Zesa membawa salad dan minuman ke kolam renang. Pipinya merona saat melihat lima pangeran khayalan para wanita itu berdiri dengan celana renang di bibir kolam. Pikiran Zesa ternoda karena harus melihat ABS kakak beradik itu.
"Minuman dan makanannya saya taruh di sini," ucap Zesa. Ia meletakkan baki berisi makanan dan minuman pesanan mereka. Namun, tangan Zesa tiba-tiba ditarik oleh Aron.
Byur!
"Ah! To-tolong … ugh! Sa … ya tidak bisa berenang!" Zesa mencoba mengapung di tengah kolam. Beberapa saat kemudian, ia tenggelam.
"Jangan berbohong. Kau tidak akan bisa menipuku," kata Aron sambil tertawa lebar.
Keempat tuan muda lainnya terus menatap ke tengah kolam. Mereka juga berpikir Zesa sedang menipu mereka pada awalnya, tapi setelah lebih dari tiga menit tubuh gadis itu masih tidak muncul ke permukaan. Aron dan keempat tuan muda lainnya pun panik.
Byur!
Mereka semua melompat ke kolam renang dan mencoba menyelamatkan Zesa. Saat mereka menyelam, mereka tidak menemukan gadis itu. Kelima tuan muda itu saling melempar pandangan di dalam air, lalu mengatur untuk berpencar.
Kelimanya berenang di dasar kolam yang memiliki kedalaman dua meter di bagian tengah dan satu setengah meter di bagian samping. Lima menit menahan napas di dasar kolam sudah cukup membuat mereka mulai tidak bisa bertahan. Mereka pun naik ke permukaan.
Gadis yang membuat kelima pangeran itu panik, justru sedang duduk santai di kursi malas. Ia tertawa puas karena sudah membuat Aron membayar keisengannya. Namun, ia melupakan keempat tuan muda lainnya yang ikut panik dan mencarinya di dasar kolam.
"Kamu menemukannya?" tanya Zayden pada Aron.
"Tidak, Kak. Kamu, Zoe?"
"Tidak ada." Zoe menjawab pertanyaan Aron dengan wajah panik.
"Kalian mencari siapa?" tanya Zesa dengan wajah tanpa dosa.
"Zesa!" Zoe segera berenang ke tepi, lalu bergegas naik dan menghampiri gadis itu.
Grep!
"Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Zoe sambil memeluk erat Zesa.
Zesa merasa sesak karena pelukan Zoe terlalu erat. Ia menepuk-nepuk bahu Zoe, memintanya agar segera melepaskan dia sebelum ia pingsan karena sesak napas. Keempat tuan muda lainnya naik ke darat dan menarik tubuh Zoe.
"Ngapain peluk-peluk? Tidak lihat Zesa hampir mati karena sesak napas," gerutu Aron sambil menarik Zoe menjauh. Ia lalu mendekati Zesa dan bertanya, "kamu berani menipu kami?"
'O ow …. Bagaimana ini? Mereka semua menatap tajam ke arahku. Apalagi tatapan tuan muda Zayden … seramnya.'
Zesa menutup matanya dan menunduk. Hening. Gadis itu tidak mendengar suara apa pun. Ia membuka matanya sedikit untuk mengintip.
"Astaga! Kenapa kalian dekat sekali?" Zesa terperanjat saat membuka mata.
Kelima laki-laki itu berdiri mengelilinginya. Mereka menatap tubuh Zesa dari atas sampai ke bawah. Gadis itu segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menutupi bukit kembar yang tercetak di balik baju dan penutup dada yang basah.
"Ayo tunjukkan pada kami!" Ian menjulurkan tangannya.
"Jangan macam-macam! Kalian mau dilaporkan dengan tuduhan pelecehan?" Zesa mencoba menakuti mereka. Namun, kelima tuan muda tetap bergeming.
"Cepat tunjukkan pada kami," desak Zoe.
Laki-laki paling muda yang terkesan polos itu juga berani mendesak Zesa. Rasanya tidak percaya mendengar Zoe bertingkah mesum. Ia tidak bisa melangkah maju atau mundur.
"Kalian semua tuan muda mesum! Aku tidak akan mengabulkan keinginan kalian! Aku tidak akan menunjukkan tubuhku pada kalian!" Zesa berteriak menantang mereka.
Mereka terdiam, saling memandang satu sama lain, lalu kemudian mereka tergelak.
"Haha …. Haha …." Mereka menertawakan Zesa.
"Kamu …." Ian tidak sanggup meneruskan ucapannya. Ia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.
"Kenapa dia tertawa, Zoe?" Zesa bertanya kepada Zoe. Hanya laki-laki itu yang bisa ditanya, karena Zesa terlalu takut melihat yang lainnya. Apalagi terhadap si sulung Zayden.
"Lagian, kamu aneh. Kami meminta kamu menunjukkan bakat renangmu, bukan tubuhmu," jawab Zoe yang menjelaskan secara spesifik maksud dari permintaan mereka.
"Oh, maaf. Aku pikir kalian …." Zesa tidak melanjutkan ucapannya. Itu akan membuat dirinya terlihat lebih memalukan. Bagaimana bisa otaknya berpikir hal seperti itu?
"Tch! Apa tubuhmu itu jauh lebih indah dari model papan atas?" Zayden menyindir Zesa sambil meraih jubah kimono, lalu duduk di kursi malas.
"Jahat sekali mulutnya," gumam Zesa dengan bibir mengerucut.
"Siapa yang kau maki?" tanya Ian dengan tatapan menyelidik.
Zesa menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Cepat ganti baju sana! Ada beberapa pakaian renang di ruang ganti. Aku tunggu lima menit. Kalau dalam waktu lima menit masih belum keluar, aku akan masuk ke dalam," ancam Aron.
Waktu lima menit bukanlah waktu yang panjang. Zesa tidak ingin melakukan debat, karena tidak mau waktu lima menitnya terbuang percuma. Bagaimana jika Aron benar-benar masuk ke ruang ganti?
'No! Aku tidak mau memberikan kesempatan pada kelima tuan muda itu untuk mempermalukan aku.'
Zesa mengganti bajunya dengan baju renang berwarna hitam. Kulit putihnya tampak kontras dengan swimsuit warna hitam. Ia keluar secepat yang ia bisa. Ia yakin, ia menghabiskan waktu lebih dari lima menit. Namun, mereka tidak menghukumnya karena terlambat keluar dari ruang ganti.
"Seksi juga," puji Ian dengan tatapan takjub.
Pakaian renang yang dipilih Zesa adalah salah satu model dari brand terkenal se-Asia. Namun, semua baju renang itu terlihat sama bagi Zesa. Ia tidak tahu apa yang membuat baju itu berbeda. Gadis itu hanya mencari baju renang yang tidak terlalu terbuka.
"Kamu cantik sekali, Zes," ucap Zoe yang berlari menghampiri gadis itu saat dia keluar dari ruang ganti.
"Benarkah?" Zesa menarik anak rambutnya dan menyisipkan ke belakang telinga. Ia tertunduk malu karena pujian Zoe. Pemuda itu yang sangat dekat dengannya. Bahkan, ia dan Zesa sudah berciuman, meski secara tidak sengaja.
Zayden melihat mereka dengan malas. Ia membuka jubah kimono, lalu melompat ke tengah kolam. Melambaikan tangan kepada mereka.
"Kalian mau bicara atau mau berenang?" Zayden bertanya sambil memandang mereka bergiliran.
Zoe menarik tangan Zesa dan melompat sambil berpegangan tangan. Entah kenapa, perasaan keempat tuan muda itu mendadak buruk? Zesa selalu memasang wajah waspada terhadap keempat tuan muda lainnya, tapi gadis itu begitu santai saat Zoe yang mendekatinya.
"Gadis itu, benar-benar …." Aron menggerutu kesal.
Kay menatap kakak keduanya dengan wajah yang sama kesalnya. Namun, ia tidak ingin menghabiskan waktu dengan mood yang buruk. Ia mencolek kakaknya, lalu berlari dan melompat bersama.
Byur!
Mereka berenang dan saling mengejar. Diiringi gelak tawa riang dari Zesa, mereka merasa akhir pekan ini sangat berbeda. Gadis itu membuat suasana terasa hangat, meski ia baru beberapa hari bekerja di rumah itu.
*BERSAMBUNG*