webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Bisik

"Lain kali tuh jangan aneh aneh makanya," omel pelan Nathalie.

Aksara yang menjadi objek omelan hanya terkekeh, Nathalie sangat lucu di matanya, "Iya sayang maaf kan tadi emosi itu,"

"Ya makanya lain kali jangan gampang emosi," balas gadis itu bersamaan dengan selesainya ia menutupi luka Aksara dengan perban, "Untung tangan kiri, coba kalo tangan kanan. Ribet pasti nanti,"

"Iya iya untung aja,"

"Aksara kaya calon calon bucin suami takut istri deh," bisik Karin yang sendari tadi melihat interaksi keduanya.

Mbak Manda dan Mbak Mia menoleh bersamaan lalu mengangguk, "Bucin banget sih heran,"

"Dia tuh sebelas dua belas sama Kak Abim," jawab Mbak Mia santai, "Bucin akut. Bedanya pacarnya Kak Abim galak kalo pacarnya Aksara gemes,"

Mbak Manda tidak memberikan reaksi yang berarti karena memang benar apa yang dikatakan Mbak Mia, ia tidak akan menyangkalnya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com