webnovel

Episode 1-Hutan Lebat

Perang selalu meninggalkan bekas luka mendalam bagi korbannya, apalagi saat ada anggota keluarganya yang menjadi korban jiwa atas peristiwa tersebut.

Seorang anak laki-laki tengah berjalan masuk ke hutan, wajahnya lesu. Tidak lama kemudian hujan mulai turun, suhu bertambah dingin di pagi hari itu.

Anak itu lapar, la bingung harus pergi ke mana untuk mencari makan. Beberapa hari yang lalu, la kehilangan keluarganya karena penyerangan secara tiba-tiba di daerahnya.

la selamat karena berhasil pergi dari desanya di saat peperangan belum semakin memanas.

Di saat dirinya melihat ke bawah tanah, perutnya kembali berbunyi. Ia sudah tidak tau lagi, tidak ada buah-buahan yang terlihat di tempatnya berada. la juga seolah tidak sanggup lagi untuk berjalan.

Akhirnya la pun berjongkok untuk mengambil rerumputan dan memakannya, tidak peduli apa yang dirasakannya.

Ia terpaksa agar bisa bertahan hidup, mengingat saat hari di saat la makan bersama keluarganya membuatnya menangis.la menyesal pernah mengatakan hal buruk tentang rasa masakan ibunya, mengejek adiknya dan memarahi ayahnya.

Kini semua terasa berbeda, pria itu baru saat ini ingin meminta maaf tetapi semua sudah terlambat.

Semuanya, telah tiada.

la ingin membalas dendam dengan apa yang la alami, siapa yang menyerang kedamaian di tempat tinggalnya, Tetapi dengan siapa la mewujudkan hasrat itu? la bahkan tidak mengetahui siapa yang menyerang desanya. la kini hanya bisa pasrah.

"Pahit dan sangat serat" Ucap Pria itu lirih

Secara mental, dirinya begitu tersakiti saat ini. Jika mentalnya lemah, la pasti akan putus asa dan melakukan bunuh diri dari pada memikul perasaan sakit yang di alami. Tapi, Ayahnya pernah berpesan bahwa Alur kehidupan tidak pernah mendatar.

Di dunia ini, Tidak selamanya kebahagiaan akan berlangsung, kesedihan tidak selalu terjadi setiap hari. Jika ingin mendapatkan kebahagiaan maka harus berusaha, Bunuh diri hanya dilakukan oleh orang lemah dan mental pengecut.

Kira-kira begitulah pesan yang ayahnya pernah katakan.

Merasa suhu dingin mulai menggerogoti tubuhnya, Anak itu berjalan pelan dan mencari pohon besar yang lebat untuk meneduh. Sesekali la pun meminum air yang jatuh dan melihat ke atas.

Apa yang akan terjadi ke depannya? begitu pikirnya

Kehidupannya masih panjang, saat ini saja la baru berusia 14 tahun. Belum saatnya mengenal kehidupan yang berat seperti ini, karena itu la harus mulai menjalani kehidupan baru dan membiasakan dirinya.

Aroma Petrikor mulai tercium, Hujan bertambah lebat dan langit pun bertambah gelap. Sepertinya akan menjadi hujan yang deras. Oleh karena itu, anak itu terpaksa berjalan atau dirinya akan mati kelaparan, bahkan kedinginan.

Rerumputan yang la makan dan air hujan yang la minum memberinya cukup tenaga, Tetapi itu tidaklah cukup.

Tidak lama selang la berjalan, la mendengar suara keributan dari arah utara. Karena mengira itu adalah pertempuran, la tidak mau ikut campur dan memilih jaran bertolak belakang dari arah sumbernya suara.

Dan benar saja, kilat petir bergerumuh. Suara ledakan dan Tercium aroma seperti ada sesuatu yang terbakar. Sulit mencari tempat aman, semua saling menindas untuk mendapatkan apa yang di inginkan.

Siapa yang kuat la lah yang berkuasa, itulah kata yang cocok untuk menjelaskan situasi dunia ini.

Hukum rimba bagaikan hidup di hutan, mengapa semua itu harus terjadi?

@_@

Sudah lebih dari 3 hari Anak itu berjalan menelusuri hutan, cukup mengejutkan anak itu bisa bertahan hanya memakan rerumputan.

Bukan alasan karena la suka makan rumput, tetapi la takut jika salah memakan buah yang beracun. Entah itu buah berry sekalipun, sulit untuk membedakannya.

Ini juga salah satu hal yang di sesalkan olehnya, situasinya mungkin akan berbeda jika saat bersekolah la selalu mendengarkan apa yang gurunya ajarkan. Karena, Hal ini seharusnya sudah di pelajari dari bangku sekolah menengah bawah.

"Akhirnya aku menemukan sungai" Ucap bocah itu kegirangan.

Ini adalah kesempatan untuk membersihkan dirinya, bajunya sudah kotor dan lusuh. Jika bisa, la juga ingin berburu ikan karena sudah lelah memakan rerumputan terus menerus.

Tapi la sendiri tau, la tidak membawa alat memancing. Ia berpikir bagaimana cara menangkap ikan, dan akhirnya la terpikirkan untuk menggunakan bajunya.

Arus di sungai itu tidak deras, bahkan terlihat sangat lembut alirannya. Begitu jernih sehingga Ikan mudah terlihat dari pinggir sungai sekalipun.

Sungai itu hanya setinggi betis bocah itu, dengan menggunakan bajunya. Ia bergerak perlahan lalu menggiring ikan ke pinggiran sungai.

Percobaan pertama tidaklah mudah, Lagian la menggunakan baju yang malah menahan gerakan nya. Tetapi tidak ada cara lain, la harus pintar-pintar melakukannya.

Kurang lebih dua jam lamanya bocah itu berburu, hanya dua ikan yang la dapat. Itupun karena ikan yang la dapatkan sepertinya sedang kurang sehat sehingga mudah untuk ditangkap.

la pun lalu mencari dedaunan dan menyelimuti ikan menggunakan daun itu, Lalu menimbunnya sehingga bau amis nya bisa disembunyikan. selanjutnya, la akan mencari kayu untuk di bakar.

Memang benar di sekelilingnya banyak pepohonan, tetapi karena area nya dekat sungai pasti Batang Kayu itu basah karena menyerap lebih banyak air.

Bocah itu bisa saja menggunakan sihir apinya, tetapi akan sangat merepotkan dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, la akan menggunakan pohon di sekelilingnya jika memang tidak menemukan kayu kering untuk di bakar.

Selama berjalan, la terus memunguti ranting pohon yang sudah berjatuhan. Ia mengabaikan daun kering karena tidak membawa tas ataupun saku di celananya. Jikapun la membawanya, Akan susah karena dedaunan itu kecil dan susah untuk ditumpuk.

"Auung.. Aunggg..."

Bocah itu perlahan mendengar suara. Tidak berselang lama, la tiba di tempat terbuka karena pepohonan di sekitarnya telah rusak. Bau busuk mulai tercium, tidak jauh dari tempatnya berada terdapat mayat manusia dan hewan dengan tubuh besar.

"Apa yang telah terjadi di sini?" Bocah itu membuka matanya

Bocah itu mendekat, la terkejut melihat ada hewan berukuran kecil sedang terduduk lemas di perut nya yang berbulu lebat. Dari bentuk fisiknya, sepertinya hewan itu adalah Serigala.

Tetapi, Ada lambang aneh di dahi Serigala itu. la pun memiliki 3 Ekor yang indah, Bulunya putih tetapi bagian ujung seperti kaki dan ekornya tercampur dengan warna biru

Baru pertama kali bocah itu melihatnya,

Hewan kecil itu masih hidup, sepertinya yang besar itu adalah induknya. Dari tubuhnya, hewan kecil itu sepertinya sudah lama menunggu di samping induknya yang tidak bernyawa.

Melihat kondisinya yang begitu memprihatinkan, Bocah itu jadi teringat akan dirinya. Ia juga baru saja mengalami hal yang serupa sehingga mengerti bagaimana yang dirasakan Serigala kecil itu.

Karena Ia hari ini menangkap dua ikan, la ingin membaginya bersama Serigala kecil itu. Ia tidak ingin egois lagi, selain itu makan bersama akan terasa lebih menyenangkan daripada seorang diri.

"Mendekat lah Serigala kecil, apakah kau lapar?"

#Bantu Share ke temen biar rame dan makin semangat author nya

bau tanah yang muncul sesaat setelah hujan juga disukai banyak orang. Aroma ini dikenal dengan istilah petrichor atau petrikor. Petrichor atau petrikor pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Isabel Joy Bear dan Roderick G. Thomas, dalam artikel yang berjudul Nature of Argillaceous Odour pada tahun 1964.

Murisuracreators' thoughts