namun beberapa kali ini aku tidak pernah kelelahan, jadi ya begitu.

Seharusnya sudah tahu bukan kalau mana itu akan menyetok kembali dalam tubuh? Namun kalau aku menggunakan mana berlebih dalam keadaan mode dewa, regenerasi mana tidak akan aktif tentunya.

Nah karena itu tenagaku habis, manaku perlu distok lagi, akhirnya aku pingsan karena tenagaku terkuras penuh. Teori yang sebenarnya cukup simpel bukan?

Untunglah karena saking simpelnya, aku bisa menanganinya tanpa perlu alasan yang beribet, jadi masalah soal pingsan sudah ditangani.

"Kau benar-benar gila Sin melawan sebegitu banyaknya. Kalau aku, mungkin sudah tenggelam di dalam kerumunan monster itu. Gaya bertarung Berserker X Assassin."

"Iyalah, aku pakai gaya bertarung barbar dan cepat, itu ungkapan yang bagus."

Berserker dan Assassin ya? Biasanya aku pakai hanya Assassin, tetapi kali ini ada Berserkernya. Mungkin kalau boleh, tambah Sage juga, karena aku pakai sihir. Great Sage kalau bisa, karena aku juga membuat sihir, hahaha.

Ahh, lega beneran, tanganku akhirnya bisa lemas lagi dan tubuhku aktif secara sempurna karena sudah dipakai dengan menyeluruh.

Sekali-sekali bertarung seperti ini itu seru. Barbar tanpa rencana, seperti bukan diriku saja kali ini beneran.

"Itu bukan pujian! Sialan ya kau Sin, lain kali kujadikan kau umpan monster."

"Lho tidak kebalik? Hahaha."

Yang memuji—mengejek—diriku itu adalah Jurai. Shin dan para istri hanya bisa tertawa kecil melihat perbincangan aku dan Jurai.

Jurai yang paling cepat naik darah, emosinya sulit ditahan, tetapi mudah disulut. Jadi kalau sudah bicara soal Jurai, maka bayanganmu hanyalah dia yang sebenarnya Barbarian.

Saling mengejek, menertawakan satu sama lain, bahkan berantem bukanlah masalah buat kami, atau akan merusak pertemanan kami. Justru karena inilah kami semakin dekat.

Pekerjaan saja mungkinlah yang sempat membuat kami stress dengan putar otak sangatlah berlebihan, terlalu luar biasa.

"Sudah, sudah ah, sukanya berantem mulu aja. Sayang juga sama aja, sukanya godain orang, kebiasaan."

"Hahaha, kan sehabis penat lalu bercanda sedikit nggak apa dong? Lagipula Jurai juga yang mulai bicara, jadi kalau kubalas begitu ya tidak apa lah."

"Ihhh, dibilang suruh berhenti masih aja. Kujewer nih mau?"

"Eh iya, iya, ampun."

Sebenarnya tidak masalah sih aku dijewer, toh pukulan keras pun sudah sering kutahan. Namun kalau urusannya sampai Kiera ngambek dan marah, sulit, jangan sampai dah.

Padahal sebenarnya aku tadi berusaha untuk berpikir positif kan waktu Jurai bicara begitu. Kenapa jadi aku yang salah ya? Sudahlah, perkataan istri tidak bisa dibantah.

Untung saja yang membilangi untukku berhenti Kiera, kalau bukan pasti kulanjutkan tuh mengerjai Jurai. Orangnya benar-benar otak otot, walau barusan aku juga meniru sikapnya.

"Sudah diberesin semua kan mayatnya Sin?"

"Tentu saja, bukankah itu sudah selalu kulakukan. Oh ya, yang sisa Black Zone kemarin akan kuberikan padamu juga Shin, jualkan dan bagi rata aja nanti. Aku juga tidak butuh uang terlalu banyak selain untuk biaya produksi perusahaanku."

"Ya sudah, 80 persen yang hari ini milikmu, sisanya kami bagi rata."

"Sudah kubilang bagi rata aja, anggap saja bayaran karena sudah egois semua musuhnya kulawan sendiri."

Entah kenapa lagi mood aja sih buat bertarung habis-habisan. Sebenarnya bisa saja aku pergi ke Heiya gitu kan, lalu berburu monster di sana.

Iya, memang bisa sih, tetapi ya begitulah, kurang seru. Lebih enak ada perasaan bahaya yang mengancam karena bukan hanya kalah kuantitas, tetapi yang kualitasnya tinggi pun ada.

Jika tidak ada tantangannya, tidak seru dong, tidak ada tegangnya sama sekali. Namanya juga berburu, harus ada tantangannya, tidak semudah itu.

"Kalau kau memaksa, aku ganti memaksa balik juga lho."

"Tidak masalah, toh sebenarnya aku bisa meminta IAI untuk mentransfernya ke akun kalian masing-masing."

"Haish… ya sudahlah, nanti kubagi rata hasilnya, memang kau ini Sin."

Tidak enakan sekali Shin itu, padahal sudah kubilang tidak apa-apa, tetapi dia malah menolakku sampai bilang untuk bisa mengancamku.

Kalau ingin mengancamku, lihat-lihat dulu bos, kecerdasan buatanku punya jangkauan satu dunia, dan aku bisa meretas akun bank milikmu untuk bisa kutransferkan balik.

Sudahlah, kau tidak akan bisa melawanku, karena kalau soal teknologi, akulah yang paling unggul di sini lebih dari Shin atau Jurai.

Namun kalau soal sihir, itu Shin, kalau soal bertarung barbar, itulah Jurai. Kami semua memiliki bidang unggul masing-masing.

Kalau soal istri kami… Kiera pada kemampuan membaca pikiran alias memprediksi masa depan juga, Aeria kemampuan penyembuh, kalau Lala… aku tidak pernah tahu, tetapi kemampuan berburunya bahkan di atasku dan Shin jika tidak menghitung soal kekuatan dewa.

"Nah, begitu lebih baik. Sejak dulu kan memang selalu begitu."

"Ya, iya, aku tahu. Karena sudah selesai semuanya, bagaimana kalau kita pulang sekarang? Makan-makan enak juga sekalian?"

"Ohhh!! Ten—"

"Ke mana semua pasukanku!!!"

Baru saja aku ingin mengkonfirmasi ucapan Shin untuk bisa makan enak, tetapi ucapanku ditutupi oleh sebuah raungan yang sangat keras dari dalam hutan.

Firasatku seketika itu langsung buruk, dan kuda-kudaku aktif. Kita pernah mengalami ini dulu. Ya, waktu itu tiba-tiba gerbang portal terbuka lagi dan Feliha ikut jadi korbannya.

Suara berat khas monster itu benar-benar membuatku sadar bahwa kejadian yang sama mungkin akan terulang lagi, walau kami tidak mengetahui siapa itu.

"Sial… apakah kejadian yang seperti waktu itu akan terjadi lagi?"

"Entahlah, tetapi dugaanku sama dan juga sama kuatnya dengan apa yang kau pikirkan."

"Musuh yang tadi lumayan banyak yang kuat dan pintar-pintar, kalau yang kali ini, kurasa tidak akan sama kuatnya apalagi lebih lemah."

Kalau monster yang mengaum itu mengatakan pasukannya, berarti setidaknya dia pemimpinnya. Oh ya, monster yang tadi kulawan setidaknya ada yang punya tingkat evolusi 16.

Monsternya sudah sama pintarnya dengan manusia, bahkan sedikit di atas rata-rata. Namun namanya monster ya monster, lemah.

Jika dibandingkan dengan manusia yang di bawah atau normal, mungkin mereka akan membantai banyak. Yahh, manusia lemah, tetapi untuk yang pintar dan kuat sepertiku, mereka mati di tanganku.

"Tebakanmu pasti benarnya Sin, mungkin bahkan monster ini bisa menjadi monster yang super kuat yang tidak pernah kita prediksi."

"Kita tidak bisa masuk kembali tanpa perencanaan, sebaiknya persiapkan diri juga peralatan terlebih dahulu."

"Kalau begitu cepat, ayo, ayo!"

Tanpa membuat kerusuhan terlalu banyak yang membuat monster itu menyadari keberadaan kami, semuanya dipersiapkan dengan cepat.

Semua yang perlu distok ulang bagiku, langsung diganti, contohnya seperti tabung gas yang dipakai untuk menjadi pendorong.

Selain itu aku juga mengganti hooknya juga talinya supaya tidak putus di tengah-tengah pertarungan nanti. Intinya persiapan dengan cepat dilakukan tanpa protes.

Untuk senjatanya, tidak usah diperhatikan, karena tidak akan rusak dengan mudah. Bahkan jika rusak, aku mampu menempanya kembali normal lagi dengan biji besi terkuat.

Ujung-ujungnya kami hanya memperlukan waktu sekitar enam menit untuk persiapan seperti memakai baru zirah, mengambil senjata, dan lainnya juga.

Kali ini ada enam orang saja, termasuk diriku. Anak-anak Shin dan Lala tidak ada di sini karena niatnya sebenarnya aku menangani semua ini solo.

Siapa pun juga tidak akan menebak bahwa portal yang seperti itu akan terbuka lagi sekarang ini. Pada akhirnya semuanya hanya bisa meneguhkan diri mereka untuk melawan monster ini.

Jumlah yang kami harus lawan tidak diketahui, kelas evolusi musuh nihil, titik kelemahan belum diindentifikasi, dan lainnya masih kosong datanya.

"Sudah siap kan? Perlukah kita menggunakan rencana yang dulu, rotasi?"

"Ingin menggunakan rencana itu yang biasa digunakan di kawanan kuantitas banyak? Tidak usah kurasa kali ini, kita maju semua kalau hanya seorang musuh saja yang ada."

"Pada akhirnya hari ini kau tetap barbar ya Sin? Aku tidak bisa menolak ucapanmu."

"Siapa juga yang harus menolak atau membantah? Langsung saja."

Baru juga melangkah beberapa puluh meter hampir seratus, aku langsung bisa merasakan perubahan pada udara tanda mananya mulai berbeda.

Pada dasarnya jika mengerti soal mana, berarti membedakan mana dan pergerakan mana juga pastilah sudah dipelajari.

"Grrr, manusia!! Sialan kalian, aku, Knortizt Raja Monster akan kembali menyerang kalian lagi. Awas saja kalian semua, rrrrghh."

"Aku kira kita akan melawannya, ternyata dia kembali."

"Tidak, itu bagus. Karena saat ini kita belum bisa menghabisi raja para monster walau dia seorang diri saja."