webnovel

Bab 32

Beberapa bulan, Nara melalui hubungannya dengan Alvin, selama itu pula mereka bisa dikatakan jarang bertengkar. Namun, sekalinya bertengkar terkadang sulit untuk dikendalikan, bahkan untuk memulai baikan pun susah. Seperti saat ini, mereka sedang berdebat.

"Kamu emang sengaja gak bilang ke aku kan, biar kamu bisa jalan sama cowok lain?" Tuduh Alvin pada Nara.

"Kamu apaan sih? Aku gak jalan sama cowok lain, aku cuma gak sengaja ketemu aja." Ucap Nara tak terima.

"Tapi kamu jalan kan, sama Rayhan? Ga usah bohong." Kata Alvin.

"Aku cuma ketemu dia aja Vin, karena udah malam jadi dia anterin aku pulang." Jelas Nara.

"Kamu bisa telpon aku, kenapa gak minta aku jemput aja?" Tanya Alvin.

"Yaudah, aku minta maaf." Ucap Nara pasrah.

Alvin melembutkan tatapan nya pada Nara.

"Jangan bikin aku cemburu kaya gini ya sayang. Aku bener-bener takut kehilangan kamu." Ucapnya seraya memeluk Nara.

"Maafin aku." Ucap Nara pelan.

Alvin melepaskan pelukannya.

"Gak papa. Aku gak marah kok, cuma cemburu aja, kesel juga sih." Ucap Alvin lembut. Nara tersenyum tipis.

Bohong.

Nara memang sedang berbohong pada Alvin, nyata nya tadi malam ia memang jalan-jalan dengan Rayhan. Namun, itu bukan kemauannya, melainkan paksaan dari Rayhan.

Dia takut untuk berkata jujur pada Alvin. Dia tidak ingin menyakiti perasaan lelaki itu, Alvin begitu baik padanya.

"Sayang?" Panggil Alvin membuyarkan lamunan Nara.

"Hm, kenapa sayang?" Tanya Nara.

"Jalan yuk." Ajak Alvin sambil menggenggam tangan Nara.

"Boleh deh yuk. Aku mandi dulu ya. Soalnya dari tadi pagi belum mandi padahal sekarang udah siang." Ucap Nara lalu berlalu menuju kamarnya, setelah mendapat anggukan dari Alvin.

Alvin memandang punggung Nara yang semakin menjauh.

"Kamu mulai bohong, Ra!" Ucap Alvin pelan.

Alvin tau jika Nara sedang berbohong pada nya. Dia akan menunggu sampai kapan Nara berbohong padanya.

Flashback On.

Alvin sedang memainkan game nya, tiba-tiba ada pesan WhatsApp masuk. Dia mengira pesan itu dari Nara, tapi ternyata bukan. Isi pesan itu mengatakan jika kekasihnya sedang keluar dengan Rayhan.

"Rayhan siapa sih? Setau gue yang namanya Rayhan cuma cowok yang tiap liat gue sama Nara selalu keliatan kaya orang marah. Masa iya cowok itu?" Gumam Alvin.

Belum sempat Alvin membalas pesan itu, sudah masuk satu pesan lagi yang mengirimkan sebuah foto, dimana Nara sedang makan disebuah restoran.

Alvin yang tidak percaya dengan foto itu, segera mengirim pesan pada kekasihnya. Sebenarnya, di foto itu sudah terlihat jelas wajah Nara.

Dan yang membuat Alvin semakin kecewa, Nara membalas pesannya dengan jawaban sedang tiduran dikamar, dan saat Alvin mengajaknya untuk video call Nara menolak dengan alasan belum mandi. Padahal biasanya tidak peduli, entah itu sudah mandi atau belum, bahkan bangun tidur sekalipun.

Alvin hanya membaca pesan dari Rayhan, dia juga tidak tertarik untuk membalas pesan dari lelaki itu.

Keesokan harinya, Alvin berniat mencari Rayhan. Dia sengaja berangkat ke sekolah terlebih dahulu untuk menemui Rayhan.

"Lo nyari gue?" Alvin menoleh ke sumber suara. Ada seorang lelaki berdiri di belakangnya dengan wajah datar.

"Lo Rayhan?" Tanya Alvin.

"Iya." Jawab Rayhan singkat.

"Ikut gue!" Ucap Alvin dan berjalan mendahului Rayhan. Dengan senyum miringnya, Rayhan mengikuti langkah Alvin menuju perpustakaan yang masih sepi, karena ini masih sangat pagi.

"Maksud lo apa ngajak cewek gue jalan?" Tanya Alvin to the point.

"Pengen aja." Jawab Rayhan santai.

"Pengen? Apa gak bisa sama cewek lain?" Tanya Alvin.

"Gue mau nya sama Nara gimana dong?" Tanya Rayhan dengan menampilkan wajah polosnya.

"Lo tau kan, Nara cewek gue? Harusnya lo hargain perasaan gue sebagai cowoknya Nara. Cewek masih banyak, bro. Jadi jangan ngrebut cewek gue." Ucap Alvin dingin.

Rayhan tersenyum miring.

"Cewek emang banyak. Tapi kalo maunya gue sama Nara gimana? Asal lo tau Vin, Nara masih ada rasa suka sama gue!" Ucap Rayhan dengan penuh percaya diri.

"Suka?" Tanya Alvin bingung.

"Lo gak di kasih tau sama Nara? Dia pernah suka sama gue, boy!" Jawab Rayhan tersenyum sinis.

"Itu dulu kan? Sekarang Nara jadi cewek gue, otomatis rasa suka dia ke lo, udah berpindah ke gue." Ucap Alvin.

"Segitu cepatnya? Dia baru berantem sama gue, dan setelah itu jadian sama lo. Yakin gak cuma di jadiin pelampiasan aja, bro?" Tanya Rayhan sinis.

Alvin mengepalkan kedua tangan nya. Faktanya memang benar. Dia baru mengenal Nara beberapa minggu, tapi dengan mudahnya dia jatuh cinta pada gadis itu. Dan Nara juga dengan mudahnya menerima dirinya sebagai pacarnya.

"Sekarang lo pikir deh, cewek itu biasanya susah move on, dan gak menutup kemungkinan Nara juga kaya gitu, tapi lo dengan bangganya pamerin dia sebagai pacar lo. Apakah dalam waktu singkat Nara bisa hilangin perasaan dia ke gue?" Tanya Rayhan dengan masih menunjukkan senyum miringnya.

"Terus mau lo apa?" Tanya Alvin datar.

"Mau gue. Lo putusin Nara dan dia akan jadi pacar gue." Jawab Rayhan penuh penekanan.

"Lo gila?!" Sentak Alvin.

"Gue gila karena Nara." Ucap Rayhan santai.

"Kalo lo suka sama Nara, kenapa gak dari dulu lo pacarin dia? Kenapa giliran gue pacaran sama dia, dengan tanpa berdosa nya lo nyuruh gue untuk putusin dia. Mikir pake otak, bro?!!!" Ucap Alvin dengan penuh emosi.

Rayhan terdiam. Dia juga tidak tau kenapa bisa dengan mudahnya dia menyuruh lelaki bertubuh tinggi yang sekarang berdiri di depannya untuk memutuskan Nara.

"Atau jangan-jangan lo dulu nyakitin Nara dan sekarang lo nyesel karena Nara jadi pacar gue? Dan lebih parahnya lagi, lo baru sadar kalo lo suka sama Nara? Iya?!!!" Ucapan Alvin begitu menohok hati Rayhan.

"Kita bersaing secara sehat! Kalo Nara bener-bener masih ada rasa sama lo, gue akan lepasin dia. Tapi kalo dia udah gak suka sama lo, jangan sekali-sekali lo berani ganggu hubungan gue sama dia lagi!" Ucap Alvin lalu pergi meninggalkan Rayhan.

Flashback Off.

"Aku udah selesai, yuk pergi." Ajak Nara, setelah dia kembali dengan memakai celana jeans hitam dan atasan warna biru.

Alvin memandang gadis cantik di hadapannya ini. Dia tersenyum.

"Cantik banget."

"Vin?" Panggil Nara.

"Iya sayang? Kenapa?"

"Jadi jalan gak?" Tanya Nara.

"Jadi dong, yuk!" Jawab Alvin sambil menggandeng tangan Nara.

---

"Ih Minggu depan kamu udah wisuda ya, cepet banget perasaan kaya baru kemarin kita kenal, terus baru juga ujian dapat satu ruangan ya?" Kata Nara.

"Iya." Jawab Alvin singkat.

Nara merasa aneh dengan sikap Alvin, jika biasa nya laki-laki itu selalu melontarkan candaan nya, kini ia hanya diam dan fokus pada jalanan.

"Vin?" Panggil Nara.

"Hm." Sahut Alvin.

"Kamu kenapa?" Tanya Nara.

"Gak papa. Emang aku kenapa?" Tanya Alvin balik.

"Kamu beda hari ini." Jawab Nara.

"Aku gak papa. Cuma lagi malas ngomong aja." Ucap Alvin.

"Kamu masih marah ya sama aku?"

"Enggak. Udah kamu diem deh, aku lagi fokus nyetir ini."

Nara yang semula ingin menjawab ucapan Alvin, memilih diam setelah mendengar nada dingin dari ucapan Alvin.

---

"Turun sayang." Ucap Alvin lembut setelah membukakan pintu mobil untuk Nara.

"Makasih Vin." Ucap Nara tersenyum.

"Sama-sama. Kita mau ngapain dulu nih?" Tanya Alvin sambil berjalan masuk mall dan menggandeng tangan Nara.

"Aku mau beli barang-barang couple sama kamu." Jawab Nara antusias.

Alvin tersenyum. "Yuk, aku juga mau."

Nara mengajak Alvin menuju toko sepatu terlebih dahulu, mereka sibuk memilih sepatu yang cocok dengan selera dan ukuran kaki mereka. Sebenarnya, bukan mereka yang memilih melainkan hanya Nara, Alvin hanya mengikuti setiap langkah kaki Nara.

"Yang ini bagus kayanya yang." Usul Alvin sambil memegang sepatu berwarna merah.

"Jangan, warna nya terlalu menyala gitu, aku gak suka." Ucap Nara.

"Iya sih, aku juga gak suka sama yang terlalu menyala kaya gini." Ucap Alvin membenarkan ucapan Nara.

"Nah, ini kaya nya bagus buat kita." Ucap Nara dengan mata berbinar. Dia memberikan sepatu untuk ukuran cowok pada Alvin, agar lelaki itu mencoba nya.

"Bagus sayang, yang ini aja." Ucap Alvin.

"Iya ya. Yaudah yang ini aja deh." Ucap Nara setuju. Hingga mereka menemukan sepatu berwarna abu-abu putih.

"Lanjut, kita cari baju." Ucap Nara. Alvin terkekeh melihat keantusiasan kekasihnya, dia merangkul bahu Nara dengan sesekali mengecup pelipis Nara.

"Kamu mau pake baju couple kaya gimana Vin?" Tanya Nara saat mereka telah sampai di toko baju, tentunya.

"Baju ini." Jawab Alvin sambil menunjukkan sepasang baju untuk bermain sepak bola.

Nara menunjukkan wajah datarnya, sedangkan Alvin tertawa.

"Aku mah, ngikut kamu aja sayang." Ucap Alvin lembut.

"Serius ya terserah aku?"

"Tapi ya jangan yang terlalu cewek gitu."

"Enggak. Udah kamu nurut aja."

Setelah memilah-milih baju dan berakhir tidak menemukan yang cocok, mereka lebih memilih untuk mencari makan.

"Aku makan salad aja." ucap Nara.

"Kenapa?"

"Aku lagi diet." Jawab Nara dengan cengiran khas nya.

"Diet terus!"

"Ih, orang baru kali ini."

Alvin menghembuskan napas pelan.

"Oke deh."

---

"Huh, panas." Gumam Nara pelan. Karena hari ini hari senin, otomatis sekolah mengadakan upacara bendera. Dan entah mengapa, pagi ini panas matahari terasa sangat menyengat kulit.

"Muka lo pucet banget deh, Ra." Ucap Sena sangat pelan.

"Biasa Sen, kan panas." Bisik Nara.

"Gue cariin kak Alvin ya." Ucap Sena.

"Jangan gila!" Ucap Nara.

"Muka lo makin pucet Ra." Bisik Risna. Nara hanya diam.

Tak lama setelah itu, Nara benar-benar pingsan dan jatuh menubruk tubuh Risna. Iqbaal yang berada didepan mereka langsung menggendongnya dan pergi ke UKS.

"Tolongin dia!" Ucap Rayhan datar pada petugas PMR.

"Dia belum sarapan baal, itu yang menyebabkan dia pingsan, di tambah sinar matahari yang panas juga." Jelas Dinda, salah satu petugas PMR.

Rayhan merogoh saku celananya.

"Beliin dia makanan yang sehat, kalo di kantin ada bubur ya beliin bubur. Minumnya teh anget." Ucap Rayhan sambil menyodorkan uang berwarna biru pada Dinda.

"Oke!" Kemudian Dinda dan kedua temannya melangkah keluar meninggalkan UKS.

Rayhan menatap lekat mata Nara yang masih terpejam.

"Nih, baal!" Ucap Dinda dengan membawa nampan berisi bubur dan segelas teh hangat.

"Thanks. Lo boleh keluar!" Ucap Rayhan datar. Dinda mengangguk.

Tak lama, Nara mulai membuka matanya, dia memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

"Lo gak papa?" Tanya Rayhan.

"Gue gak papa." Jawabnya pelan.

"Lo harus makan dulu." Ucap Rayhan mengambil mangkok berisi bubur dan akan menyuapi Nara.

"Sayang, kamu.... Oh udah ada yang nemenin ya, yaudah." Alvin tersenyum kecut dan pergi meninggalkan UKS.

---