webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.217 Makan Malam

Walau aku sedikit memaksa Kiera untuk mengikutiku, aku melakukannya dengan hati-hati dan perlahan agar dia tidak terselip oleh hak tinggi yang dipakainya. BIsa repot kalau hak tinggi yang diberikan Lala itu rusak. Bukan karena kami merusakan barang pemberian dari Lala yang sudah pernah terpakai, tetapi karena aku tidak punya gantinya.

Dengan mengarahkan kami menuju tempat yang kulihat begitu indah, aku menuntun Kiera yang lama-lama mengikutiku tanpa bertanya-tanya lagi. Lokasi yang kupilih itu di outdoor dan berada di tepi bukit yang cukup tinggi. Pemandangan di sini akan langit malam dan tumbuhan hijau yang sudah menyatu dengan lainnya begitu indah.

"Ini… makan malam? Namun aku tidak melihat sayang merencanakan ini, bagaimana bisa? Aku sungguh penasaran."

"Cara aku merencanakan ini tidak penting, duduklah sayang."

Kiera hanya bisa menghela nafas, begitu pula denganku. Untung dirinya yang paling mengerti soal diriku dalam merencanakan segala sesuatu dengan tersembunyi. Hahaha, juga mana ada orang bisa membaca isi pikiranku, kecuali ada orang atau dewa yang memang benar-benar mampu.

Seingatku dulu pun aku belum pernah melakukan hal semacam ini bahkan sekali pun. Jadi daripada aku kehilangan kesempatan yang sudah ada tepat di depanku, aku akan mengorbankan apa pun, uang, waktu, kekuasaan, perasaan untuk Kiera. Lagipula satu senyumannya sudah mampu menghilangkan segala kecemasan dalam hatiku.

"Tempat ini… sangat indah."

"Benar bukan? Sayang, ingat bukan kalau sejak dulu kita tidak pernah menghabiskan waktu berdua sejak anak-anak sudah lahir sejak dulu?"

"Tentu saja, apakah ini adalah balasan dari apa yang terjadi di masa lalu?

Apa yang terjadi di masa lalu ya…? Jujur aku tidak ingin mengungkit lebih banyak masa laluku, tekanan yang kurasakan, depresi akan masalah. Entah kenapa dan tanpa kusadari, aku menjadi kuat mental dan menghadapi segala masalah tanpa begitu mengkhawatirkan solusinya.

Namun aku juga jadi mengingat apa yang terjadi sewaktu menemui Kiera untuk pertama kalinya. Semua kejadian itu terasa begitu cepat sampai aku lupa diri dan tidak tahu harus berbuat apalagi. Mungkin waktu itu aku stress dan putus asa, tetapi di dalam masalah-masalah itu, aku belajar untuk memberi kasih sayang kepada Kiera, juga belajar tersenyum dari anak-anakku.

Aku rindu anak-anakku… tapi menginterverensi dunia ini lebih dari ini mungkin akan berbahaya. Sejak kemampuanku atau sihir itu sebenarnya adalah terlarang, hanya buat diriku dan Shin saja, aku tahu resiko dibaliknya. Anggap saja aku seperti Necromancer, tetapi yang dipanggil manusia darah daging bukan tulang-belulang.

"Kurasa begitu, dulu aku terlalu tenggelam dalam pekerjaanku sampai aku lupa diri. Jadi aku ingin sekarang menghabiskan waktuku dengan istri tersayangku."

"Aww~ terima kasih sayang.

"Hehehe, tentu saja. Juga soal apa yang ingin kutanyakan tadi, pertanyaan itu adalah, apakah kau ingin menjelajah dunia ini bersamaku Kiera. Berdua saja, hanya aku dan kamu sayang."

Sudah kukatakan… jujur semakin aku menghabiskan banyak waktuku bersama Kiera, aku merasa kekosongan dalam diriku selama ini akan diisi oleh kasih dari Kiera. Bisa-bisa aku tenggelam bahagia dalam kasih ini hanya karena Kiera seorang saja.

Namun selama ini aku baru sadar, entah aku, Kiera, Shin, Lala, juga Jurai, selain Aeria, semua dari kami pernah merasa kehilangan seorang yang penting dalam hidup kita dan itu orang tua kita. Mungkin dalam kasusnya Kiera itu kakeknya, tetapi itu juga bisa dihitung sama karena kakek Kiera adalah seorang yang baik hati juga.

"Tentu… tentu aku ingin. Sudah lama aku mendambakan itu. Juga sejak dulu, mungkin sampai sekarang sayang selalu saja punya muka yang tertekan dan terbebani masalah. Jadi kalau kita pergi berjalan-jalan juga bersenang-senang, sayang bisa tenang dan bahagia lagi."

"Bahkan begitu pun masih memikirkanku, terima kasih sayang. Kalau begitu sebaiknya kita makan malam dulu sebelum makanan ini menjadi dingin."

"Hahahaha, oke deh."

Makan malam ini kalau mau kubilang adalah makan malam di mana aku bisa merilekskan pikiranku dari masalah. Seolah-olah, Kiera membantuku membuang beban yang harus kutanggung berlebihan itu. Aku benar-benar merasa lega dan tenang bersama dengan Kiera, istri tersayangku.

Namun kembali ke pikiran awal, aku masih saja ingin membuat garis keturunan yang lain juga. Tentu, Kiera masih belum menyetujuinya. Juga alasan tambahan dari dirinya, katanya justru dulu aku yang tidak ingin punya anak lagi, sekarang malah begini. Ya alasanku cuma satu sih, anak itu bukti nyata dari kasih sayang satu dengan yang lainnya, simpel.

"Jadi tetap saja tidak?"

"Ingin aku memukulmu heh? Sudah kubilang, jangan membandingkan nasibmu dengan Shin juga Lala."

"Heii, jangan cemburu dong, iya-iya, aku tidak akan iri lagi deh dengan mereka. Aku juga sudah cukup dengan yang ada sekarang."

Sial, aku benar-benar terpojok. Kurasa tidak ada jalan lain selain menelantarkan ide ingin punya anak lagi. Namun keputusan Kiera itu tepat apa adanya, kalau kami ingin menjelajahi dunia ini berdua, tidak mungkin bukan aku mempunyai anak lagi, sejak itu tidak bisa disebut berdua.

Ya untuk sementara aku terima saja keputusan ini, aku tidak bisa membantah ucapan Kiera kalau dirinya sudah memutuskan. Sebelum memutuskan saja sudah sulit, apalagi ingin mengganti keputusan, hahaha, aku tidak bisa membayangkan ekspresinya Kiera saat itu.

"Sayang, kau jadi semakin menarik saja setiap kali aku melihat perkembanganmu. Aku tidak mengira ketika sayang mengalami semua kejadian itu akan membuat sayang menjadi sebegini dewasanya."

"Manusia pun punya waktu untuk bisa berkembang menjadi dewasa, termasuk diriku."

Manusia tidak terlepas dari beberapa fase termasuk fase dewasa. Hanya saja, biasanya orang sulit mencapai fase dewasa di mana semua pikirannya diisi dengan hal-hal yang bermutu saja. Dibandingkan dengan fase remaja yang lebih ke arah tidak stabil, fase dewasa dapat mengontrol emosinya dengan baik pada waktu-waktu tertentu.

Selagi aku sedang berbincang-bincang dengan Kiera dan makan malam di tempat itu, aku mendapatkan sebuah email yang bisa kulihat notifikasinya dari kacamataku. Setelah meminta izin Kiera, langsung saja aku membukanya karena tidak biasa orang mengirimkanku email, juga tidak banyak yang tahu emailku.

"Huh, hasil dari rumah sakit?"

"Sudah keluar? Cepatnya… bagaimana sayang?"

"Tunggu sebentar, biarkan aku cek terlebih dahulu."

Sungguh, apa yang kulihat ini membuat seluruh badanku bergetar. Kiera yang melihat itu tentu saja khawatir akan apa yang terjadi padaku. Itu kenapa aku tidak pernah putus harapan dan menyerah begitu saja saat ada kesempatan. Kuroha, DNAnya cocok 88 persen dengan kami berdua.

"Sayang… DNA kita cocok 88 persen dengan Kuroha."

"Syukurlah… aku benar-benar terkejut saat melihat sayang tiba-tiba gemetaran begitu."

Dengan ini aku dan Kiera bisa menghadapi keturunan kami yang lain di rumah yang alamatnya sudah tercantum. Sebelum itu, aku mengirim hasil tes DNA ini kepada Kuroha dan memintanya saat dia ingin kembali ke rumahnya, aku dingin dia mengajak kami juga.

Mungkin memang terasa aneh dan kemungkinan besar keturunanku dan Kiera yang lain tidak akan menerima keberadaanku. Mungkin juga dengan tes DNA ini, mereka masih belum saja mempercayaiku dan kejadian yang sudah terjadi. Bagaimana pun itu, semuanya akan menjadi terasa begitu menyulitkan. Ini kenapa aku benci hal kompleks.

"Gemetaranku ini menunjukkan rasa bahagiaku. Tidak hanya memastikan keturunan kita, kemungkinan besar kita juga akan bisa diterima ulang oleh keturunan kita semua."

"Bagus kalau memang begitu yang akan terjadi. Lalu, kapan kata Kuroha kita bisa mengunjungi rumahnya bersama dirinya juga?"

"Dia belum melihat dan menjawab pesan dariku, kurasa dia sedang tertidur di hotel atau di mana karena kelelahan. Wajari saja."

Walau bisa, aku tidak ingin mencampuri banyak kehidupan pribadi orang lain walaupun itu keluargaku sendiri. Kalau memang mereka ingin melakukan apa yang mereka inginkan, mana bisa aku menahannya. Lagipula anak-anakku juga Kiera dulu ceria karena aku memperbolehkan mereka melakukan segala sesuatu walau akhirnya Kiera sedikit membatasi mereka.

Sebenarnya aku rindu semua orang yang ada di kehidupanku dulu, yang memang benar-benar kucintai, dan yang secara normal kusayangi. Agak sulit memang menahan diri seperti ini, tetapi itu lebih baik dari melakukan hal sembrono.

"Humm… baiklah, kita tinggal tunggu tanggal mainnya yang ditentukan Kuroha nanti. Karena kita sudah selesai makan, bagaimana kalau kita pulang sekarang sayang? Aku sudah cukup lelah."

"Baiklah, hari ini sudah cukup perginya. Sudah lama tidak pergi-pergi ya jadi begini nih, suka cepat lelah hanya karena aktif bergerak."

Makan malam ini akan menjadi titik balik di mana aku akan melakukan semua hal yang kami inginkan berdua di seluruh penjuru dunia Heresia. Dengan itu, kami akan semakin jatuh cinta walau kalau dibilang usia mental kami sudah tua sejak dulu, tetapi penampilan tubuh kami kembali ke usia muda kami.

Aku lupa memberi tahu, bahwa orang melihat kami seperti seseorang di umur 20an, usia tubuh yang baik. Beberapa alasan mendukung hal ini, tetapi kurasa tidak perlu dijelaskan sampai begitu detail karena tidak penting.

Malam itu aku pulang bersama Kiera dengan perasaan yang begitu lega dan tenang. Saat kami pulang pun, ternyata orang tua Rie sudah kembali juga, jadi kami pulang lebih larut malam. Namun seingatku aku baru pulang dengan Kiera jam 8. Ya entahlah, siapa yang peduli juga karena ini kehidupan kami.

"Sayang, kalau misal, kalau misal saja secara tidak sengaja sayang hamil lagi bagaimana?"

"Hah~ apa sayang sebegitunya ingin punya anak lagi? Namun tenang saja, aku tidak pernah lupa minum pil yang mematikan hormon, jadi itu tidak akan terjadi."

Ternyata tidak mudah ya untuk bisa membujuk Kiera, ya sudahlah, sampai dia benar-benar membuka hati, aku hanya bisa berdiam diri dalam keadaan pasif. Juga aku tidak berniat memaksa karena mempunyai anak itu keputusan dua orang, bukan salah satu pihak saja.

"Aku tahu, aku tahu, ya sudah, sebaiknya kita mandi dan istirahat, aku sudah terlalu lelah berpergian hari ini."