Kananya sedang termenung menatap kearah luar jendela rumah sakit. Kanaya hanya memikirkan bagaimana keadaan Uma dan bapaknya sekarang apakah Uma masih marah padanya bahkan Kanaya belum sempat menghapal no handphone uma nya, mana handphone lupa dibawa kemaren karna pergi dari rumah Uma dengan terburu-buru dan larut dalam kontrol emosi yang buruk.
"Uma....., Bapak....., maafkan Rara..... tapi Rara sayang Uma dan Bapak walaupun sekarang mungkin karena keputusan Rara ini kita memiliki sedikit jarak, Rara sangat ingin kerumah Uma untuk mengetahui keadaan Uma dan bapak." ucap Kanaya yang bergumam sendirian karna Aira sedang tidur di ranjang pasien.
Tanpa terasa dari tadi air mata Kanaya terus menetes memikirkan kesalahan nya yang telah berani untuk pertama kalinya menentang keinginan Umanya itu.
"Sayang..... mengapa menagis?" Tanyakan Al yang langsung membawa Kanaya kedalam pelukannya.
"Sejak kapan anda ada disini?" ucap Kanaya dengan heran tapi tetap memberikan Al memeluk nya karena sepertianya Kania memeng sangat memerlukan pelukan hangat disaat sedang rapuh seperti saat ini.
"Aku sudah dari tadi mengucapkan salam dan tidak ada yang menjawab, aku langsung masuk saja dan aku juga telah memanggil mu beberapa kali tapi tidak kau dengarkan kau lihat bahkan Aira terlah terbangun." ucap Al menjelaskan.
"Benarkah?, Aira.... apakah kau memerlukan sesuatu atau ada yang sakit?" ucap Kanaya dengan panik sambil menendang kakak perempuan nya itu yang terlihat tersenyum pucat tapi tidak pucat seperti kemaren.
"Aku baik-baik saja setelah menonton drama yang tayang langsung di depan mataku... hehehehe..., aku hanya sedikit lapar." ucap Aira sambil terkekeh.
"Ups.... ini tidak seperti yang kau lihat, pak Al menjauhlah Aira bisa salah paham karna ini!" ucap Kanaya dengan galak.
"Tidak masalah bukankah kita akan tunangan sebentar lagi dan akan segera menikah, aku terpaksa menunda pertunangan kita karna permintaan dari om Jalal." ucap Al dengan raut muka sedih.
lain dengan Jalal yang sedih mendengar pertunangan mereka yang ditunda, Kananya malah merasa sedikit lega karna dengan begitu Kananya masih punya banyak waktu untuk menjelaskan semuanya pada Uma dan mempersiapkan diri agar lebih bisa mengendalikan diri.
"Hemmmm.... semangkin lengket saja....," ucap Aira yang menyadarkan Al dan Kanaya yang masih berpelukan Atau lebih tepatnya Al yang memeluk erat kanaya Kana sedari tadi Kanaya hanya diam seperti patung.
Kanaya yang menyadari hal itu langsung memelototi Al dan berusaha melepaskan diri tapi Al malah tanpa rasa malau memeluk erat Kanaya.
"Sepertinya aku harus menelpon Papa untuk meminta menikahkan kalian secepatnya." ucap Aira yang sedikit sebal karna dirinya seperti obat nyamuk disini.
"Tidak, anda lepaskan saya sekarang atau saya tidak akan pernah mau melihat muka anda lagi selamanya!" ucap Kanaya mengancam.
Al dengan terpaksa melepaskan dekapannya pada tubuh Kanaya karna tidak mau Kanaya membencinya. Sehari tidak melihat Kanaya saja sangat berat bagi Al, bagaimana jika selamanya Kanaya tidak mau melihat wajahnya pasti itu akan menjadi hukum terberat dalam hidup Al.
"Jangan seperti itu sayang.... maaf..," ucap Al yang tidak mau kanaya marah padanya.
"Assalamualaikum." ucap Arkan yang baru saja datang.
"Waalaikumussalam" ucap Aira yang tersenyum manis meliat kesanga sahabatnya itu.
"Bagaimana keadaan mu... Ai...?" tanya Arkan yang langsung terfokus pada Aira tanpa menyapa yang lainnya.
"Alhamdulilah aku merasa lebih baik." ucap Aira yang tersenyum manis.
"Tentu saja pangeran nya sudah datang pasti putri tidur akan datang menyambut pangeran." ucap Kanaya yang meledek kakaknya itu.
"Aurora... tolong, kau bisakah memelankan suara cempreng mu...., kak Al tolong bawa Rara pergi sebentar ya aku ingin istirahat." ucap Aira yang mengusir secara halus Kanaya dan Al dari ruangan itu.
"Emmmmm baik lah, Arkan jaga adik ku ini denga baik. Kau yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padanya." ucap Al dengan tegas pada Arkan kemudia membawa Kanaya pergi dari ruangan itu.
"Aku..... belum selesai bicara...." ucap Kanaya uang terputus karna Al telah menyeret nya keluar bukan menyeret tapi lebih tepatnya memeluk bahu Kanaya dan membawanya pergi dengan sedikit paksaan.
Di taman rumah sakit
"Udah gak usah peluk-peluk lagi!" ucap Kanaya buang menepis tangan Al yang masih bertengger manis di bahu nya.
"Jangan marah dong yang aku tu.... kan cuma bawa kamu keluar agar Aira bisa istirahat." ucap Al yang beralasan. Dalam hatinya Al sangat senang karena bisa bicara berdua dengan gadis pujaan hati nya ini.
"Aira itu pasti hanya ingin berduaan dengan Arkan aku akan mengatakan pada Papa nanti supaya mereka segera dinikahkan dan aku akan segera menjadi Aunty..." ucap Kanaya yabg berbinar senang.
"Sebelum itu aku pasti kita yang akan menikah terlebih dahulu yang atau mengkin juga kita berbarengan." ucap Al yang berpendapat.
"Mamang nya siapa yang kan menikah dengan pak Al secepat itu?" tanya Kanaya menaik turunkan alisnya.
"Tentu saja dirimu..... sayangku yang cocok menjadi istri sholeha, cantik, gak jaim dan lagi pula gak ada lagi gadis yang paling cantik luar dalam seperti kamu yang sangat pas dengan hati ku." ucap Al sambil tersenyum.
Kanaya hampir merasakan jantungnya akan meledak mendengarkan penuturan dari Al yang terkesan sangat sederhana tapi penuh makna itu.
"Kau sangat sangat cantik dengan pipi memerah seperti itu sayang....." ucap Al yang dari tadi terus memandangi tingkah kanaya dari ujung rambut sambil ujung kaki.
"Dasar..... buaya." ucap Kanaya yang kemudian berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan dari Al lagi .
Dua kata yang keluar dari mulut manis Kania itu berhasil membuat senyum manis yang ada di wajah Al menjadi sedikit luntur.
"Kau tidak mempercayainya ku sayang?" ucap Al yang terlihat sangat sedih.
"Entah lah. Mungkin aku akan mempercayai mi sedikit jika kau bisa membantu ku." ucapan Kanaya yang memikirkan mungkin nanti Uma akan memaafkan nya jika ada Al yang membantu menjelaskan masalah ini sebenarnya.
"Tentu saja sayang aku akan membantu mu.... kau memerlukan uang berapa?" tanya Al uang menyangka Kanaya sedang memerlukan uang.
"Anda pikir saya ini cewek matre?" ucap Kanya yang cemberut dan mengalihkan pandangannya dari muka Al.
"Gak sayang kamu salah paham, aku pikir kamu sedang membutuhkan uang. Tolong jangan marah lagi dan tatap mataku seperti tadi....," ucap Al yang takut mungkin saja Kanaya akan meninggalkan nya nanti dan dengan menatap mata Al mungkin Kanaya akan melihat keseriusan dan ketulusan dari cintanya.
"Baiklah tolong bantu aku untuk menjelaskan pada Uma ku.... bahwa sebenarnya aku....sangat menyayanginya dan juga menyayangi keluarga kandungan ku....., aku sangat menyayangi Uma dan Bapak yang selama ini telah merawat ku dan membesarkan ku sampai menjadi perempuan yang beruntung bisa bertemu kalian." ucap Kanaya yang tiba-tiba menjadi sedikit dan tanpa sadar air matanya tela menetes.
"Maafkan Aku yang baru mengetahui semua ini, kau tidak perlu khawatir sayang aku pasti akan membantu mu..., Uma mu itu pasti hanya salah paham." ucap Al yang kemudian menghapus air mata Kanaya.
"Iya....., tapi Uma telah mengusir ku dari rumahnya dan tidak ingin menganggap aku sebagai anaknya lagi....," ucap Kanaya yang semangkin terisak pilu.
Al yang bingung harus bicara apapun langsung memeluk tubuh rapuh kanaya, bagaimana wanitanya ini sanggup menyimpan kesedihan nya sendiri bukankah Al sangat egois sampai tidak mengetahui penyebab dari kesedihan dari Kania yang selalu terlihat sangat jail, ceria dan galak belakang ini adalah untuk menutupi kesedihannya.
Bismillahirrahmanirrahim tolong jangan lupa, simpan keperpustakaan, komentar, review dan vote terimakasih.