webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Tikus

Aksara mengambil kuda kuda, bersikap waspada menghadang hewan pengerat yang kini di buru oleh semua orang di rumahnya. Ah kecuali ibuk yang memilih menonton dari ruang tengah tanpa berniat menganggu, "Kalo udah ketangkep kasih ke kucing tetangga aja ya," ujat beliau. Sedang Nathalie dan Karin sudah siap siaga diatas kursi dengan sodet dan sendok sayur sama persis sekali seperti Mbak Manda dan Mbak Mia.

"Di mana narapidananya?" tanya Mas Abim dengan gaya sama seperti seorang polisi tengah memburu narapidana yang kabur dari penjara.

Arjuna menyusul tak lama kemudian, membawa senjata laras panjang mainan milik Arziel yang tertinggal di rumah mereka, "Gue akan tembak narapidananya sampe mereka tergolek tak berdaya,"

Mas Yudhis melirik sekilas, tidak berniat ikut serta dalam drama kedua adiknya yang kadang hanya menggunakan dari seperempat otak mereka itu, "Tadi gue lihat di ruang tengah,"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com