webnovel

Episode 5-Desa pinggir hutan

Sore hari itu, mereka semua benar-benar keluar dari hutan. Mereka langsung disambut oleh pemandangan pedesaan yang tentram, semua orang memiliki kesibukannya masing-masing.

Ada yang berjualan, anak-anak yang sedang bermain bahkan ada yang sekedar mengobrol. Beberapa orang menyambut Para tentara kerajaan itu, sepertinya mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

Karena hari sudah mau gelap, telah diputuskan untuk menginap saja malam ini. Walaupun sebenarnya para tentara kerajaan itu bisa sampai lebih cepat, tetapi mereka saat ini sedang membawa anak korban.

Memaksakan diri tidaklah baik.

"Baiklah, di sana adalah rumah penginapannya" Tunjuk Menja bangunan bertingkat dengan banyak jendela itu.

Runa yang juga tertidur saat perjalanan, Ia akhirnya terbangun dan membangunkan Awana. Sementara Firgo masih melihat ke belakang untuk melihat-lihat pemandangan desa.

"Karena masih ada waktu sampai malam hari, kalian bisa berkeliling desa terlebih dahulu. Sekedar melihat-lihat mungkin? Jika ingin berkeliling lebih jauh mintalah salah satu dari kami" Ucap Luru.

"Baik,kak" jawab Kiraza dan yang lainnya.

Gadis bernama Huan, Dia yang membuat Luru berbicara tadi. Ia ingin berkeliling dan mengajak Luru untuk menemaninya. hanya itu saja, sisanya ingin kembali ke penginapan.

"Baiklah, Jangan lupa untuk mandi terlebih dahulu. Setelah itu makan, kami sudah memesannya lalu Jangan tidur terlalu malam. Itu saja, semoga kalian cepat akrab" Ucap Menja.

Menja lalu memberikan dua kunci setelah memesan kamar, setiap kamar laki-laki dan perempuan di pisah. Kamar mereka ada di lantai dua, berdampingan.

Dari perkataan dan sorot mata Menja, Kemungkinan dia adalah orang yang santai dan tenang. Wajahnya yang tampan dan dingin itu pasti sudah banyak memikat banyak wanita di luar sana.

"Jangan lupa akrab dengan yang lainnya, okay?" sambungnya.

Begitulah harapan Menja, tetapi saat waktunya makan malam mereka semua masih tampak canggung. Menja dan teman-temannya hanya membiarkan saja karena ini bukan hal baru bagi mereka.

@_@

Tepat tengah malam, Kiraza terbangun dari tidurnya karena ingin buang air kecil. Di luar kamar Penginapan, para lilin dan obor sudah padam sehingga hanya ada cahaya bulan yang menembus jendela.

Itupun tidak terlalu terang dikarenakan langit sedang menggumpal, cukup mendung sehingga malam itu memang cukup dingin.

Untungnya Kiraza masih memiliki mata yang baik, Ia pun segera pergi ke toilet khusus pria yang lumayan jauh dari kamar tempat tidurnya berada.

"Ukhhh dingin" Keluh Kiraza setelah keluar dari WC.

Ia tidak terbiasa untuk mandi di malam hari, kulitnya menjadi terasa lebih dingin apalagi saat menyentuh air. Tapi jika boleh jujur, Ia merasa tidurnya lebih nyaman.

Dalam keadaan yang masih mengantuk, Kiraza pun keluar dari area Toilet pria dan tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Akh!" Orang itu berdecit pelan, dari suaranya sudah jelas bahwa dia adalah perempuan.

Kiraza sekejab dapat melihat bahwa gadis itu setinggi pundaknya, Gadis itu lalu merangkak. Kiraza yang masih belum sadar lalu hendak bertanya, namun sebelum hal itu terjadi Kakinya malah menginjak sesuatu.

Krak!

Kiraza terkejut, Ia ternyata menginjak sebuah kacamata. Sudah jelas bahwa gadis itu sedang mencari kacamata nya yang terjatuh.

"Astaga! maaf aku tidak sengaja!" Ucap pelan Kiraza

Gadis itu tetap diam saja walaupun tahu kacamata nya sudah rusak, tetapi Ia terlihat sedang menahan ucapannya.

"Tolong tunggu sebentar, aku akan memanggil seseorang untuk membantu!" Kiraza hendak berlari tetapi bajunya sudah digenggam oleh gadis itu terlebih dahulu.

"Aku sudah tidak bisa menahannya" Ucapnya pelan, tersedak dan tercampur dengan malu.

Kiraza mengerti maksud dari ucapan itu, karena adiknya juga pernah seperti itu sebelumnya. Tapi, membawa gadis itu masuk ke toilet? Ini bisa menimbulkan salah paham yang besar.

Tidak punya pilihan, Kiraza memegang tangan gadis itu dan memandunya masuk ke kamar mandi. Gadis itu berjalan dengan sangat hati-hati, sepertinya rabun di matanya sudah dibilang parah.

Penyakit rabun mata biasanya diderita oleh beberapa anak sampai dirinya berusia 17 tahun, jika umurnya sudah lebih dari itu tetapi dirinya masih rabun berarti matanya memang ada masalah.

Dengan perasaan yang aneh, Kiraza akhirnya sampai di depan pintu wc dan mempersilahkan gadis itu masuk.

"Tunggu di sini" Ucapnya pelan lagi

Kiraza pun mengiyakan nya dan menunggu di luar pintu toilet, hal ini juga membuatnya ingat kembali dengan adiknya yang pernah melakukan hal serupa dulu.

@_@

Gadis itu akhirnya selesai juga, Kiraza akhirnya bisa melihat wajah gadis tersebut. Ternyata dia adalah anak korban perang seperti dirinya, Kiraza mengingat bahwa Ia duduk di samping Huan.

Anak korban perang itu terdiri dari 9 Perempuan dan 6 laki-laki. ada 3 Laki-laki yang merasa depresi berat, sementara perempuan ada 4.

Gadis ini juga salah satu perempuan yang depresinya tidak separah yang lain. Ia memperkenalkan dirinya, namanya adalah Erina. Gadis itu satu tahun lebih muda dari Kiraza.

Kiraza membawa Erina kembali ke kamarnya, itu saja tanpa adanya percakapan lebih banyak.

"Maaf untuk kacamata mu, aku tadi benar-benar tidak sengaja"

"Ah tidak apa-apa, aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Malah aku yang membuat mu repot" Timpal Erina santai sembari tersenyum.

Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk melanjutkan tidur karena hari sudah tengah malam, dan juga perjalanan menuju panti asuhan akan berlanjut esok.

"Masih dingin saja" Ujar Kiraza sebelum menutup matanya di kasur.

Tetapi setelah beberapa menit berlalu, dirinya tidak kunjung tidur juga. Tubuhnya malah terasa segar. Padahal masih terasa kantuk tadi, apa karena Ia cukup panik karena memecahkan Kacamata Huan tadi?

Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, dengan perlahan Ia berjalan ke arah jendela dan membukanya.

Angin segar perlahan datang, Kiraza terkejut karena langsung melihat cahaya hangat dari arah samping bawah tepatnya di depan halaman penginapan. Ia pun sedikit mendorong tubuhnya untuk melihat siapa yang ada di sana, ternyata Luru dan Firgo masih terjaga.

Mereka sedang bermain catur, Luru yang sedang fokus melihat para bidaknya malah tanpa sengaja melihat jendela kamar terbuka dan melihat Kiraza dengan samar-samar.

"Hei bocah, kau belum tidur?" Tanya Luru dengan suara keras

"Eikh, aku ketahuan" Kiraza mengkerut pelan.

Firgo pun melihat ke arahnya juga, mereka tidak nampak marah. Mereka malah terlihat sangat santai tanpa mempermasalahkan apapun.

"Hoi bocah, turunlah. Mari kita ngobrol santai, aku ingin melanjutkan percakapan kita tadi" Ujar Luru santai.

Karena memang susah untuk tidur, Kiraza pun menuruti saja. Ia segera pergi ke bawah tanpa menimbulkan suara yang banyak agar tidak membangunkan temannya.

Setibanya di hadapan Luru dan Firgo, Luru segera menyediakan kursi dan gelas untuknya,

"Mau minum cokelat panas?" Tanya Luru

#Bantu Share ke temen biar rame dan makin semangat author nya