webnovel

Awal pertemuan dengan keluarga Wicaksana

Setahun yang lalu.

Zesa terburu-buru mengendarai motornya. Ia harus mengantarkan kue ulang tahun pesanan pelanggan dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Saat di lampu merah, ia menerobos, lalu menabrak sebuah mobil mewah yang datang dari arah lain.

"Awas! Ah!"

Bruk!

Sepeda motor Zesa terguling di depan mobil. Beruntung ia tidak terluka parah. Melihat mobil itu penyok terkena stang motor, Zesa ketakutan.

'Gawat! Nih mobil sepertinya mobil mahal. Kalau disuruh ganti rugi gimana dong?'

Sopir segera keluar dan melihat keadaan mobil. Ia gemetaran melihat mobil baru milik tuannya itu penyok. Dari raut wajah sopir itu, Zesa merasa tebakannya benar bahwa harga mobilnya pasti mahal.

"Maaf, Pak. Saya sedang terburu-buru. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Zesa sambil membungkuk berkali-kali.

"Aduh … bagaimana ini, Mbak?" tanya sopir itu. Ia menggaruk-garuk kepalanya dengan wajah kebingungan. "Ini mobil yang baru tiba dari luar negeri. Tuan saya pasti sangat marah."

"Yah, terus gimana dong, Pak? Sa-saya mana tahu," jawab Zesa sambil meringis menahan sakit di lututnya.

Lututnya terluka karena membentur jalan aspal. Ia tidak peduli dengan hal itu. Yang dipikirkan gadis itu sekarang, ia pasti kena omel karena kue pesanan itu hancur.

"Begini, Pak, sa-saya cuma punya uang segini. Tolong berikan uang ini dan biarkan saya pergi," bujuk Zesa sambil memberikan uang pecahan seratus ribu sebanyak dua lembar.

"Pak! Bagaimana?" tanya seorang pria bernada dingin dan arogan.

Hanya dari nada suaranya saat bertanya, Zesa merasakan aura yang sangat mendominasi. Bulu kuduk gadis itu meremang seketika. Bagaimana jika si pemilik turun dan melihat mobilnya?

'Ya Tuhan, semoga dia tidak turun.' 

Sopir menghampiri pintu belakang dan membungkuk meminta maaf. Jendela yang dibuka penuh membuat Zesa bisa melihat wajah pemilik mobil. Laki-laki berusia kurang lebih dua puluh delapan tahun, ekspresi wajahnya sangat datar, tapi tiba-tiba berubah merah.

"Hei, Kau!" Panggil pemilik mobil dengan suara tinggi.

"Ah, beneran marah, 'kan?" Zesa menggumam sambil membelakangi laki-laki itu. 

"Hei! Aku yakin kau tidak tuli. Cepat kemari!" 

Zayden Uno Wicaksana, laki-laki itu keluar dari mobil karena Zesa tidak mau menghampiri saat ia memanggil. Dia memegang pundak gadis itu lalu membalikkan tubuhnya. Wajah Zayden terkena rambut Zesa yang tersibak angin.

"Maaf, Tuan. Saya sudah mengganti rugi pada sopir Anda," ucap Zesa dengan mata tertutup. Ia tidak berani melihat laki-laki itu. 

"Maksudmu uang dua ratus ribu itu? Apa kau tahu berapa harga mobil ini? Untuk biaya pengirimannya saja lebih dari lima puluh juta. Kau ingin aku melakukan apa dengan uang dua ratus ribu itu?" tanya Zayden dengan intonasi pelan dan ditekan.

Tubuh Zesa gemetar mendengar betapa mahal biaya hanya sekedar ongkir. Lalu, berapa mahal harga perbaikan mobilnya? Membayangkannya saja sudah cukup membuat Zesa seperti pemain game kehabisan nyawa.

"Ma-maaf. Saya akan mencicil biaya perbaikan mobilnya," ucap Zesa sambil membuka sebelah matanya. Mengintip laki-laki yang berdiri dua langkah di depannya. Zesa akui, laki-laki itu terlihat tampan meski tidak tersenyum. Ia membayangkan seperti apa wajah Zayden jika tersenyum.

Zesa membayangkan laki-laki itu tersenyum kaku. Sungguh terasa jelek, hingga tanpa sadar ia tertawa. "Hahaha…. Upst!" Zesa terlalu terbawa oleh lamunan, hingga ia sadar kalau orang yang sedang dibayangkannya masih ada di sana.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya Zayden sambil berkaca pinggang.

"Tidak ada, Tuan. Jadi, apa Anda setuju dengan penawaran saya?" tanya Zesa memastikan sekali lagi. 

"Akan sangat sulit untuk membuatnya terlihat baru kembali. Kau harus membayar seratus juta untuk biaya perbaikan mobilku. Dengan apa kau mau membayar? Kartu kredit, ATM, atau apa?" tanya Zayden sambil mengeluarkan ponselnya. Ia lalu berkata kembali, "Perbulan harus membayar sepuluh juta, jadi total angsurannya sebanyak sepuluh kali. Itu artinya, kau harus melunasi uang seratus juta itu selama sepuluh bulan."

Mata Zesa membelalak. Uang gajinya sebulan saja tidak sampai dua juta. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam sepuluh bulan. Ditambah lagi, ia harus menyetorkan setiap satu bulan sebanyak sepuluh juta. 

"Kenapa? Tidak sanggup?"

"Itu … saya~"

"Sudah kuduga kalau kau tidak akan mampu mengganti rugi. Tapi, aku masih memiliki pilihan lain untukmu," ucap Zayden sambil menyeringai.

"Apa itu, Tuan?"

'Kenapa aku merasa ada yang aneh dari tatapan wajahnya? Jangan bilang kalau dia mau aku membayar dengan tubuhku.'

"Bayar saja dengan tubuhmu." 

Deg!

Laki-laki itu seperti bisa membaca isi pikiran Zesa. Baru selesai ia mengucap dalam hati, laki-laki itu sudah mengatakan hal yang sama dengan isi pikiran Zesa. Ia tidak bisa berkata-kata dan hanya menganga menatap laki-laki di hadapannya.

'Wajah tampan, tapi pikiran busuk. Kenapa semua pria tampan itu seorang baji*gan?'

"Aku tahu isi kepalamu, tapi aku tidak tertarik dengan tubuh ratamu. Maksudku, kau harus menjadi pelayan di mansionku selama setahun. Dengan begitu, kau bisa melunasi hutangmu. Satu kali penawaran. Jika kau menolak, kau tidak akan mendapatkan kesempatan lain. Pikirkan baik-baik!"

Zesa bimbang. Uang seratus juta tidak akan bisa didapatkan dengan mudah, tapi jika ia menjadi pelayan di rumah Zayden, artinya ia tidak bisa bekerja selama satu tahun kedepan. Ia memikirkan kehidupan ibunya sehari-hari jika ia tidak bekerja.

"Waktuku sangat sempit. Kau terlalu banyak membuang waktuku. Kalau kau tidak bersedia~"

"Aku bersedia," potong Zesa dengan cepat. "Tapi, bolehkah aku mengajukan syarat?"

"Katakan!"

"Setelah pekerjaan di mansion selesai, apa aku boleh bekerja di luar? Aku tetap harus memiliki penghasilan," ucap Zesa sambil meremas lengan kirinya. 

Ia menggigit bibir, merasakan betapa sulit hidupnya selama ini. Bisa dikatakan, hari ini adalah hari tersulit dalam hidupnya. Meskipun berat, tapi ia masih bersyukur karena Zayden tidak benar-benar memintanya membayar dengan tubuh dalam arti yang sebenarnya. 

"Tidak. Jika kau butuh uang bulanan, kau akan mendapatkannya. Tapi, aku akan memotongnya dari pembayaran hutangmu," kata Zayden sambil melirik jam tangan.

Ia sudah sangat terlambat untuk menghadiri rapat. Namun, ia tidak peduli dengan hal itu. Klien yang akan bertemu dengannya adalah klien yang sebenarnya sangat dibenci olehnya. Yah, itu karena pemiliknya adalah wanita yang selalu mencari cara untuk mendekati dirinya.

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Tuan. Saya akan membereskan barang-barang saya sekaligus meminta resign dari pekerjaan saya. Tolong, Anda berikan alamatnya kepada saya," ucap Zesa dengan berat hati.

Zayden memberikan alamat mansionnya kepada Zesa, lalu ia pergi meninggalkan gadis itu. Ia tidak berpikir untuk meminta jaminan kepada gadis itu, karena ia hanya sedang mencari alasan untuk tidak menghadiri rapat. Perihal Zesa datang atau tidak ke mansionnya, ia juga tidak peduli.

*BERSAMBUNG*