webnovel

Rasaku Paripurna

"Bahagia dan kecewaku memang tak selalu tentangmu, tapi mengapa goresan luka yang ada selalu karena ulahmu. Entahlah, ini aku yang bodoh atau memang kamu yang tak mengerti." Rasanya aku ingin pergi tapi saat kamu meminta maaf dan menyadari kesalahan disaat itu aku merasa bingung harus memilih pergi atau menanam harapan.

nurhana · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Bukan kali pertama

Aletta kebingungan dengan sikap aneh Gesang hari ini meski ini bukan yang pertama kali baginya, tapi dihatinya ia merasa sedikit senang karena sudah lama ia merindukan tingkah Gesang yang saat ini.

"Tuhan, tolong katakan padaku bahwa aku hanya takut kehilangan bukan dia yang hilang atau berubah."

-Aletta Zefmora-

Hari menjelang malam, Aletta sedari tadi hanya menonton film yang ia suka sambil sesekali memeriksa hpnya. Taulah ya nunggu apa. Yap, notif dari Gesang, sejak siang tadi semenjak Gesang pergi belum ada notif dari Gesang. Ini juga mungkin bukan kali pertama, tapi Aletta selalu menunggu. Baginya ia hanya butuh kabar saat mereka tidak bersama meski hanya sepatah kata, baginya yang ia inginkan tidak berat.

Bukannya Aletta gengsi buat ngechat atau ngabarin duluan, Aletta udah chat bahkan call Gesang buat ngingetin makan atau mandi, ya perhatian kecil yang selalu ia berikan pada Gesang.

"Hish, Gesang kok belum ngabarin si?" Ucapnya sambil melihat layar hpnya.

***

Ditempat lain,

Gesang sedang asik bermain golf bersama... wait-wait sama cewe, wow.

"Lo bisa ga sih Key, haha!" Ucap Gesang menertawai gadis yang tak tepat sasaran memukul bola golf.

"JANGAN KETAWA, GESANG!" Seru Keysa (Sahabat kecil Gesang).

"Habisnya lo lucu aja, anjir haha!"

"Yaelah gue juga tau kalo gue lucu dari kecil, makanya dulu lo suka." Keysa tertawa dengan ucapannya sendiri.

"Apaan si lo! uda buruan lagi!" Ucap Gesang.

Keysa dan Gesang melanjutkan aktivitas mereka dengan saling bercanda tawa.

Beberapa waktu kemudian mereka selesai.

Gesang menunggu Kesya beeganti pakaian sambil berjalan ke parkir.

"GESANG TUNGGUIN!" Teriak Keysa dari kejauhan, gajauh si padahal ya cuma 20 meter lah. Mendengar teriakan sahabatnya itu, Gesangpun berhenti dan memilih menunggu.

Keysa pun berlali lalu menggenggam lengan Gesang. Ya bagi mereka itu hal biasa dalam persahabatan mereka, terlebih mereka bersahabat sejak kecil.

"Makan dulu ya baru pulang." Ucap Keysa.

"Yang penting lo trakir gue ndut!"

"Apa? Ndut?!"

"Iya, lo kan gendut Keysa!" Ledek Gesang.

"Gila lo! bb gue tu lima lima tinggi gue seratus enam puluh. GA GENDUT POKOKNYA!" Tepis Keysa.

Gesang menaikkan satu alisnya sambil melirik kearah Keysa "Kenyataannya?"

"Aww." Gesang merasakan ada tangan yang mencubit pundaknya.

"Sukurin lo!" Keysa pun berlari menjauhi Gesang.

Skip,

Gesang dan Keysa sedang menyantap makan malam di restoran seafood kesukaan Keysa.

Keysa memakan lahap lobster beeukuran jumbo didepannya, Gesang yang melihatnya pun tertawa karena pipi Keysa yang belepotan.

"Nih tisu!" Gesang memberikan tisu kepada Keysa, membuat Keysa memberhentikan makannya sejenak.

"Usappin dong." Keysa dengan sengaja memajukan wajahnya.

"Manja lo!" Gesangpun tidak menggubris lalu melanjutkan makannya.

"Anjir, Gesang ga romantis!"

"Apaan si, uda habisin tu lobster!" Sepertinya Gesang sedikit risih dengan ucapan Keysa.

Selang beberapa menit merekapun selesai lalu kenbali kemobil dan melaju pulang ke rumah Keysa terlebih dulu.

Di perjalanan,

"Oh iya ni hp lo!" Keysa menyodorkan hp milik Gesang ekmbali pada pemiliknya.

"Heem." Gesang pun langsung menyautnya.

Jadi gini, Keysa punya aturan tersendiri kalo pas Gesang lagi main sama Keysa, gaboleh main hp atau apalah biar ga ganggu quality time mereka katanya.

Skip,

Udah sampai dirumah Keysa.

"Ga mampir?"

"Ga, gue mau ada acara." Tolak Gesang ngasal, padahal gaada acara.

"Wih acara apa? pasti seru, ikut dong." Pinta Keysa.

"Ni anak ada aja maunya." batin Gesang.

"Duh, gabisa urusan cowo ini ma." Jawab Gesang.

"Biasanya juga gue diajak."

"Ng-ga ga gabisa uda sana gue buru-buru." Ucap Gesang.

"Yaelah gitu aja gaboleh. Yauda baiii!" Keysapun beranjak turun dari mobil Gesang.

Setelah itu Gesang melaju meninggalkan rumah Keysa.

"Keysa ada aja maunya, nyusahin tapi gimana sahabat." Gumam Gesang.

Entah ada apa Gesang memberhentikan mobilnya ditepi jalan.

Gesang menyalakan ponselnya smyang sengaja dimatikan.

"Ting, ting, ting." Suara notifikasi muncul.

Terlihat jelas 5 notif calling dan 10 pesan dari Aletta.

"Maafin aku sayang." Lirihnya saat melihat notif itu.

Gesang menelpon Aletat karena ia merasa bersalah karena membuat Aletta menunggu.

"Nut, nut, nut." Namun rupanya panggilan tak terjawab. Ia mencoba beberapa kali dan hasilnya tetap sama.

Ia melihat jam yang tertera masih menunjukkan pukul 20.20 dan menurutnya Aletta belum tertidur.

***

Di tempat Aletta,

Aletta menonton film sambil memikirkan dimana keberadaan Gesang. Dering ponselnya beberapa kali berbunyi. Tapi kali ini ia rupanya memang sengaja tidak menggubris telephon dan pesan dari Gesang.

What, kenapa?

Flashback, jadi beberapa menit yang lalu Aletta tanya sama temen-temen Gesang, dia tanya apa Gesang lagi sama mereka dan mereka jawab kalo ga sama Gesang dari tadi.

"Kamu kemana si?"

"Kenapa harus boong?!"

"Kemana kamu tu Gesang!" Gumam Aletta sedsei tadi.

Rupanya kali ini ia sesang sensitif tiba-tiba air matanya berkaca-kaca, yang dipikirannya saat ini adalah kenapa Gesang harus boong.

"Aku tu ga pernah ngekang dia, dia itu bebas asal tau batas. Dia bilang ga bole boong tapi apa? dia aja boong kaya gini." Ucapnya diringi airmata yang bercucuran.

Aletta mengusap kasar air matanya "APAAN SI TA, CENGEN BANGET LO!" ucapnya pada diri sendiri.

Menangis? ini bukan untuk yang pertama kali baginya ini sudah untuk yang kesekian kali, ia selalu menangis saat kawatir, kecewa, sakit, emosi, baginya menangis membuatnya lega tapi ia selalu mengingatkan dirinya untuk tidak menangis. Ya tapi gimana lagi gabisa ditahan.

"Aelah cengeng banget si lo!" Ia selalu menangis sambil memaki-maki dirinya sendiri, entah apa untungnya haha.

Ia masih melanjutkan menonton film sambil terus menangis. Air matanya tak begitu deras tetapi suara senggukannya menandakan kecewa yang mendalam. Untuk yang kesekian kali ia menangisi kekasihnya yang terkadang bersikap aneh seolah tak pernah ada apa-apa, seolah ia tak pernah membuat kesalahan tapi dilain sisi kekasihnya selalu meminta maaf tanpa alasan entah ia sadar atau hanya sebatas kata yang tak sengaja terucap.

Jika ada yang bertanya mengapa tidak diakhiri saja. What?! Mengakhiri?! Bagi Aletta itu bukan lah sebuah solusi yang tepat em atau mungkin memang cinta telah membutakannya. Terkadang saat kita terlalu cinta maka cinta akan membutakan kita dari kecewa dan luka, sebab apa? Sebab bagi orang yang telah jatuh terlalu dalam mengakhiri bukan lah solusi, untuk luka dan kecewa yang telah mereka rasakan obatnya selalu ada di si pembuat luka, bahkan ketika sedang terluka melihatnya kembali perhatian mendengarnya meminta maaf sudah membuat segala luka dan kecewa sirna. Sesimple itu bukan? haha, coba rasain sendiri gimana dibutakan cinta.