25 Bangsa Werewolf Terkuat

Manik biru itu menatap datar pada seorang wanita yang mendatanginya. Wanita itu terlihat seumuran dengannya, tapi dia terkejut saat melihat bentuk wajah wanita itu yang mirip dengannya. Caroline terdiam menatap bingung pada wanita itu sampai wanita itu berjalan mendekat.

Langkahnya begitu pelan dengan manik berwarna biru terang dengan sinar keemasan. Tubuh Caroline tidak dapat bergerak sampai tangan wanita itu menyentuh telapak tangannya. Sentuhan itu terasa begitu dingin dengan perasaan yang nyaman akan satu sama lain.

Sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa wanita itu mirip dengannya walau wanita itu memiliki sebuah tanda aneh di keningnya berbeda dengannya. Caroline ingin bertanya tapi bibirnya seakan kaku tidak mampu terbuka walau dia ingin.

"Caroline.." wanita itu bersuara, nada suaranya begitu lembut dengan sebuah tatapan berbinar yang menatapnya.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu"

Air matanya jatuh dengan sebuah senyuman penuh kebahagiaan. Caroline kebingungan tapi dia masih tidak bisa membuka mulutnya, entah kenapa dia hanya bisa mematung menatap wanita itu sekarang.

Isakan wanita itu semakin keras, dia terlihat begitu bahagia walau Caroline tau jika ada tatapan ketakutan di manik biru itu.

"Apakah ibuku menemuimu? Sepertinya kau sudah mengetahui siapa aku sebenarnya" wanita itu mendongak menatap manik Caroline yang mulai ingat akan pertemuan aneh hari itu.

Wanita itu memeluk Caroline dengan begitu erat, menumpahkan segala perasaan takut dan bahagia miliknya pada Caroline. Dan Caroline hanya bisa terdiam dengan kedua tangan yang meremat pakaiannya.

"Kau siapa?"

Akhirnya Caroline mampu mengeluarkan suaranya, sebuah pertanyaan umum yang sejak tadi menganggu pikirannya. Walau memang dia sudah mengetahui bahwa wanita di hadapannya adalah dirinya sendiri, dirinya yang berada di masa lalu.

Wanita itu melepas pelukannya dan langsung menarik kedua tangan Caroline, dia genggam kedua tangan Caroline memberikan sebuah perasaan hangat yang baru saja Caroline rasakan.

"Livina, namaku Livina. Aku adalah dirimu di masa lalu" wanita itu menjawab dengan manik menatap serius pada Caroline.

Caroline menghela nafas merasa dirinya di permainkan sekarang, sejak awal dia memang sudah kebingungan akan hal yang aneh. Dirinya yang di anggap cacat, lalu sampai di bilang seorang Alpha. Bahkan dia sampai mendapatkan perlakukan buruk karena hal itu.

"Kenapa kau merusak kehidupanmu di masa sekarang?!"

Livina terkejut dengan kedua tangan yang dia jatuhkan, manik birunya yang berbinar mulai menghilang. Di gantikan dengan sebuah manik biru redup yang begitu dingin.

"Karena ini takdir kita"

Caroline tertawa mendengar jawaban tidak masuk akal yang terucap oleh dirinya di masa lalu. Rasanya begitu tidak masuk akal dan Caroline membencinya. Kata takdir adalah satu hal yang sangat Caroline benci sejak dulu. Karena takdir dirinya menjadi seperti ini sekarang dan Caroline tidak suka.

"Jangan bercanda!! Kau pikir aku menginginkan takdir seperti ini!! Jika ada hal yang belum kau selesaikan, seharusnya kau selesaikan di kehidupanmu. Bukan di kehidupanku sekarang!!"

Caroline tidak habis pikir, dia merasa muak akan hal ini. Tapi dia juga penasaran akan alasan takdir milik Livina harus menjadi miliknya. Kata reinkarnasi adalah hal yang tetap untuk menggambarkan situasi mereka dan kata takdir adalah satu kata yang tepat untuk sekarang.

"Aku tidak bisa melakukannya" jawab Livina dengan pandangan yang menunduk ke bawah "karena aku bukan Werewolf murni" lanjut Livina membuat Caroline terkejut.

"Apa maksudmu?"

Livina mengehela nafas menatap Caroline yang begitu penasaran "aku seorang Half"

Caroline membeku, kedua tangannya bergerak semakin kuat meremat pakaiannya. Rasanya dia baru saja di bawa oleh takdir yang rumit, ini bukan takdir yang bisa dengan mudah dia selesaikan begitu saja. Ini adalah takdir yang akan mengikatnya sampai kematiannya nanti.

"Dan aku butuh kau untuk membantuku. Caroline.. apa kau mau membantuku, ini semua demi bangsa Werewolf"

Livina menyentuh kedua bahu Caroline, kedua tangannya begitu tidak sabaran untuk menunjukkan sebuah kebenaran. Semua kebenaran yang hanya dia tau soal dunia ini, dan hanya Caroline yang bisa mewujudkan semua ini. Hanya Caroline yang seorang Werewolf murni bukan seperti dirinya.

"Mungkin ini terdengar tidak masuk akal tapi Moon Goddess yang membantu kita, aku meminta beliau untuk membantu dan beliau menyetujuinya. Sebab itu kau ada di dunia ini sekarang"

Caroline kembali tertawa, tawa yang terdengar mengejek itu mulai meruntuhkan egonya sendiri. Sebuah ego yang menginginkan sebuah keadilan bagi dirinya sendiri. Tapi sekarang dia harus mendengar semua kebenaran yang harus Caroline tanggung seorang diri.

Apakah hidupnya memang seburuk itu untuk mendapatkan sebuah kedamaian saja. Rasanya dia seperti harus bergerak cepat tanpa boleh melihat ke belakang. Jika sebentar saja dia berhenti maka semua yang sudah dia lakukan akan hancur.

Apakah seperti itu hidupnya..?

Caroline menyingkirkan kedua tangan Livina, manik birunya menatap tidak suka akan kehadiran Livina sekarang. Dia mundur dengan sebuah raut wajah yang seakan menyuruh Livina untuk tidak berkomentar.

"Kenapa harus aku!? Bukankah banyak Werewolf lain yang lebih cocok untuk tugas ini?"

Livina menggeleng "tidak ada yang bisa, hanya kau yang bisa melakukannya"

"Apa maksudmu? Aku ini Werewolf cacat...."

"Kau tidak cacat!!" Livina memotong ucapan Caroline dengan cepat.

Keduanya langsung terdiam menatap satu sama lain sampai terdengar suara tawa dari Caroline lagi "benar aku tidak cacat, tapi aku cacat karena kau!!" sahut Caroline dengan nada membentak.

Livina mengangguk, dia membenarkan apa yang di katakan Caroline. Memang benar, dialah penyebab Caroline di anggap cacat. Jika saja mana-nya cukup, pasti Caroline tidak akan pernah di anggap cacat. Tapi jika dia asal melepaskan segelnya maka nyawa Caroline akan dalam bahaya.

Dan Livina ingin menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan segelnya sekarang, karena mana-nya perlahan mulai stabil.

"Kau harus mendengarkan ucapan ku ini, kau adalah Werewolf murni sekarang tapi jika segelnya aku lepas kau bukan lagi Werewolf murni" ucap Livina mencoba mengatakan hal yang bisa dia katakan pada Caroline walau tidak semuanya.

"Apa maksudmu? Katakan saja, aku ini apa?!" sahut Caroline dengan tubuh yang mendekati Livina.

Livina terdiam menatap Caroline yang begitu frustasi sekarang.

"Ini ada hubungannya dengan bangsa Werewolf yang paling kuat, kau harusnya tau apa maksudku. Kita bukan keturunan biasa dan kau yang akan menggunakan semua kekuatan itu"

Lagi-lagi Livina mengatakan hal yang tidak jelas, kenapa dia tidak mengatakannya secara langsung. Kenapa harus berputar-putar tanpa dia tau ke mana arah pembicaraan ini. Tapi Caroline tau akan satu hal dari ucapan Livina sekarang, bangsa Werewolf paling kuat hanya satu yaitu Lycan.

Tapi apa hubungannya mereka dengan bangsa Lycan yang telah punah?

avataravatar
Next chapter