webnovel

"Partner Misi"

"Lanna!"

Alanna menoleh ke belakang dan menemukan Thea yang tengah berlari kecil ke arahnya.

"Lo berangkat sama Kak Raka lagi?"

"Yoi. Tapi dia bawa mobil gue."

"Kenapa bisa?"

"Berangkat bareng, motornya mogok."

"Oalah," jawab Thea yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Wajahnya tampak berseri-seri.

"Ternyata Kak Leon udah punya pacar."

'Lah? Kenapa dia keliatan seneng-seneng aja? Bukannya si Thea suka sama Kak Leon?'

"Trus lo kenapa malah happy? Bukannya lo suka sama dia?" tanya Alanna bingung.

"Gue udah memutuskan kalo mulai dari sekarang, gebetan gue adalah Kak Raka!" Jawab Thea bersemangat.

Hening.

Alanna melongo mendengarkan jawaban Thea yang tampak percaya diri ini.

"Jadi, lo suka sama si Raka sekarang?"

"Iya," jawab Thea cepat dengan anggukan semangat. "Lo liat kan Kak Raka respon gue pas di kantin?"

Alanna ingin sekali mengumpat karena Thea terlalu polos dan bodoh. 'Padahal kemaren si Kak Antoni udah kasih tau dia.'

"Gak apa-apa kan kalo gue suka sama si Kak Raka? Kan lo bilang lo gak suka sama dia."

"Tanya aja dia nya mau sama lo apa nggak."

Thea mengerucutkan bibirnya. "Kok jadi lo yang galak sih Lan? Gue kira lo bakalan nge support gue kalo gue suka sama si Kak Raka."

Alanna menghela nafasnya. "Gue bukannya gak nge support lo sama si Raka, tapi emang bagusnya lo langsung nyatain perasaan lo sendiri sama dia. Kalo ternyata perkiraan lo bener dia suka juga sama lo, baru gue dukung."

"Ya udah deh, gue bakal coba bilang sama Kak Raka kalo dia beres latihan."

"Boleh."

"Tapi lo gak suka kan sama dia?"

"Mana bisa gue suka sama cowok jutek modelan dia? Ngarang lo. Gue cuman tetanggaan doang gak lebih."

"Baguslah.."

~¤~

Jam istirahat tiba, tapi Alanna sedang enggan pergi ke kantin. Entahlah, mungkin karena sakit perut yang ia rasakan sejak jam pelajaran berlangsung.

"Jadi lo gak akan ikut gue ke kantin ya? Ikut dong plis, gue yang traktir deh," ajak Thea sedikit memaksa.

"Thea, lo liat gue sekarang kan? Buat berdiri aja susah apalagi buat jalan ke kantin. Lo pergi sendiri aja, gue gak bakal istirahat di luar kelas."

Thea akhirnya pergi meninggalkan Alanna sendiri di dalam kelas dengan sedikit kesal.

"Gak mikir, bukannya nawarin mau beliin gue apa, malah marah-marah. Gila," umpat Alanna yang tidak biasanya ia begitu.

Ternyata Thea melakukan hal demikian karena ia ingin berada di meja Raka dan kawan-kawan seperti kemarin.

Dalam suasana heningnya, suara sepatu yang melangkah ke arah ruang kelas Alanna terdengar dengan jelas. Tapi cewek yang tengah berada di dalam kelas sendirian itu memilih mengabaikannya.

"Heh, lo gak ke kantin? Sakit lo?" Suara Raka terdengar di sampingnya.

Alanna mulai menoleh ke arah kanan dengan mata yang terbuka. Memang benar, Raka tengah berdiri di depannya dan mereka bertatapan satu sama lain.

"Lo bawa apa itu?"

"Buka aja sendiri."

"Lo gak istirahat bareng temen-temen lo?"

Raka menggeleng. Setelah memberikan kresek berisi makanan yg ia bawa dari kantin tadi, Raka menarik salah satu kursi di belakangnya untuk ia duduki tepat berhadapan dengan Alanna.

"Lah? Lo bawain ini buat gue maksudnya? Atau buat lo juga?"

"Lo. Gue gak lapar," jawab Raka seraya membuka ponselnya dan fokus dengan benda berukuran kecil tersebut.

"Lo udah makan?"

"Hm."

"Makasih Ka. Tapi, ngapain lo bawain gue pembalut juga? Gila lo ya."

"Temen lo bilang lo gak bisa ikut ke kantin karena sakit perut. Siapa tau sekarang jadwal lo haid kan."

'Bener juga.. si Raka ini emang gila dan nyebelin sih, tapi perhatian juga..'

Alanna menarik nafasnya. "Ya udah, makasih udah bawain gue pembalut juga."

"..."

Saat memakan batagor yang sudah dikemas dalam kantong plastik, Alanna juga memikirkan apakah Thea sampai senekat itu dengan mendatangi meja Raka dan teman-temannya padahal ia sedang tidak bisa ikut ke kantin juga?

"Raka."

"Apa?"

"Temen gue tadi datang ke meja lo?"

"Nggak. Si Rendy nanyain lo."

"Oh ya?"

"..."

"Btw, Thea juga bilang sama gue kalo dia suka sama lo."

"Oh."

"Lo suka sama dia juga kan?"

"Amnesia lo?"

Alanna mencebikkan bibirnya. "Bukan gitu, gue cuman make sure, siapa tau sekarang lo udah berubah pikiran lagi karena gue kasih tau lo dia suka sama lo," terangnya panjang lebar.

"Mau dia atau siapapun yang suka sama gue atau gak suka sama gue, gak bakal ada pengaruhnya. Gue bersikap baik gini sama lo, karena lo bilang lo butuh gue buat diajak kerjasama kan?"

"Iya sih."

"Makanya hal-hal sepele kayak gitu sama sekali gak masuk otak gue."

Entah kenapa tapi Alanna merasa sedikit lega. Ia hanya berpikir jika sampai Raka menyukai Thea balik dan mereka berpacaran, pasti hal tersebut akan sangat menyulitkan misi mereka untuk mengungkap siapa orang misterius yang sudah melakukan pembunuhan itu.

"Teman-teman lo gak nyari lo karena lo datang ke kelas gue?"

"Ngapain nyari, mereka semua mandiri gak kayak lo."

"Kan lo datang kesini bukan karena panggilan gue," balas Alanna membela diri.

"Iya, tapi gue tau lo butuh."

"Kalo gak butuh?"

Raka berdiri dari duduknya tapi Alanna menarik baju kemeja sekolah cowok itu dengan cengengesan. "Maaf, gue butuh lo kok. Yakali gue gak butuh lo."

Raka kembali duduk di kursi yang tadi ia tempati.

"Gimana kalo temen-temen lo pada nyangka, kalo kita beneran pacaran?"

"Gak gimana-gimana tuh."

"Yakin lo gak akan keganggu?"

"Emang lo terganggu?"

"Nggak lah."

"Bukannya kita emang udah disangka pacaran sama anak satu sekolah?"

"Iya sih."

Hening.

"Jadi lo gak akan dicari temen-temen lo kan?"

Raka hanya mengangguk dan kembali diam tidak menanggapi.

Jika diingat-ingat, 3 bulan setelah mulai masuk sekolah, Freya akan datang ke rumahnya untuk main, dan pertemuan pertama antara Freya dan Raka akan terjadi.

Alanna harus memikirkan cara, agar Freya tidak membuatnya berjanji untuk tidak menyukai Raka lagi. Besar kemungkinan Alanna akan melanggar janjinya sekarang karena mereka diharuskan terus bersama-sama meski untuk sebuah misi.

Tidak terasa bel masuk mata pelajaran kembali berbunyi, Raka langsung melengos pergi tanpa berpamitan atau mengatakan sepatah katapun pada cewek di sampingnya tadi.

"Untung gue udah terbiasa sama sikap kakunya si Raka," Alanna mengelus dadanya sendiri.

Setelah Raka pergi, ia memandangi pembalutnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Satu sisi Alanna memang tidak suka karena sikap Raka yang tidak bisa ia mengerti, tapi di sisi lainnya ia juga tersentuh saat Raka dengan sengaja membawakan ia makanan dan pembalut karena menyangka ini akan menjadi hari pertama Alanna datang bulan.

"Lanna!"

Spontan Alanna menengadahkan kepalanya. Ia menemukan sosok Thea yang tengah melangkah mendekat ke arahnya. Dengan terburu-buru tangan Alanna memasukkan pembalut tersebut ke dalam saku rok abu nya.

"Katanya lo gak pacaran sama si Kak Raka dan cuman tetanggaan doang, tapi kok Kak Raka nyamperin lo ke kelas sih?! Lo pasti bohong kan soal gak ada hubungan sama dia?!"

Pertanyaan Thea membuat Alanna menjadi pusat perhatian teman-teman kelasnya yang lain.

Sontak hal itu membuat Alanna kelayapan, ia agak gugup untuk menjawab pertanyaan ini karena ia berpikir tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya.

Beruntung Bu Sri datang ke kelas dengan cepat dan mereka melanjutkan pembelajaran setelah istirahat.

Selama pembelajaran berlangsung tidak ada satupun antara Alanna dan Thea yang membuka obrolan.

'Lagipula kenapa gue harus merasa terintimidasi oleh cewek yang bahkan gak punya hubungan apa-apa sama si Raka?'

"Alanna, tolong kerjakan contoh soal ini di depan. Ibu ada kepentingan ke belakang. Biasanya saat kamu menjawab contoh soal, anak-anak yang lain pun akan bisa menjawab soal yang Ibu berikan," pinta Bu Sri sebagai Guru mata pelajaran Kimia.

Alanna mengangguk patuh, namun saat ia berdiri -

"Alanna, rok lo.."

"Kenapa rok gue?" tanya Alanna pada Hana yang menutupi bagian rok belakangnya menggunakan buku.

"Darah, lo haid hari pertama kah?"

Alanna kelagapan dan ia memegang bagian belakangnya yang memang terasa basah.

Deg.

'Astaga! Untung aja si Raka bawain gue pembalutnya.'

●●●