webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.164 Menikmati Hidup

Terlepas dari kebiasaanku berdiam diri di rumah untuk belajar dan membaca buku serta mengutak-atik rumah juga melakukan pertemuan dengan Loku, sekarang aku punya aktivitas baru yaitu pergi bersama teman-teman.

Pertemuanku dengan Keiva menyadarkanku bahwa guna apa aku menyembunyikan fakta yang selama ini tidak diketahui oleh orang lain. Mungkin aku bisa menutupinya, tetapi tidak selamanya. Ada kemungkinan bahwa nantinya fakta ini akan tersebar dan diketahui oleh orang banyak. Dibanding orang lain mengetahui lewat berita yang tersebar, lebih baik aku memberi tahu sendiri.

Awalnya aku memprediksi bahwa orang-orang akan menjauhi diriku, mengatakan hal buruk kepadaku, tetapi semua yang terjadi membuatku terkejut. Sampai terkejutnya aku entah kenapa bisa meneteskan air mata yang sebelumnya tidak bisa kuteteskan.

"Eh?"

Semua orang yang mendengarkanku apalagi yang perempuan datang mendekatiku dan memelukku erat membuat air mata semakin membanjiri mukaku. Apa ini? Kenapa aku merasa seperti ini? Apa selama ini aku sudah merasa kehilangan tempat untuk hidup?

Hidupku rasanya terpecah belah ketika aku menangis dan dipeluk oleh banyak orang sekaligus. Aku tak tahu lagi apa yang aku sedang pikirkan, rasanya seluruh bebanku perlahan menghilang begitu aku menangis. Jujur aku sudah mempersiapkan diri kalau mereka membenciku, tetapi aku tidak mempersiapkan diri untuk hal ini.

Selama ini yang aku ketahui hanyalah kegelapan kelam yang mengelilingiku sepenuhnya. Aku tidak pernah tahu perasaan sesungguhnya daripada semua orang tentangku. Mungkin ketika aku baik, mereka juga baik, tetapi entah kalau aku sudah menjadi buruk. Kejadian ini memberikan kepadaku penjelasan yang mendalam buat diriku.

"Tidak apa-apa Rie-sama, menangislah sepuasmu, kami ada di sini untukmu selamanya. Walau Rie-sama sudah berubah, tetapi kami masih menyayangimu."

"Selamanya kami tidak akan tinggalkan apalagi melupakan. Kebaikan Rie-sama akan kami balas sebaik mungkin. Rie-sama sudah berusaha keras menahan semua ini selama ini. Sekarang lepaskan semua beban itu."

"Hiks… hiks…."

Hidup… apa arti hidup? Aku pernah bertanya itu bukan pada diriku sendiri? Mungkin aku berhasil menemukan jawabannya walau hanya secuil dari seluruhnya. Hidup… adalah di mana kamu berlaku sejujurnya di tengah semua orang. Hidup tanpa keberadaan orang lain dalam duniamu sama saja tidak ada nilainya.

Semua perempuan yang memelukku membantuku melepaskan semua beban selama ini. Aku takut… aku takut kehilangan dan takut percaya kepada yang lainnya. Aku takut bahwa kalau aku berkata jujur maka aku tidak akan memiliki teman lagi.

Selama ini, selama puluhan ribu tahun lamanya aku sudah menahan semuanya ini sendiri. Bebanku selama puluhan ribu tahun tidak pernah berkurang, malah justru semakin bertambah sendirinya. Namun saat ini, semua beban itu kubuang jauh-jauh dan membuka diriku kepada terang yang selalu kuhindari dengan kegelapan ini.

"A-aku, aku sudah menahan semuanya ini sejak lama. Diriku terlalu takut kalau aku jujur maka semuanya akan hilang."

"Kami tidak akan hilang Rie-sama. Curahkanlah semua isi hatimu supaya beban hidupmu berkurang dan Rie-sama bisa ceria lagi, tidak seperti sebelumnya."

Benar, ceria. Sudah berapa lama aku tidak mendengarkan kata itu, seolah-olah kata itu hilang dalam hidupku. Walau aku sering membantu, tetapi itu diri palsuku. Kalau diri asliku? Aku jadi berpikir dan mengandai-andai, apa aku akan tetap ada kalau diri asliku muncul? Apa keberadaanku akan dilupakan kalau sifat asliku muncul?

Perasaanku sudah lama kubekap dalam kegelapan, membuatku merasa selalu takut. Bukannya hilang, tetapi sengaja kujauhkan dan kusembunyikan. Hidupku selama ini membuatku tersesat terlalu jauh hingga melupakan semua hal yang penting dalam hidupku.

Kurasa tidak ada salahnya aku menerima semua yang buruk, karena aku tahu bohong pun hanya akan meniadakan masalah sementara saja. Namun kalau aku mau menerima yang buruk, maka aku akan terlatih untuk bisa bertahan nantinya di masalah mendatang.

"Aku… aku tidak bisa menceritakannya sekarang, tetapi pada waktu yang tepat aku akan mengatakannya."

"Tentu saja, tidak masalah kok. Ingatlah selalu Rie-sama bahwa kami tak akan meninggalkanmu, jadi jika Rie-sama membutuhkan kami, kami akan selalu sedia."

"Terima kasih… aku berterima kasih dengan sangat kepada kalian semua atas pengertiannya padaku."

Sejak saat itu aku melupakan semua hal negatif yang sebelumnya aku terus pikir sampai membuatku tidak bisa istirahat dengan tenang. Aku jadi lebih mudah tersenyum dengan sepenuh hati bukan dengan paksaan.

Terkadang diwaktu senggang itulah aku bisa berpergian dengan teman-temanku yang lain. Tentu saja, kelima temanku yang sudah menjadi keluargaku tetap ada bersamaku mengikutiku. Walau kebenaran soal diriku sudah terungkap ke teman-temanku, kebenaran lain harus tetap tersembunyi.

Sebenarnya aku memberi tahu hal itu adalah hal yang sedikit berbahaya karena bukan hanya diriku saja yang bisa hancur, tetapi keluarga Akaterasu pun bisa saja hancur. Tujuan utama disembunyikan fakta ini kan sebenarnya supaya bisnis keluarga Akaterasu bisa tetap berjalan tanpa terhambat.

Namun ini kejadian satu tahun bahkan satu tahun setengah yang lalu, desas-desusnya tidak akan mempengaruhi begitu besar kepada bisnis papa dan mama. Ah… soal itu, haruskah aku tetap memaksakan diri memanggil mereka papa dan mama? Untuk sekarang sebaiknya begitu, karena selama 'Pandora Box' belum terbuka, aku tidak bisa berbuat sembarangan.

Bicara soal 'Pandora Box', entah kenapa aku merasa bahwa aku berhasil membuka kotak itu perlahan dengan mengumpulkan pecahan kunci. Hanya firasatku, tetapi aku yakin. Setidaknya ada satu, dua hal baik dalam diriku menyingkirkan ratusan bahkan lebih keraguan dalam diriku ini. Semua hal negatif kurasa juga mereda pada akhirnya.

"Senangnya bisa lepas dari tekanan."

"Tentu saja, hidup tanpa beban itu yang terbaik. Sering-seringlah berpergian dengan kami kalau itu tidak menjadi masalah buat Rie-sama."

"Tentu itu bukan masalah selama kita tidak membuat keributan. Namun aku jadi sedih, kita hampir lulus dari sekolah, tidak ada banyak waktu."

Sebelumnya aku sudah dicamkan oleh papa dan mama untuk melanjutkan perusahaan data yang mereka jalankan. Katanya aku punya kemampuan yang cukup dan akan terus berkembang seiringnya waktu. Mereka mempercayakan itu kepadaku, sebuah tanggung jawab yang begitu besar karena bukan hanya keluarga Akaterasu, tetapi satu negara ini yang harus aku tanggung semua informasi sangat rahasia milik pemerintah.

Mengetahui itu memang membuatku sudah berpikir setelah lepas dari beban yang satu, beban yang lain membuatku tertekan lagi. Satu hal yang membuatku terus berjalan walau masalah juga mengiringi, yaitu ke mana aku pergi melangkah, suatu saat bahagia dan senyum akan ada untuk meringankan beban dan mengembalikan semangatku lagi.

"Sedikit disayangkan, tetapi tidak apa. Mungkin nanti setelah lulus kita bisa berpergian lagi walau tidak bisa sefleksibel ini. Kita bisa atur kapan kita akan bertemu dan pergi bersama. Semoga saja sih tidak ribet apalagi untuk Rie-sama."

"Hahaha, terima kasih sudah mau peduli denganku. Walau aku sibuk, pasti aku akan sempatkan untuk main-main bersama kalian."

"Baguslah kalau begitu, tetapi jangan memaksakan diri hingga mengorbankan sesuatu yang penting lho Rie-sama."

"Iya, iya, aku tahu kok, hahaha."

Senyum, tawa, canda, sedih, depresi, marah, kesal, tangis, tekanan, semua itu sudah pasti jadi bagian dari hidup. Masih ada banyak hal lain yang akan mengisi kehidupan siapa pun itu. Namun hidup layaknya pelangi, pelangi itu indah, tetapi harus melalui proses lama termasuk hujan dan petir supaya pelangi itu terbentuk.

Hidupku sudah berhasil melewati malam dengan hujan dan petir, dan sekarang aku menyambut fajar dengan pelangi yang begitu indahnya menghiasi seluruh dataran bernama 'Kehidupan Rie'. Sampai aku berhasil menemukan tujuan asliku, aku akan gunakan nama Rie untuk terus memiliki alasan melangsungkan hidup.

"Uhh, hari sudah malam saja. Aku harus pulang dulu atau kena omel orang tuaku nanti. Sampai jumpa semuanya, kita akan bertemu lagi lain waktu. Jangan bersedih ya, Rie-sama, berserilah!"

Mungkin aku sekarang tahu bagaimana cara membantu sesamaku dengan cara selain yang biasanya aku lakukan. Kalau yang biasa aku lakukan adalah mengorbankan diri, sekarang cara yang sedang kulakukan adalah hidup dengan mengikuti arus kebahagiaanku maka orang lain juga akan merasakan dampaknya walau tidak langsung.

Memang bukan aku yang punya dampak besar, tetapi nama keluarga Akaterasu sebagai salah satu keluarga fraksi besar di negara ini dan salah satu tiang penopang dunia ini. Namun setidaknya aku masih menanggung nama ini dan dengan cara baruku, aku akan menolong semua orang dengan cara ini.

Aku jadi berpikir, kalau misal aku dengan kebiasaanku hanya bisa mencakup daerah kecil yang mengenalku dengan dekat, bagaimana kalau aku mencoba meraup wilayah seluas-luasnya? Entah bagaimana caranya, itu akan kupikirkan nanti. Namun aku juga akan melakukan itu untuk membuat diriku sendiri bahagia.

"Baik, baik. Selamat malam semuanya, sampai jumpa besok di sekolah."

Aku pernah berkata bahwa tubuhku memanglah android yang tak kenal lelah, tetapi otakku tetaplah otak manusia biasa. Tubuh boleh tidak lelah, tetapi pikiran bisa cepat lelah. Kebahagiaan membuatku cepat lelah juga sama seperti tekanan membuatku lelah. Itulah kenapa begitu aku kembali, aku langsung buru-buru beres-beres dan istirahat.

Hidupku sekarang sudah jauh lebih baik daripada puluhan ribu tahun yang lalu. Aku sekarang lebih menikmati hidupku dengan penuh tawa dan keceriaan. Masa suramku sudah berlalu, ribuan tahun itu sudah kuhempas jauh setiap hal buruknya dan kuambil hal bagusnya saja contohnya tentang sihir. Tidak mungkin aku bisa menjauhkan sihir dariku karena itu penting.

Esensiku sebagai penyihir tidak hilang walau selama ini aku tidak menggunakan sihir sama sekali. Satu, tidak ada alasan untuk menggunakannya. Dua, pemakaian sembarangan sama saja mencari masalah yang sukar diselesaikan. Tiga, sekarang sihir tidak dapat digunakan di tempat yang mananya berkurang secara konstran, itu akan merusak tatanan lingkungan.

Apalagi diriku adalah seorang dewa, menyingkirkan sihir sama aja membuatku mati tak bisa berbuat apa pun ketika aku terpojokkan masalah yang membutuhkan kemampuan lebih dari manusia biasa. Yah itu sih urusan nanti, saat tertentu dan darurat saja.

"Yang penting aku terus tersenyum bahagia dan lepas, hehehe."