webnovel

Nasehat Asya

Sepanjang hari Raissa menjadi kalut. Sekuat tenaga Raissa berusaha ceria tetapi tetap saja terlihat kalau Raissa kurang bersemangat. Biasanya Raissa sangat berinisiatif, kali ini ia agak kurang peka dan harus diberitahu. Untungnya segala urusan pekerjaan berjalan lancar. Ketika akan pulang, Peni mencegat Raissa. "Raissa, tunggu sebentar." kata Peni. "Maafkan Liza, kurasa emosinya sedang tidak stabil. Tapi sebaiknya Liza jangan kamu jenguk dulu, biar tenang dulu." kata Peni langsung ke inti permasalahan. "Iya Pen, aku juga tidak menyalahkan Liza, hanya saja aku sedih dan sakit hati. Hanya gara-gara kami menyukai pria yang sama lalu ia tidak mau bersahabat lagi denganku. Toh orang yang kami sukai belum tentu akan berakhir dengan salah satu dari kami."kata Raissa. "Haduuh Raissa kamu ini naif atau buta sih. Jelas-jelas si pak Bos ada hati sama kamu! Liza saja tahu. Sudahlah, beri Liza waktu, siapa tahu nanti dia akan sadar sendiri." kata Peni. "Baiklah. Aku pulang dulu ya, nanti kemalaman." kata Raissa. "Hati-hati ya, naik ojek online kan, tunggu ojeknya di depan pos satpam ya!" kata Peni mewanti-wanti. "Baik Pen, terimakasih." kata Raissa lalu pulang. Raissa pulang dengan langkah gontai, ternyata sampai sore ini pun Liza belum berubah pikiran, tetap ingin menjauhi Raissa. Raissa tidak habis pikir bagaimana bisa Liza Setega itu? Apa jangan-jangan Liza yang berpikir Raissa yang tega? Tapi kan Aditya bukan milik Liza. Akh.. Raissa pusing. Ia menghentakkan kaki dengan kesal di sebelah pos satpam, tangannya bersedekap didada, wajahnya yang cantik cemberut.

Posisi seperti ini diabadikan oleh seorang pria dengan sweater Hoodie hitam. Posisi pria ini terlindungi, sehingga Raissa sama sekali tidak sadar. Kawasan ini memang sudah tidak dijaga polisi lagi, hanya anggota sekuriti gedung saja yang masih berpatroli. Tetapi saat jam sibuk pulang kantor seperti ini kebanyakan dari mereka membantu menguraikan kemacetan agar karyawan yang akan keluar dari gedung tidak mengantri panjang. Pria tersebut dengan leluasa menjepretkan kameranya berulang kali tanpa dicurigai oleh orang yang melewatinya maupun Raissa sendiri. Akhirnya Ojek Raissa datang dan Raissa menaiki ojek tersebut pulang. Pria tersebut tersenyum puas. Ia memasukan kameranya ke saku hoodienya lalu berjalan menjauhi tempat itu sambil bersiul-siul riang.

Raissa pulang dengan kesal. Sampai di rumah ternyata ia masih sendirian, berarti Asya masih di RS bersama Liza. Semoga Asya yang bijak dan dewasa dapat memberikan masukan yang positif untuk Liza. Karena Asya masih di luar rumah, makan malam belum tersedia karena tidak ada yang memasak. Akhirnya Raissa memutuskan membuat mie instan saja. Ia malas kalau harus turun lagi ke bawah untuk mencari makanan. Setelah makan dan mencuci piring dan bekas peralatan masaknya, Asya pulang.

"Bagaimana Sya?" tanya Raissa dengan penuh harap. Asya hanya menggeleng kan kepalanya. "Anak itu benar-benar cemburu padamu Sa. Dia malah menuduhku selalu membelamu, hampir saja aku juga dihapus dari list pengunjung. Untungnya tidak jadi." kata Asya. "Liza kok bisa tidak masuk akal begitu sih?! lalu sekarang aku harus bagaimana dong Sya? membatalkan rencanaku dengan pak Aditya Selasa malam nanti? Kan Bukan salahku kalau Pak Aditya yang mengajakku kencan? Harusnya tidak usah kuterima saja permintaan kencannya!" gerutu Raissa. "Memangnya kalau ditolak kamu mau bilang apa? Orang seperti Pak Aditya jarang ditolak, pasti beliau akan mencari tahu kenap dia ditolak, lalu kalau beliau tahu gara-gara Liza dia di tolak menurutmu apa yang akan terjadi dengan karier Liza di klinik? semua karyawan yang ketahuan menyukai Pak Aditya pada umumnya tidak akan langgeng bekerja di Bhagaskara Medika. Kecuali dalam kasusmu, yang ngomong-ngomong baru pertama kali terjadi." kata Asya. "Yah Sya, misalnya aku melanjutkan hubungan ini juga ke depannya seperti apa ya? Anggaplah semua berjalan lancar, kami saling cocok. Tetapi latar belakang kami berbeda jauh. Rentang perbedaan kasta sosialnya terlalu lebar. Apa kata karyawan lain? apa kata keluarganya? Lalu bila tidak berjalan lancar? Ternyata kami tidak saling cocok.. apakah akan berpengaruh terhadap pekerjaan? Bisakah aku tetap profesional? atau malah ngambek seperti anak kecil? aku pusing Sya, Galau!" kata Raissa. "Sama, aku juga dulu berpikiran begitu. Tetapi Alex dapat meyakinkanku. Lagipula yang menjalani adalah aku dan Alex. Saranku, coba jalani saja dulu, daripada menyesal kalau tidak pernah mencoba .. Lagipula hubungan kalian masih dalam tahap saling mengenal satu dengan yang lain. Belum serius. Buat apa harus pusing?" kata Asya. "Hmm, baiklah, kurasa aku akan tetap dengan janjiku Selasa malam. Kita lihat perkembangan dari sana. Maaf ya aku membuat kamu dan Peni jadi harus menjadi perantara antara aku dan Liza." kata Raissa. "Tidak apa-apa, kami akan terus berusaha supaya kalian rukun kembali. Jangan khawatir, suatu saat Liza akan sadar." kata Asya membesarkan hati Raissa. Raissa hanya mengangguk saja. "Sudah jangan muram terus! bagaimana persiapan kencan pertama?" tanya Asya. Raissa bengong,"Hah? memangnya harus siapkan apa?" tanya Raissa. "Haduh persiapkan apa yang harus dibawa dong.. katamu harus pakai celana panjang dan jaket. nah kira-kira harus bawa apa lagi? sudah kau persiapkan celana dan jaketnya?" Tanya Asya. "Sudah kupikirkan sih, besok saja dipersiapkan. Toh besok aku jaga malam jadi seharian di rumah. Tapi sepertinya aku harus bertanya lagi pada pak Aditya, apa saja yang harus dibawa, takutnya pergi ke alam bebas kan? aku harus pakai sepatu apa? Rambutku harus ditata bagaimana..ribet ya jadi perempuan?" kata Raissa sambil tertawa. "Nah begitu dong ceria lagi.. iya tanya saja lagi pada Aditya, daripada salah kostum. Malu! Walaupun kita tidak sekaya keluarga Bhagaskara, minimal kita bisa tampil bergaya!" kata Asya serius. Raissa tertawa. "Baik Nona Asya yang akan segera menjadi nyonya Bhagaskara. Mohon bimbingan dan dukungannya!" kata Raissa bercanda. "Hahah,bisa saja kamu, tapi mengkhayal dulu nih ya.. coba bayangkan kalau nanti kamu beneran jadian lalu nikah dengan Aditya, waah kita jadi saudara Sa, lalu aku tetap bisa curhat kepadamu mengenai saudara saudara Alex yang lain yang selalu memandang rendah padaku." kata Asya. "Memangnya kamu dipandang rendah Sya?" tanya Raissa yang baru mendengar hal seperti ini, biasanya Asya agak tertutup untuk urusan keluarga Alex. "Yah perasaanku saja sih sepertinya hehehe.. tapi rasanya seperti itu sih ya? hahaha.." jawab Asya bingung. "Iya ya, kalau ingat reaksi kakaknya Pak Aditya dulu ketika tahu kau bertunangan dengan dr. Alex yang sepertinya tidak suka, kurasa perjalananmu juga tidak akan mudah ya Sya. Mereka pasti langsung berprasangka buruk padamu." kata Raissa. "Iya, walaupun mereka tidak pernah menunjukan secara terang-terangan kepadaku. Mungkin karena Alex juga dihapus hak warisnya dari keluarga, mereka pikir aku akan meninggalkan Alex, walaupun begitu aku tetap disamping Alex. Mungkin itu juga yang membuat mereka memilih diam dan melihat reaksiku nanti seperti apa, padahal tanpa uang tunjangan ataupun warisan Alex pun kami masih dapat hidup lebih dari cukup, toh aku dan Alex bukan pengangguran. Masih banyak pasangan di negara ini yang memulai rumah tangga mereka dengan penghasilan yang jauh lebih sedikit dari kami. Makanya aku senang kalau hubunganmu dan Aditya lancar bahkan sampai ke pelaminan, aku akan punya ipar yang latar belakangnya sama denganku bahkan lebih baik lagi, iparku adalah sahabatku sendiri. Asik kan?" kata Asya senang. "Wah ternyata selama ini Asya gundah gulana juga ya, padahal kupikir kamu hebat banget loh Sya, kalem menghadapi semua kemelut yang terjadi di bakal calon keluarga besarmu nanti hihihihi.." goda Raissa. "Ah kalian semua kan sudah punya masalah sendiri-sendiri, lagipula masalahku ini tidak bisa dipecahkan dengan satu kali atau dua kali tindakan, tetapi hanya dengan berjalannya waktu saja. Intinya aku hanya menjalaninya saja bersama Alex, yang penting dia tetap mendukungku! Buatku, masalah keluarganya yang lain tidak jadi masalah. Lagipula ada Aditya yang selalu mendukung kami. Sudahlah, cukup tentang diriku dan masalahku. Sudah malam. Besok aku bangun pagi lagi.. aku pagi terus seminggu ini, capek juga hahaha.." kata Asya. " Baiklah, Tetapi jangan berharap terlalu tinggi dulu ya Sya, aku juga tidak tahu apakah hubunganku dengan pak Aditya akan berjalan dengan lancar." kata Raissa. "Aku berharap yang terbaik untukmu Sa, berjanjilah kau akan berani mencoba untuk bahagia, dengan begitu kau akan mencoba yang terbaik untukmu." kata Asya. "Baik Sya, janji! istirahatlah Sya. Selamat malam." kata Raissa. Namun Raissa masih belum dapat tidur. Hatinya terhibur dengan Asya, tetapi masih marah dan sedih dengan Liza. Tetapi perkataan Asya ada benarnya, ia harus berani mencoba. Raissa berharap semoga ia tidak mengorbankan persahabatannya dengan Liza. Raissa sangat menghargai persahabatannya dengan Liza, "Tapi maaf Liz, untuk kali ini aku akan mencoba dulu, supaya tidak menyesal. Kuharap kau mengerti." kata Raissa dalam hati lalu Raissa menarik selimut dan mencoba tidur.